Terrible Thing

“Hidup bisa melakuan hal-hal yang mengerikan”

Kalimat itu yang membekas di kepala gue saat ini, tepat ketika beberapa minggu yang lalu gue bertemu dengan seorang lelaki berperawakan tinggi gagah di sebuah taman lapang yang berdekatan dengan sungai.

Kala itu gue terduduk di tepi sungai. Sendirian. Menimang-nimang, kapan Bebay kembali ke Jogja. Sesekali gue rebahan diatas rumput liar. Awan biru dikombinasi dengan jingga hasil senja yang matahari tampakkan di ufuk barat menjadi pemandangan yang gue nikmati sore itu.

Nggak lama kemudian, seorang lelaki dengan kaos hitam berbalut jaket berbahan jeans datang. Dia duduk disamping gue. Tatapannya kosong, seakan masalah baru saja mendera hidupnya. Dia mengambil batuan kecil, kemudian melemparkannya ke sungai. Batuan kecil tersebut memantul-mantul diatas sungai, kemudian tenggelam. Gue yang rebahan hanya bisa melirik heran melihat tingkah lelaki tersebut.

Bosan. Gue pun bangkit dari rebahan. Terduduk bersila, bingung mau ngelakuin apa. Lelaki berkaos hitam itu masih bermain dengan batu-batu kecilnya. Sesekali dia berhenti, mengusap dahi yang berkeringat, kemudian melanjutkannya kembali.

Kini gue nggak hanya melirik, tapi, kini gue memperhatikan tingkah lelaki itu dengan jelas. Seakan merasa diperhatikan, lelaki tersebut menghentikan lemparannya, kemudian balik memperhatikan gue. Kini kami saling memperhatikan. Kalau misal lelaki itu alumni STM, mungkin dia bakal ngajakin gue tawuran. Kalau misal lelaki itu homo, mungkin dia bakal ngajak gue ciuman. Kalau misal lelaki itu inget mantan, mungkin dia bakal mendekat ke gue, memegang kedua pipi gue dan berteriak lantang

“KENAPA HAL INI TERJADI KEPADAKUUUU… KEMBALIKAN DIA KE PELUKANKUUUUU”

Namun, semua hanyalah drama.

Yang ada, lelaki tersebut hanya tersenyum kemudian berkata agak lirih.

“Hidup bisa melakukan hal-hal yang mengerikan”

Gue pun terdiam. Gagal paham sama apa yang lelaki tersebut bicarakan.

Enggan terlarut dalam kegagalpahaman, gue pun mendekati lelaki tersebut. Hingga kami benar-benar sudah duduk berdekatan, gue pun mulai bertanya.

“Maksudnya, Mas?”

Lelaki tersebut menoleh, dia berdehem pelan, kemudian memulai menceritakan maksud dari apa yang dia bicarakan.

“Saya pernah seumuran kamu. Pernah jatuh cinta setulus hati dan memberikan segalanya untuk seorang yang saya cintai. Hanya itu yang saya pikirkan waktu itu. Disaat itulah Saya bertemu dengan seorang wanita, sang bidadari idaman. Wanita paling cantik yang pernah Saya lihat”

Gue mendengarkan dengan seksama apa yang sang lelaki itu bicarakan.

“Suatu kali, di tempat ini wanita itu bicara ‘Mas, bolehkah aku katakan hal yang indah padamu?’ Saya nggak bisa mengabaikan wanita itu, dia menatap saya dalam. Waktu itu, saya terlalu pede dengan menganggap bahwa wanita itu jatuh cinta kepada saya. Sampai akhirnya saya sadar, dari tatapan mata dan apa yang diucapkannya, wanita itu ternyata benar-benar jatuh cinta kepada saya”

Lelaki itu memberi jeda untuk berhenti bicara. Dia mengambil batu kecil disampingnya, kemudian melemparkan ke sungai.

