Bersama BkkbN, Membentuk Keluarga Bahagia dengan Cinta yang Terencana

Aku cinta kamu, kalau besok aku sudah kerja, kamu mau kan nikah sama aku?

Aku cinta kamu, tapi aku takut tidur sendirian, kamu mau nggak nikah sama aku dan nemenin tiap malamku?

A a a a a Aisyah Bojoku Jatuh Cinta pa pa pa pada Jamilah~

CINTA, CINTA, CINTA, CINTA, CINTA, DAN CINTAAAAAA.

Semua serba cinta-cintaan.

Semua pun juga serba tiktok yang isi lagu remixnya tentang cinta-cintaan.

Seolah-olah, segala hal yang dilandasi oleh setitik cinta yang terbentuk atas hati di dalam diri itu bisa menjadi dasar untuk menikahi atau membahagiakan. Apa itu benar? Mungkin kita harus mencari tau apa arti kata Cinta terlebih dahulu ya? Jadi, menurut wikipedia, Cinta merupakan kegiatan aktif yang dilakukan oleh satu manusia kepada objek-objek lain yang berupa empati, kasih sayang, pengorbanan diri, menurut perkataan, patuh, mengikuti, dan mau melakukan sesuatu permintaan apapun yang diinginkan oleh objek tersebut.

Oleh karena itu, jika kita menilik pada asumsi yang dijabarkan oleh wikipedia di atas, cinta mungkin memang bisa menjadi alasan untuk kita menikahi dan membahagiakan. Tapi pertanyaan berikutnya adalah :

Apakah cinta saja sudah cukup?

Bisa dibayangkan tidak sih, bagaimana jika suatu hubungan hanya terbentuk dari cinta saja? Jatuhnya lebih kepada perbudakan, sih kalau menurut saya. Menuruti apa yang si pasangan mau, tanpa memperdulikan beberapa aspek di belakangnya. Mengorbankan diri untuk si pasangan, tanpa peduli resiko-resiko yang kan menyertai nantinya. Mematuhi peraturan si pasangan, tanpa sedikitpun memberi ruang atas kebebasan dirinya.

Bukankah terkadang, hal-hal itu yang sering menimbulkan keluhan ataupun cekcok dari suatu hubungan?

Bagi saya, itu menyedihkan sih.

Oleh karena itu, untuk membentuk suatu hubungan, cinta saja memang tidak cukup. Harus ada suatu penyeimbang yang menopang di dalamnya.

Apa itu?

Ya jelas : AKAL.

Logikanya begini, jika saja kita menjalin hubungan dengan cinta tanpa ada akal di dalamnya, tentu yang akan terjadi hanyalah cinta yang membutakan bukan?

Apakah itu membahagiakan?

Ya… JELAS TIDAK DONG YA.

Maka dari itu, hubungan yang baik pada dasarnya harus dilandasi oleh cinta dan akal. Cinta untuk memberi kasih dan pengertian, sedangkan akal untuk memilah mana yang baik diberikan dan mana yang pantas untuk disegerakan. Dengan begitu, apabila cinta dan akal mampu berjalan secara beriringan, kita tentu akan dapat maramunya menjadi tahapan akhir dari elemen penting di suatu hubungan :

Cinta Terencana.

Memang apa sih cinta terencana itu?

Jadi menurut BKKBN, cinta terencana adalah sebuah cinta yang senantiasa dijalani dengan penuh perencanaan teramat matang, untuk mencapai kesejahteraan hakiki dari suatu hubungan.

LOGO BKKBN

BkkbN (Source : Ardi-Lamadi)

Nah, cinta terencana yang dipaparkan oleh BKKBN ini pun merupakan salah satu kampanye yang diselenggarakan oleh BKKBN dalam rangka menyambut Hari Keluarga Nasional, yang akan jatuh pada tanggal 29 Juni besok.

Waaaaaaah, satu bulan lagi nih!

Bicara masalah cinta terencana, kita pun mungkin akan bertanya-tanya perihal agenda apa yang melatarbelakangi kenapa BKKBN mau bersusah payah membuat kampanye tersebut. Tentu, jika kita boleh menebak-nebak perihal latar belakang, salah satunya jelas terpapar pada maraknya pernikahan dini yang dilakukan oleh remaja-remaja Indonesia akhir-akhir ini.

