‘Aduh, kameraku kenapa ngga bisa jepret ini?’
‘Aduh, kok kameraku ngga bisa fokus kenapa ini?’
‘Aduh, ini kok kamera ada tulisan no connect kenapa ini?’
Kira-kira itulah beberapa keluhan yang secara reflek terucap dari mulut kita ketika hendak memotret beberapa objek, tapi lhadalah tiba-tiba si kamera kampret malah enggan menurut, yang akhirnya justru membuat jantung kita deg-degan kacau dan khawatir parah.
Selain tiga kalimat di atas, tentu masih ada banyak kalimat dengan awalan ‘aduh’ yang lainnya lagi.
Apalagi kalau kamera yang kita pakai adalah kamera pinjeman.
Bangke emang.
Deg-degannya minta ampun.
Saya pernah soalnya. Minjem kamera buat jejalan ke suatu tempat, tiba-tiba si kamera kampret ini kaga mau motret. Karena takut, akhirnya saya kantongin lagi ke tas dan menunggu waktu pulang tiba.

kamera mirrorles pinjeman dulu yang rusak, pertamanya nggak mau fokus, tapi tiba-tiba ada tulisan warna merah kalau error ga connect apa gitu
Sepulangnya jejalan, saya langsung mengabari ke teman perihal kerusakan kameranya dan langsung mengajaknya ke servis center fujifilm (kebetulan kamera yang saya pinjem adalah fujifilm) (yaiyalah, masa kamea yang saya pinjem honda) (tau gitu ke astra).
Merasa harus bertanggung jawab, saya pun dengan pede mengajukan perbaikan ke servis center fujifilm langsung dan akan menanggung segala kerusakan yang terjadi pada kamera tersebut. Kala itu, saya masih belum begitu ngerti kamera, dan pikir saya adalah :
‘Ah, paling servisnya nggak nyampe lima ratus ribu’
Sampai akhirnya, ketika si kamera ini dicek kerusakannya, si mbak service centernya bilang :
‘ini rusak conectornya, mas. Harus diganti. Kira-kira biayanya’ si mbak service center memberi jeda agak lama, lalu saya dengan pede mengeluarkan dompet.
‘satu juta tiga ratus ribu’
Saya kicep.
baca juga : review kamera analog fujifilm mdl 55
Bangsat. Service kamera aja nyampe satu juta tiga ratus. Saat itu saya pengen nangis. Aslik. Tapi karena saya harus bertanggung jawab, jadi ya, yauda, bayar ya bayar aja dah meskipun sakit.
Setelah momen itu, saya nggak berani lagi pinjem-pinjem kamera mirrorless. Jadi kalau liburan, yauda modal kamera hape saja, meski, ya kesel sih, karena hasilnya kurang memuaskan. Sampai ketika saya punya duit buat beli kamera, saya eman-eman banget sama itu kamera. Takut rusak dan ngebayangin biaya servicenya bakal ketinggian banget harganya.
Apalagi, sekarang saya lagi demen-demennya banget main kamera analog.
Beuh.
Bridging saya akhirnya sampai pada topik yang hendak saya bahas.
Huahuahua.
Tempat Service Kamera Analog Di Jogja
Kamera analog adalah salah satu kamera tua, yang keberadaannya saat ini bisa dibilang sebagai peninggalan dari jaman bahula. Tentu saja, ketika si kamera tersebut ada di tangan kita, ya pasti ada deh, beberapa part yang tidak fungsi. Entah itu lightmeternya, flashnya, shuttercountnya, kokangnya, bahkan lensa yang entah ngefog atau berjamur.
Maka solusinya?
Ya, bawa tuh kamera tempat service kamera analog dong ya, masa tetep kekeuh bakal ngebawa itu kamera ke bengkel astra.
Kerusakaan Kamera Analog
Saya pertama kali nyariin tempat service kamera analog ini kapan ya? Lupak. Awalnya sih, dulu pengen ke tempat service kamera analog buat ngebenerin flash kamera fujifilm mdl-55, tapi saat itu saya mikir, agak sayang aja ngebenerin kamera point n shoot, karena bisa jadi biaya service-nya justru lebih mahal dari harga kamera itu sendiri.