“Setelah itu, kami sering jalan-jalan berdua. Bersama-sama bercanda ditempat ini. Melempari batu ke sungai. Siapa yang batunya memantul di sungai paling banyak dialah yang menang. Kami tertawa bersama. Jatuh cinta adalah cerita yang tidak ada bandingnya dari apapun”

Gue menopang dagu, mendengarkan cerita sang lelaki sembari kebingungan, mana yang dia maksud sebagai hal yang mengerikan?

“Ditempat ini, saya bilang ke wanita itu ‘Mmm… Bolehkah aku katakan suatu hal indah padamu?’ kemudian, saya memberi dia sebuah kado berbungkus kertas dan tali. Dia membuka dengan hati-hati. Pada saat dia berhasil membuka kadonya, saya langsung berucap ‘Aku mencintaimu, maukah kau menikah denganku?’”

Sang lelaki tersebut tersenyum. Dia menengadah ke atas, memandang langit. Sementara itu, gue yang kurang paham sama apa yang dimaksud dengan hal mengerikan pun membuka suara.

“Terus, kenapa mas bilang kalau hidup bisa memberikan hal yang menyeramkan? Bukannya itu indah ya mas”

Lelaki itu menoleh ke gue. Tatapannya sayu. Nampak dengan jelas bahwa dia sedang menahan sesuatu.

“Ya, hidup memang bisa memberikan kita suatu hal yang menyeramkan” Jawab sang lelaki, sebelum akhirnya dia melanjutkan ceritanya “Suatu sore, tepat ditempat ini, kami berdua duduk bersama. Saling bersandar dengan kedua tangan menggenggam. Wanita itu pun berkata pelan ‘Mas, bolehkah aku katakan hal yang mengerikan padamu?’ belum sempat saya menjawab, dia melanjutkan bicara ‘Rasanya, aku sedang sakit. Kata dokter, waktuku hanya tinggal beberapa minggu lagi’ saat itulah saya terdiam. Tidak ada kalimat yang mampu saya katakan saat itu. Air mata tidak bisa lagi saya bendung untuk keluar. Sampai akhirnya wanita itu berkata untuk terakhir kalinya ‘Jangan sedih. Walau jalannya begini, aku tetep percaya bahwa kamu adalah hal terhebat yang pernah terjadi dalam hidupku’ Pelan. Pelan sekali. Untaian kalimatnya terngiang-ngiang terus hingga sekarang. Sampai ketika dia berpulang, saya masih tetap mengunjungi tempat ini, mengingat, kami pernah bersama-sama menjalani masa indah disini’

Gue pun cuma bisa diem. Sang lelaki pun melirik, dengan menghela nafas panjang, dia kembali berucap…

“Sekarang kamu tau kan kenapa? Karena hidup bisa melakukan hal-hal yang mengerikan. Jadi, jangan pernah jatuh cinta. Kamu akan banyak merasakan kehilangan. Kalau diberi pilihan, maka menjauhlah. Jangan biarkan cinta mendekatimu. Karena sekali lagi, hidup bisa melakukan hal-hal yang mengerikan”

            Ah, bukan kok. Ini bukan cerita nyata.

            Berantakan kan? Ya, gini deh. Baru nyoba-nyoba sih.

            Tulisan ini diadopsi dari lagu Mayday Parade – Terrible thing.

92 comments

  1. Kalau misal lelaki itu alumni STM, mungkin dia bakal ngajakin gue tawuran. Kalau misal lelaki itu homo, mungkin dia bakal ngajak gue ciuman. Kalau misal lelaki itu inget mantan, mungkin dia bakal mendekat ke gue, memegang kedua pipi gue dan berteriak lantang

    “KENAPA HAL INI TERJADI KEPADAKUUUU… KEMBALIKAN DIA KE PELUKANKUUUUU”

    Kalimat diatas sukses membuatkan tertawa terbahak – bahak…
    Tapi overall, tulisannya kereen.. 😀

  2. Kalau kata Gibran Feb, ” CINTA tidak harus berakhir bahagia, karena CINTA tak berakhir ” ;p

  3. Lumayan, Feb. Gue terhanyut dalam cerita elu. 🙂 Lanjutkan!

    Huwehehe.

