Menyambangi Pabrik Gula yang Menjadi Destinasi Wisata : De’ Tjolomadoe

Pintu Masuk Gedung De Tjolomadoe

Pintu Masuk Gedung De’ Tjolomadoe

Salah satu tempat wisata yang saat itu ingin saya kunjungi, tepat ketika si pacar memberikan usulan mengenai perjalanan ke Solo adalah : De’ Tjolomadoe. Entah kenapa, salah satu tempat yang mana ketika saya coba cek lokasinya di instagram, yang tertampil adalah suatu tempat dengan nilai vintage yang aduduh, epic parah deh.

Pada awalnya, saya sempat mengira bahwa De’ Tjolomadoe ini adalah sebuah tempat bekas dari pabrik kereta api atau sejenisnya. Tapi setelah saya amati seksama dan dibantu dengan arahan mbah google, ternyata De’ Tjolomadoe ini adalah bekas pabrik gula di zaman Hindia Belanda.

Tetep Gedung De Tjolomadoe

De Tjolomadoe tampak samping

Ngga ngerti lagi saya, kenapa pabrik gula bisa sebagus ini buset.

Lagian, kenapa juga saya mengiranya pabrik kereta ya buset.

Ehe.

Buset.

Ehe.

Alhasil, saat perjalanan ke Solo beberapa minggu lalu, keinginan saya untuk dapat main ke De’ Tjolomadoe pun tersampaikan.

Perjalanan Menuju De’ Tjolomadoe

Diantara Gedung dan Tower De Tjolomadoe

Narsis di De’ Tjolomadoe

Seusai memberikan amunisi kepada perut dengan makanan yang enaknya ampun-ampunan, dan juga cita rasa pedas yang huh-hah-huh-hah di Rica ISI Bu Sartini, kami berdua pun langsung meluncur menuju De’ Tjolomadoe.

Kala itu kira-kira sekitar pukul 14.45 WIB. Diarahkan oleh yang terhormat saudara google maps, kami berdua pun melajukan motor dengan kecepatan sedang. Jarak antara warung Rica ISI Bu Sartini dengan De’ Tjolomadoe ini sekitar 12 kilometer saja, yang mana nanti bakal melewati jalan besar, pasar, terminal, dan gitu-gitu deh. Tapi, jalannya bisa dibilang lurus-lurus ajaaaa kok.

Sebagai penunjuk arah yang ‘baik’, pacar saya tentu berhasil membuat saya membelokkan stang motor saya ke arah kanan secara mendadak untuk beberapa kali. Sampai akhirnya, ketika sudah beneran belok, biasanya dia akan dengan tidak berdosa bilang :

‘Yah, kayaknya kita terlalu cepat deh beloknya. Masih di depan sana beloknya’

YA LU GIMANA LIAT MAPNYE!

Baca juga : Perjalanan Menyenangkan ke Savanna Bekol Baluran

Akhirnya, kami pun membalik arah. Dan ternyata, belokan yang dia maksud adalah, jalanan lurus yang nyerong sedikit ke arah kanan.

Hadeh.

Cape.

Setelah beberapa kali menemui drama dadakan bilang ‘belok kanan’, kebablasan, dan putar balik, akhirnya kami pun sampai di De’ Tjolomadoe. Kalau misal kalian hendak ke De’ Tjolomadoe dari Warung Rica Bu Sartini, posisinya ada di sebelah kiri jalan. Kalau kalian dari Rengasdengklok dan menggunakan Jet pack… maka posisi De’ Tjolomadoe akan berada tepat di bawah kalian.

Ya, kayaknya sih gitu.

Ehe.

Pertama Kali Menginjakkan Kaki di De’ Tjolomadoe

Ternyata, De’ Tjolomadoe ini memiliki halaman yang sangat luas, tidak seperti yang saya bayangkan. Bangunan yang klasik-klasik bersih bercatkan warna cream, memberikan kesan yang gimana ya? Bagus aja gitu pokoknya.

Suka saya ngeliatnya.

Asli deh.

Baca Juga : Pengalaman pertama di Bromo

Karena saat itu kami hanya hendak mampir sebentar saja untuk mencuci mata agar tidak begitu sia-sia jalan ke Solonya, maka kami hanya melihat-lihat De’ Tjolomadoe dari bagian luarnya saja. Masuk? Tentu tidak, selain karena pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama, dan mengeluarkan biaya yang lumayan (kisaran 25.000 rupiah), maka kami tida memilih opsi tersebut.

Loket Tiket De Tjolomadoe

Loket Tiket Masuk De’ Tjolomadoe

Sudah terlalu sore, dan masih ada satu tempat lagi yang harus dikunjungi. Kami harus pandai mengefektifkan waktu.

Ehe.

Sejarah De’ Tjolomadoe

Arsitektur De Tjolomadoe

Arsitektur De’ Tjolomadoe

Menurut sejarahnya : De’ Tjolomadoe ini awalnya memiliki nama Pabrik Gula Colomadi, yang mana didirikan oleh Mangkunegaran IV pada tahun 1861. Hingga pada sekitar tahun 1928, Pabrik Gula Colomadu ini mengalami perluasan area ladang tebu, dan perombakan dari segi arsitektural.