Sekedar Cinta Tak Cukup Membuatmu Bahagia

Info Grafis Sekedar Cinta Tidak Cukup Buatmu Bahagia (Source : KeluargaIndonesia.id)

Merunut pada artikel di KeluargaIndonesia.id berjudul : Membentuk Keluarga yang Tak Hanya Bermodal Cinta Semata, yang sudah diposting pada Juli 2017 silam, BKKBN sudah memaparkan keresahannya atas pernikahan dini yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Salah satunya adalah dengan membuat program Generasi Berencana (GenRe), yang di dalamnya memuat suatu agenda bernama Pendewasan Usia Perkawinan (PUP). Nah, PUP ini memiliki tujuan untuk memberi pengertian dan pemahaman serta kesadaran pada remaja agar dalam merencanakan pernikahan, setidaknya mereka dapat mempertimbangkan beberapa aspek baik yang berkaitan dengan usia, fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi, dan bahkan juga menentukan jumlah serta jarak kelahiran.

Aspek-aspek yang dibahas dalam artikel tersebut tentu sangat penting, mengingat apabila perencanaannya tepat, kelak hal itu akan dapat memberikan rasa bahagia di pihak pasangan maupun keluarga. Nah, apabila masih ada yang tetap ngeyel dan mengabaikan aspek-aspek tersebut, mereka harus tau perihal dampak-dampak negatif yang akan didapatkan jika tetap menikah dini, yaitu diantaranya : berpotensi besar untuk gagal atau bercerai, meningkatkan resiko kanker organ reproduksi, serta banyak konsekuensi lain yang harus dipertimbangkan semisal persoalan pendidikan, ekonomi, dan sosial.

Bahaya Hamil Di Usia Muda

Info Grafis Bahaya Hamil Di Usia Muda (Source : KeluargaIndonesia.id)

Suatu masalah yang jelas tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan cinta semata, bukan?

Setiap manusia, entah itu siapa saja dan berlatarbelakang seperti apa, mereka tentu memiliki keinginan agar dapat membentuk sebuah keluarga dengan keharmonisan cinta sebagai pilar utamanya. Itu sudah hal yang pasti. Nah, maka dari itu, kita tentu harus membuat planning yang matang agar dapat mencapai tahap tersebut.

Salah satu caranya, ya jelas dengan mengarahkan cinta yang kita punya menjadi cinta yang terencana. Dengan tertanamnya cinta yang terencana ini, sudah barang jelas jika kita telah memupuk sebuah bibit keluarga yang berkualitas, dimana BKKBN sering menyebutnya dengan istilah : Keluarga Berencana.

Keluarga Berencana itu memiliki arti yang luas loh, bukan hanya sekedar menggunakan alat kontrasepsi untuk menghasilkan anak yang tidak lebih dari dua. Keluarga Berencana lebih dari itu. Sangat lebih dari itu. Untuk lebih memantapkannya, mari kita sejenak membaca atau melantunkan mars Keluarga Berencana berikut.

Keluarga berencana sudah waktunya

Janganlah diragukan lagi

Keluarga berencana besar maknanya

Untuk hari depan nan jaya

Putra putri yang sehat

Cerdas dan kuat

Kan menjadi harapan bangsa

Ayah ibu bahagia rukun raharja

Rumah tangga tentram sentosa

Dari lirik mars Keluarga Berencana yang mungkin sudah cukup lama sekali kita dengarkan di atas, sudah jelas bukan bahwa Keluarga Berencana memiliki makna yang besar dan arti yang luas?

Pada akhirnya, saya menulis tulisan ini tentu untuk menjadi pengingat bagi diri sendiri dan juga untuk pengingat orang-orang lainnya yang kelak akan merajut bahtera rumah tangga.

Menyiapkan pernikahan dengan cinta terencana itu sangat penting. Ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan, yaitu persiapan secara batin maupun persiapan secara fisik.

Persiapan Batin

all-religion-prayers

Mempersiapkan Batin dengan Berdoa (Source : pgtonline)

Untuk persiapan batin, jelas aspek yang ditekan disini merujuk pada niat. Kenapa kita mau menikah? Untuk apa kita menikah? Apa yang mendasari kita akhirnya memilih untuk menikah?

Pada dasarnya, niat adalah landasan atau pondasi terkuat dalam membentuk keluarga. Oleh karena itu, biasanya niat ini harus didasari karena cinta. Baik itu cinta kepada Tuhan yang menciptakan kita, ataupun cinta kepada pasangan yang kelak akan kita nikahi. Bukan karena agenda-agenda lainnya, seperti mengejar harta atau ikut-ikutan teman seumuran yang sudah menikah duluan.