    Cinta, ya? Ah, gue nggak mau komentar apa-apa mengenai cinta. Memang terkadang itu mengerikan. Tapi tetap saja gue nggak kapok untuk jatuh cinta. :’)

  4. Kata salah satu temen blog saya, hidup itu harus berani merelakan. Jadi, bukan berarti kita malah tidak mencinta, tapi salah satu resiko dalam semua hal di hidup ini, semuanya berujung pada harus direlakan, harus kehilangan.

    Btw, hadiah buat kamu dikirim nya baru minggu depan maafin. Minggu ini baru buat Mas Ihwan sam Kak Dita. Maaf terlambat Febbb.

  5. Apa disini cuma saya yang ngirain cerita ini nyata sampai akhirnya nyadar ini bukan cerita nyata pas baca kalimat-kalimat terakkhir terus ketawa sambil ngapus air mata?
    Postingannya bagus. Lagunya juga bagus. Liriknya dalem.

  6. Kata-katamu itu somewhat unexpected, Feb. Isi kepalamu seperti loncat-loncat, sparking like fireworks. Bagus, jadi orang yang membaca rasanya tidak monoton.
    Begitulah cinta, deritanya tiada akhir *pukpuk Febri*. Ya mungkin tidak jodoh, kalau jodoh kan tidak lari ke mana. Dan bukankah semua orang pada akhirnya akan kembali pada asalnya yang satu itu? :)).

    1. Hihihi iya gitu Bang. Kadang aku kalau nulis ya agak random gitu. Kadang pengen lucu, kadang pengen sedih, kadang pengen ngasih opini. Nulis kan bebas aja gitu kan ya Bang. Tapi masih aja aku kurang pede :’

      HIhihi cinta emang gitu kok:’ semoga aku jodoh sama bebay :p

      Nah, kalimat terakhirnya ngena banget. kita pasti kembali pada yang satu itu :’

      1. Iyaa, kamu itu agak kurang pedean, ya. Beby aja sudah pernah bahas itu di postingannya :hihi.
        Amiin, semoga kalian cepet bersatu kembali, terus dilanggengkan buat seterusnya :amin.

    1. Waaaa, makasiiih mbak 🙂

      Iya sih mbak, habisnya, nyari setting yang pas buat dialog yang keren ya cuma di tepi sungai gitu sih :’ mau ditepi lahar gunung merapi, kok kayaknya aneh wkwkwk 😀

      makasiiih banyak mbak keke 😀

      1. Komitmen dan takdir juga sih, hehe..
        Kalo gak jodoh gak boleh dipaksain, walopun katanya cinta banget.
        Semua akan indah pada waktunya.

  7. pertama gue kira ini cerita fiksi karena pembukanya yang bagus,. yap tapi ternyata dugaan gue benar ini adalh sebuah cerita fiksi. pesan yang disampAikan juga bagus.. pokonya keren lah

  8. Tak kirain beneraaaan feb.. Hampir nanya. Ini beneran? Lakok klo di kejadian nyata rada2 serem yo..

    “Mau denger cerita sy yg menyeramkan?…

    Bagi cepek dulu dong”
    *jiaaah jd pak ogah deseee*

    1. Wwkwkwk bukan beneran kok mbak, baru nyoba belajar bikin cerita yang gitu-gitu :p wkwkw

      Mau dooong mbak, ayooo ceritain :p terus yang cerita tentang suami kocak itu dilanjutin ya mbak 😀

      1. Bagus kok feb tulisannya.. Aku malah ngga seimaginatif itu.. Lanjutkan ya..

        Iya nanti aku tulis aha.. *klo gak kumat malas*.. Tukisan ttg si suamik udah banyak sebelum2-nya.. (Halah. Jd numpang promosi)

      2. Alhamdulillah Mbak :)) makasiiih banyak ya mbak Dewi :3 hhihi baru dalam masa belajar sih :3
        Hihihi ditunggu selalu ah tulisan kecenya 😀

        Ah, udah ada banyak brarti ya mbak 😀 aku geledah langsung nih 😀

  9. Pingback: Stay | #FDCG

Leave a reply to Gustyanita Pratiwi Cancel reply