Pintu De Tjolomadoe

Pintu-Pintu yang aesthetic di De’ Tjolomadoe

Sampai pada masa-masa yang mungkin pelik, Pabrik Gula Colomadu ini akhirnya tidak lagi beroperasi. Padahal kalau kita runut secara sejarahnya, Pabrik Gula Colomadu ini adalah bukti besar bahwa dahulu pergulaan duniawi kita saat itu sangat mantap-mantapnya.

Alhasil, pada tahun 2017, beberapa kontraktor seperti PT. PP (persero), PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko, dan PT Jasa Marga Properti pun akhirnya membentuk joint verture untuk melakukan revitalisasi sesuai kaidah cagar budaya.

Hasilnya, ya, De Tjolomadoe ini. Bekas Pabrik Gula peninggalan masa lampau, berhasil disulap menjadi tempat wisata yang, wadaw, ‘nyeni’ sekali.

Ehe.

Berfoto di De’ Tjolomadoe

Kami berdua pun berfoto-foto di sekitaran De’ Tjolomadoe. Dan seperti biasa, foto perempuan yang menjabat sebagai pacar saya inilah yang paling banyak isinya. Nga ngerti lagi, selain dia narsis, sepertinya saya memang suka menjepret dirinya.

Ehe.

Tak terasa, waktu sudah berlalu kurang lebih sekitar satu jam. Dahaga mulai menyapa di tenggorokan, yang artinya…sepertinya kami harus cabut dari tempat ini, mampir ke indomaret, lalu gas lagi ke satu tempat terakhir rekomendasi dari mba pacar, yang sudah dia tulis di sini :

tulisan telah ditiadakan

Tapi tenang, karena saya bahagia, maka saya pun akan menulisnya di sini.

Mungkin lusa.

Atau,

Ya ngga tau kapan.

Ngga usa dipaksa.

Ngga usa ditunggu.

Tenang.

Yaudah ya.

Dadah.

Terimakasih.

39 comments

  1. Gemes banget sih kalian, jalan bareng dan sesama blogger. Uwuwuwuw. Semoga bisa langgeng sampai nikah yaaa.

    Gedungnya emang artistik banget euy, cocok dijadiin lokasi film gitu. ^_^

  2. Wah, sepertinya kebanyakan wanita memang diciptakan untuk gak terlalu bersahabat dengan map deh.
    Aku juga sering salah pandu kalo disuruh jadi navigator…
    Dan aku jadinya menyadari, kek gitu rupanya pikiran orang yang aku panduuu…
    Hahahaha….
    Gak pernah sih aku merasa berdosa karna salah kasih arahan.
    Yang salah peta nya, kenapa gak kasih info yg mudah.
    Hmmm

      1. Iyaaa benerr loh itu.
        Belum lagi kalo perintahnya panjang..
        “200 meter kedepan belok kanan, ambil lajur kiri agar tetap di jalur C6”

        Belum ngukur 200 meter, belum mikirin belok kanan, belum mikirin jalur C6 yg manaaaa….
        Tiba-tiba semua sudah terlambat. Mana di jalan tol lagiii…
        😄😄😄😄

    1. Hahahaha kaliaaaaaan para wanitaaaaa ini kenapaaa seh wgwgw padahal di one piece, navigatornya adalah pereempuaaaaaan wgwggww

      Hahaha tapi ngapapa, sudah menjadi partner mainnya si cowo, itu sudah cukup kok wgwgw

  3. Untuk urusan navigasi spesies bernama perempuan memang payah sekali. Makanya jangan sekali-sekali menyerahkan kaidah per-googlemaps-an kepada spesies tersebut kalo gamau nyasar.

    Dulu kesini masih gratis hehehe. Bisa bobo siang di sofa di dalem ehehehehe

    1. Wahahahaah memaaaaang payaaaah, ya ampon. Tapi kalau misal bukan mereka yang menggooglemapskan, lantas siapa lagi :’ masa iya gantian dia yang nyetir, kita yang ngegoogle maps wgwgw

  4. Pabrik gula ini kenapa bagus ya? Beda banget sama pabrik gula Kalibagor yang angker dan pernah jadi tenpat syuting dunia lain hahahaha.

    Btw saya sama mba nad sebelas dua belas nih kayaknya kalo soal baca maps wkwkwk. I feel you mba~~

    1. Hahaha main-mainlah ke Solooo untuk mengunjungi pabrik gula yang bagus dan elegan wgwgw

      ku baru tau ada pabrik gula kalibagor anjir. Kalau di indonesiakan, artiya adalah sungaitasberas

    1. Oh iya, next trip kayaknya sebaiknya Febri aja yang baca maps, Nadya yang bawa motor. Biar enggak nyasar-nyasar mulu elah kesel setiap perjalanan nyasar mulu. Gimana kalian mau melakukan perjalanan ke padang mahsyar kalau seperti ini coba.

  5. Bekas peninggalan penjajah bangunannya kuat-kuat ya kalau dipikir. Itu arsiterktur jaman dulu pasti ngitung konstruksinya sampe begadang hehee
    tapi ini memang peninggalan yang wajib dilestarikan sih

  6. Penampakan di De’ Tjolomadoe (dilingkari warna merah) paling epic sih itu penampakannya seereeeem banget. Mbak nya kok ga takut ya ?

    Eh asli ini tuh instagramable banget, dalemnya kayak apa ya ? oh iya kan kamu ga masuk wkwk.
    yaudah aku kesini sendiri aja lah nanti siapa tau ketemu yang manis manis di bekas pabrik gula ya kan.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s