kamera analog fujifilm mdl 55
Akhirnya, ketika saya dapet kamera analog canon prima zoom, ricoh gx 1, yashica electro 35, sama yashica fx 3 super 2000 yang emang kondisinya cukup memprihatinkan, dengan masing-masing kerusakan yang saya jabarkan sebagai berikut :

kamera analog canon prima zoom
Canon Prima Zoom = Tonjolan pengunci canister patah, jadi tidak bisa rewind.

kamera analog ricoh gx 1
Ricoh Gx 1 = pengait canister tidak nyampe ke canister, jadi tidak bisa rewind + tutup backdoor kurang rapat.

kamera analog yashica electro 35
Yashica Electro 35 = focusing untuk jarak tidak terhingga kurang pas, sama bukaan diafragma tidak mulus.

kamera analog yashica fx 3 super 2000
Yashica Fx 3 Super 2000 = Bayonet yang sudah lepas sehingga si lensa tidak bisa terpasang + lensa yang tidak sesuai dengan aslinya.
Emang agak banyak duka-nya sih kalau beli kamera analog mah. Pasti dapet aja minusnya. Jadi, bersyukurlah wahai kalian yang masih mendapat peninggalan kamera dari Ayah atau Ibuk kalian ya.
Itu barang berharga banget.
Lanjut.
Merasa kerusakan tersebut tidak bisa ditolerir, akhirnya saya mencari info tentang service kamera analog di Jogja. Pas googling gitu, sebenerya nemu beberapa tempat service kamera. Tapi pas saya kontak nomer yang bisa dihubungi, beberapa dari tempat service tersebut tidak bisa menerima kamera analog.
baca juga : kenapa bermain kamera analog
Masih tetap dalam pencarian, saya pun akhirnya menemukan tempat service yang banyak direkomendasikan oleh para pelakon kamera analog, yaitu Pak Sufi.
Sebenarnya ada beberapa tempat service kamera analog lain yang direkomendasikan, seperti Pak Tumijo, Pak Rahmin, Pak Heri, dan lain-lainnya. Tapi entah kenapa, saya justru lebih mantep untuk ke tempat Pak Sufi saja, karena patokan jalan yang diberikan itu cukup jelas dan terbayang.
Akhirnya benar saja, hanya sekali pencarian, saya pun akhirnya berhasil menemukan rumah dari Pak Sufi ini, tentu dituntun oleh sang pacar yang memang memiliki skill navigator yang… yang aduh dah ya gitu dah.
Denah Tempat Service Kamera Analog Jogja
Saya akan deskripsikan alur jalannya :
Patokannya adalah dari Titik Nol Km ya. Jadi dari nol km, kalian tinggal lurus terus ke arah barat, sampai melewati 3 lampu merah, atau tepatnya di perempatan jalan wirobrajan, kalian ambil ke kiri (selatan), lalu lurus pelan-pelan sembari menepi ke kanan. Nanti di sana kalian akan menemukan potongan pembatas jalan, yang mana sebrangnya adalah jalan kecil dengan plang jalan bernama Jalan GathotKaca.
Masuk.
Lurus terus sampai mentok ketemu pertigaan, ambil kiri, pelan-pelan. Rasakan dengan seksama adanya 3 polisi tidur, lalu pelan-pelan lagi. Di kiri jalan, kalian akan menemukan jalan kecil masuk dengan medan yang agak nanjak, masuk aja.
Nah, rumah Pak Sufi nanti akan ada di kiri jalan, lengkap dengan tempelan sticker dilarang merokok pun sekarang sudah ada tempelan kertas bertuliskan ‘service kamera’ gitu.
Mantap.
Yaudah, saya bikinin denahnya deh. Nih :
Lanjut.
Obrolan Tentang Service Kamera Analog Jogja bersama Pak Sufi
Kesan pertama ketika saya bertemu dengan Pak Sufi adalah…
Sumpah, beliau orangnya ramah dan baik banget. Sebagai senior di bidang fotografi, beliau tidak pelit dalam membagikan ilmu-ilmu fotografi yang beliau miliki, kepada saya cecenguk tidak jelas yang ngga ngerti apa-apa.