Selain niat, persiapan batin yang tentu harus disiapkan adalah perihal kesiapan kita menjadi seorang ayah atau ibu, kesiapan untuk selalu setia dengan satu orang aja, dan juga kesiapan untuk menerima keluarga baru karena ketika kita menikah, maka kita pun juga menikahi keluarga pihak yang dinikahi.

Jelas, elemen-elemen kesiapan batin ini memang layak untuk dipersiapkan matang-matang.

Persiapan Fisik.

Persiapan Fisik Sebelum menikah

Persiapan Fisik (Source : Epizystream)

Bagian persiapan fisik ini sebenarnya sudah sedikit dibahas di atas, yang mana point utamanya adalah kesiapan perihal usia pernikahan. Konsepnya begini, menurut aturan negara atau menurut kacamata psikologi, menikah yang baik itu diawali dari usia 20 tahun bagi perempuan dan 24 tahun bagi pria. Beberapa menyarankan agar menikah tidak lebih dari 30 tahun, dan tidak kurang dari 20 tahun.

Kenapa?

Karena jika menikah umur 20 tahun, jelas itu terlalu muda dan masih belum terlalu matang. Sedang jika menikah di atas 30 tahun, secara psikologi nantinya ego yang dimiliki sudah terlalu besar. Mereka yang menikah pada umur > 30 tahun cenderung akan merasa gue ya gue, elo ya elo. Ini privasi saya, itu privasi kamu. Akhirnya? Belum apa-apa masalah sudah timbul begitu saja.

Yaaaa, meskipun pasti tidak semua yang menikah di bawah 20 tahun itu buruk dan akan gagal, pun belum tentu yang menikah di atas 30 tahun itu akan berantakan rumah tangganya karena ego dong ya?

Tidak.

Beberapa ada yang berhasil kok.

Tapi, namanya juga pengamatan, kan yang dilihat dari segi jumlah kuantitas yang terjadi. Jadi, sekedar untuk tambahan wawasan saja ya.

Selain aspek kesiapan usia menikah, tentu persiapan fisik yang harus diperhatikan adalah perihal kesiapan kesehatan dan juga kesiapan finansial. Kita menikah kan inginnya bahagia ya, tidak sakit-sakitan atau dilanda kesusahan. Meski kita semua tahu Allah selalu bersama kita, tapi kita juga harus senantiasa mempersiapkan semuanya secara matang bukan?

Langkah Membangun Keluarga Ideal

Info Grafis Membangun Keluarga Ideal (Source : KeluargaIndonesia.id)

Terakhir, sekedar kembali mengingat atas apa yang sudah saya jabarkan di atas, untuk membangun sebuah hubungan, khususnya rumah tangga, sangat dibutuhkan cinta yang terencana. Perencaan yang matang, dan tidak melulu tergesa-gesa atau tidak melulu hanya karena atas dasar cinta semata.

Setiap orang memang memiliki harapan untuk menikahi seseorang yang dicintainya. Setiap orang memang layak untuk mendekap erat bahtera rumah tangga yang dicita-citakannya. Namun hal yang harus diingat, perkawinan bukan ujung dari cerita cinta. Perkawinan lebih dari itu. Perkawinan adalah olah rasa yang bertujuan untuk membangun kapal besar bernamakan keluarga.

Perkawinan pun bukan hanya perihal mencari kehalalan, namun perkawinan juga memperhitungkan perihal pertanggungjawaban.

Sangat penting untuk memiliki cinta dan membaginya. Namun, lebih penting untuk membentuk cinta terencana, agar kelak tercipta sebuah keluarga dengan harmonis sebagai pilar bahagia.

Keluarga Harmonis

Membangun Keluarga Yang Harmonis (Source : KeluargaIndonesia.id)

Terimakasih.

Mari merencanakan cinta, untuk membangun rumah tangga.

Oh iya, saya kapan nikah ya?

Besok. Lulus dulu saja.

Baik.

Terimakasih lagi.


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #CintaKeluarga #CintaTerencana #BKKBN

32746280_457513944702588_8883117258717528064_n

4 comments

  1. Tetiba ketemu page ini. Eh kayaknya kenal… ternyata yang kmrn komen di blog saya, OOh ngeblog juga (taoi lebih rajin dan pro, heheh). Tulisannya oke, panjang x lebar 🙂

Leave a comment