kerusakaan kamera analog yashica fx 3 super 2000 saya
Percakapan awal saya dengan Pak Sufi tentu membahas tentang kerusakan kamera, yang langsung dengan sigap beliau cek satu persatu untuk mengidentifikasi kerusakannya. Nggak lama kemudian, setelah beliau menyanggupi bahwa kamera saya bisa dibenerin, barulah, kami ngobrol panjang lebar tentang dunia kamera.
Ehe.

kamera analog yashica fx 3 super 2000 saya setelah diperbaiki Pak Sufi
Dari obrolan tersebut, saya pun akhirnya tau, ternyata tempat ser vice kamera analog itu memang terbentuk dari satu guru, yaitu Bapak Alm Absoro. Pak Heri adalah anak dari Alm Pak Absoro, sedangkan Pak Sufi sendiri adalah murid dari Alm Pak Absoro. Untuk Pak Tumijo, beliau dulu adalah salah satu karyawan dari Pak Sufi, yang ketika sudah mahir nyervis kamera, beliau keluar dan bikin usaha sendiri.
Mantap.
Kalau Pak Rahmin ini sendiri, saya kurang paham sejarahnya gimana. Sepertinya waktu itu namanya tidak tersebut. Tapi yang jelas, beliau memang jago service kamera analog, karena kebetulan anak beliau adalah rekan kerja pacar saya. Pun juga tiap kali ngesearch di googling dengan keyword ‘service kamera analog Jogja’ kadang nama Pak Rahmin ini tampil paling depan.
Keren.
Selain membahas tentang mata rantai para pegiat kamera analog, kami pun membahas tentang masa lalu Pak Sufi, yang pada masa mudanya dulu memang sangat suka bermain kamera analog.
baca juga : virus corona menghambat hunting foto kamera analog
Bisa dibilang, beliau ‘besar’ karena kamera analog dan kesukaannya dalam ‘ngotak-ngatik’ kamera. Bahkan Pak Sufi dulu sempat diminta oleh Nikon biar jadi salah satu pekerjanya untuk hal service kamera.
Jagoan.
Beliau pun bercerita tentang kamera oprekannya, yang dulu menggunakan kamera contax, dengan lensa yang bermacam-macam, mulai dari leica, maiyer, dan carl zeiss. Pokoknya, dari merk dan namanya aja, sudah terdengar mewah dan mahal.
Pas saya cek beneran di pasaran, ya, beneran mahal anjeng.
Perjalanan fotografi Pak Sufi pun terhenti pada tahun 2000-an, ketika beliau kena kolesterol, diabetes, stroke, jantung, dan beberapa penyakit ngeri lainnya. Karena itu, mau nggak mau, suka nggak suka, ya, beliau menghentikan aktivitas fotografinya saat itu juga, bahkan sampai sekarang.
Pengabdian beliau di bidang fotografi lalu beliau salurkan melalui service kamera yang beliau geluti sampai sekarang. Beberapa kali dalam obrolan itu, beliau sempat mengeluh jenuh akan kegiatannya.
Saya sepenuhnya paham sih, hidup dengan menggeluti dunia yang itu-itu saja di atas kursi sambil mantengin lensa ataupun body kamera, pasti sangat menjenuhkan. Beda saat beliau masih muda dulu. Ketika jenuh dengan service-an kamera, ya beliau langsung berangkat menikmati alam untuk memotret beberapa momen mengagumkan.
Saat ini, selingan yang bisa Pak Sufi nikmati hanyalah bertemu cucu yang acap kali datang ketika siang menjelang. Pun mungkin bertemu dengan orang-orang baru yang datang hendak menyervis, diikuti dengan selingan obrolan yang bisa jadi menghempaskan jenuh.
Saya sempat bertanya ke beliau, apa saat ini nggak mau nyoba buat kembali motret?
Pak Sufi hanya menjawab dengan nada yang terdengar cukup pasrah :
‘Saya jalan aja sudah sulit, Mas. Ini keluar rumah dan jalan beberapa meter aja sudah capek banget rasanya’
Hal yang memang tidak bisa dipaksakan lagi.
Yaudah, ngapapa.
Saya sempat melihat beberapa hasil jepretan Pak Sufi, yang emang bener-bener ciamik abis. Obyek yang beliau foto kala itu adalah capung yang lagi bertengger di dedaunan. Saat itu, aslik, saya kagum parah. Hasilnya bisa detail banget. Antara lensa yang dipakai emang bagus, dan skill foto Pak Sufi itu sendiri sih memang.
Tapi yang jelas, sewaktu Pak Sufi nyetak hasil jepretan fotonya itu, ada orang yang melihat hasil foto tersebut dan langsung tertarik untuk membeli lensa yang Pak Sufi pake untuk motret.
Jago.
Sampai sekarang, saya masih beberapa kali mampir ke rumah Pak Sufi, entah untuk berkonsultasi masalah kamera atau ya kembali nyervice kamera ketika dapet kamera baru dan kebetulan ada minusnya.
Pak Sufi masih welcome aja gitu, karena Pak Sufi sempat bilang, kalau misal saya mau nanya atau konsultasi masalah kamera analog, tinggal datang aja ke rumah.
Sumpah, seneng dengernya. Sebagai cecunguk anak bawang yang nga ngerti kamera analog, saya berasa mendapat ilham.
Ehe.
Kontak Pak Sufi Service Kamera Analog Jogja
Jadi, kepada siapapun(khususnya yang ada di sekitaran Jogja) yang merasa ada masalah dengan kamera analog atau kamera apapun itu, bisa dikonsultasikan langsung ke Pak Sufi. Beliau baik banget aslik. Diajak ngobrol dan tanya-tanya masalah apapun tentang kamera, pasti beliau jawab kok.
baca juga : kembali menulis dan membahas hobi kamera analog
Mau kerusakan yang gimanapun, selagi Pak Sufi merasa masi bisa diperbaiki, beliau akan nyoba ngebenerin. Harga yang beliau jangkau pun juga tidak mahal-mahal amat kok. Tentu tergantung kerusakaan, dan bisa diminimalisir ngga nyampe sejutaan dah.
Kalau misal kamera mirrorless kalian shuttercountnya sudah habis umurnya, Pak Sufi bisa ngebenerin / nambah umurnya kok. Biayanya masih ratusan ribu aja. Santuy. Pokoknya datang saja, lalu tunjukin kameranya dan sampaikan keluhan mengenai apa yang terjadi dengan kamera tersebut.
Insya Allah, aman.
Oiya, Pak Sufi nggak cuma ngebenerin kamera kok. Beliau juga bisa ngebenerin mikroskop, theodolit, bidikan senapan, dan lain-lainnya. Bahkan jam-jam jadul gitu beliau bisa benerin.
Nah, kalau misal kalian mau bertanya-tanya ke beliau, bisa hubungi di nomor : 085291532777.
InsyaAllah dibalas dan diangkat kok.
Gitu aja ya.
Capek.
Dadah.
Terniat sampe nggambar denah rumah pa sufi
tentu saja. Keren nga
Kewrenn
Keren nih, apalagi biaya servisnya nggak sampe juta-jutaan.
Kadang saat mau service barang elektronik, yang jadi kendala adalah biayanya yang kadang hampir sama kayak harga beli barang baru.
Nah, bener banget mas. Mikir dua kali emang. Biasanya saya kalau mau servis, saya tanya dulu, kira-kira harganya bakal berapa.
Kalau mahal, gajadi. Tapi kalau masih bisa djangkau, ya ngapapa.
Langganan saya dulu Tumijo, masdab. Ini masih ada 1 RF Canon (seri apa ya lupa) masih di sana nggak dijemput-jemput sejak…. 8 tahunan lalu lah. Dulu tombol rana-nya rusak beberapa hari setelah nemu di Pasar Senthir.
Btw, kalau buletinnya anak-anak Kamera Analog Jogja masih ada, ini bakal jadi tulisan keren ini buat buletin itu. 😀 Dari sini saya ngerti kalau semua jagoan servis kamera Jogja seperguruan. 😀
Keren postingannya! (Tak safe denahnya, ya?)
Sudaaaaa kuduga dirimu juga anak analog wgwgw.
Pak Tumijo yang sekarang buka di deket ISI nggak sih, beliau? pasarnya anak-anak ISI bukan sih emang wggww,
Buset, ninggal RF Canon… delapan tahun lalu… 😦 mending saya ambilin mas mas wgwg. Jadi, Pak Tumijo ini lepas dari Pak Sufi sejak kapan ya, kalau delapan tahunan lalu aja beliau sudah buka usaha sendiri .. wgwggw
Wahahaha pasar senthir dulu masi banyak stok analognya yak. Ku telat main analognya nih, sekarang pasar-pasar begituan jarang nemu. Di klithikan aja, harganya sudah agak tinggi-tinggi wgwgw.
Hahaha iyaaaak, mas, ku juga kaget pas Pak Sufi dulu cerita. Semua tempat servis kamera analog yang saya tahu, beliau jabarin semua wgwgw.
Makasiiiiih, Mas 😀
Siap, silakaaaan maseeee 😀
Udah tobat karena kemahalan. Hahaha…
Posisi desanya bisa dibilang deket ISI sih itu. Masuknya Sewon. Tapi biasanya pada lewat Jalan Bantul. Ada plang Monggang di timur jalan. Pernah nyasar sekali nembus-nembusnya belakang ISI. Keknya udah lama banget misahnya beliau-beliau itu. Kalau ke sana ambil aja. Tanyain RF Canon sekitar 8 tahun lalu. Pura-pura aja punyamu (atau temenmu hahaha) terus bilang kuitansinya ilang.
Masih ada tapi jarang-jarang banget. Keknya udah abis pas analog lagi musim-musimnya dulu. Oh, udah mahal sekarang di Klithikan? Saya nemu FM polos plus lensa zoom (rusak sih lensanya, jadi cuma main 50mm) Rp600,000.
Selalu dinantikan jepretan-jepretan analognya, Febri! 😀 Makasih denahnya, ya. 🙂
Menarik nih bagi yang sedang ingin service kamera disekitaran daerah Jogjakarta.😊😊
Satria Mwb
Waahh Menarik nih bagi yang sedang ada masalah dengan Kamera. Terutama kisaran Jogjakarta.😊😊 Thanks Mas Infonya.
Satria Mwb
Wah masih ada ya… Dulu pernah punya camera analog, hanya sekarang hilang entah di mana. By teh way.. niat banget ya promosiin bapak Sufi sampai ada denahnya segala, hehehee… Salam Kenal.
Wahahah masih adaaaaa, mas wwgw
Yaaah, ilaaang yaaak. Sayang banget ya ampooon gwggwwg.
Iya nih, beliau baik banget soalnya 😀
salam kenal juga, mas 😀
Siiip mantul …, informasi tempat servis kamera analognya di Jogja.
Kebetulan kamera analogku rada-rada ngambek, perlu diservis.
Kucatat alamatnya, ya.
Matur nuwun.
Wahahaha iyaaaa, mas 😀 mantaaaap 😀
jagooan analog juga nih mas himawan 😀
sama-sama mas:D
Sampai kasih denahnya segala ya bang biar bisa ke rumah pak sufi yang bisa betulin kamera.😊
Ngomong ngomong kamera Yashica harganya berapa bang? Soalnya belum pernah beli kamera, kalo mau foto selalu pakai kamera smartphone, lebih praktis.😊
Hahaha iyaaaa, Mas. Soalnya Pak Sufi adalah servis kamera analog yang recommend 😀
Yashica yang mana neeeh? Fx3 super 2000 atau yashica electro 35? cemacem sih harganya, ada yang delapan ratus ribuan sampai duajutaan tergantung kondisi ._.
baca ini jadi mikir dimana ya kameraku yang kayak gini, udah nggak keurus lama trus lupa kemana dia pergi. nasib
Waaaaaa, pasti ada ya kamera begituan :’ yaaaah, sayang udah pergi :’
Salut! Lengkap banget sampe denah denahnya. Sayang saya gapunya kamera analog wkwk
hahaha yauda, kamera digital juga bisa diservis di sini kok gwgwgw
Info terbaru dari pak sufi kak, pengen service kamera analog juga
masih menerima servis kok, tapi yang manual SLR atau Rangefinder ya. Kalau pocket atau kamera digital low megapixel beliau udah ngga nerima lagi