Halo, Desember.
Waw, sudah cukup lama juga saya tidak menulis tentang bagaimana hidup dan hal-hal lain di dalamnya ya?
Jika boleh dibilang, tahun ini, jelas cukup memberatkan untuk saya pribadi. Mungkin ada di antara kalian juga yang merasa demikian. Pun, ada sebagian dari kalian juga yang kebalikannya. Manusia dengan jalan hidupnya, memang berbeda-beda bukan?
Nggak apa.
Tidak usah membandingkan, atau terburu-buru mengejar karena merasa ketinggalan. Nikmati prosesnya, lalu pelajari hikmah-hikmah dibaliknya. Tidak ada yang benar-benar duluan, tidak ada yang benar-benar tertinggal. Kamu adalah dirimu beserta awal dan liku jalan sampai sekarang. Mereka, ya tetaplah mereka dengan awal dan liku jalannya.
Tenang saja.
Kehadiran Virus Corona mungkin dapat dibilang sebagai bagian kecil yang mendasari alasan kenapa tahun ini tidak cukup baik untuk saya, maupun kalian. Sebagian kecil yang dampaknya melebar dan beruntun.
Saya tidak akan membahas si virus bajingan itu karena, ya, dibahas pun tidak akan usai. Malah mungkin, justru akan meningkat dan nggak karuan, jadi cukup saja kamu bajingan. Karenamu, tahun ini tidak ada perjalanan luar kota yang berkesan.
Kehilangan laptop di pertengahan tahun ini pun juga bisa menjadi alasan kecil yang mendasari kenapa tahun ini cukup buruk untuk saya. Kenapa? Ya, karena manusia mana yang tidak down kehilangan barang berharganya, lengkap dengan dokumen-dokumen penting di dalamnya?
Saya pikir tidak.
Terlepas dari hilangnya laptop yang telah cukup lama menemani saya dari zaman kuliah hingga kini untuk berproses baik menulis, edit video, bekerja, dan hal pendukung lainnya. Sekarang saya sudah menemukan gantinya, semoga laptop ini dapat terus menemani saya untuk berproses dan berkembang seterusnya.
Okay, top, laptop?
Baik.
Apakah kehadiran laptop baru, lantas membuat hidup saya terperbaiki?
Tentu saja tidak.
Menjelang akhir tahun ini, saya kehilangan seorang perempuan yang… yah, bisa dibilang separuh hidup saya selama hampir tiga tahun belakangan ini saya berikan kepadanya.
Kami memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kami.
Kenapa?
Mungkin lebih baik tidak dijabarkan alasannya, karena, ya, jika harus ditunjuk siapa yang bersalah dan berhak menjadi tersangka, tentu itu adalah saya. Saya tidak akan membela diri atau apapun juga.
Sedih? Tentu saja.
Tapi, mau bagaimana lagi?
Terlepas dari gagalnya hubungan kami untuk berlanjut berjalan, bisa dibilang, kami cukup dewasa untuk kemudian menerima keadaan yang ada.
Awal-awal saja yang rasanya kayak,
‘seharusnya ini nggak begini,’
‘harusnya masih bisa diperbaiki,’
‘seandainya bisa kayak gini,’
Tapi, yah, seperti yang sudah pernah saya bilang, tidak pernah ada putus yang baik-baik saja. Kita berdua tetap butuh ruang sendiri untuk berproses, berpikir, dan mengikhlaskan untuk kemudian baik-baik saja.
Di ruang kesendirian saya kemarin, untuk proses menyembuhkan rasa sakit dan sesal, saya akhirnya mencoba menyakiti diri sendiri untuk membandingkan, mana yang lebih sakit? Luka silet atau hati, yang ternyata jawabannya tetap hati.
Kemudian di ruang tersebut, untuk pertama kali saya pun mencoba meminum alkohol. Enak? Tentu tidak. Bajingan memang, rasa pahit begitu tapi masih ada orang yang dengan bangga bilang bahwa alkohol menenangkan dan tepat sebagai pelarian.
Tapi mungkin, bagaimana manusia dalam memilih jalan untuk tenang berbeda bukan?
Saya tidak pernah menangis lebih kencang melebihi hari-hari selepas perpisahan kemarin. Hati saya sampai tidak merasakan apapun. Benar-benar yang kayak, ini, harusnya saya gimana lagi?
Saya akhirnya sedikit bisa sembuh saat mengubah pola pikir dan memandang luka ini dari sudut yang lain. Kita tidak bisa melawan semesta. Atau mungkin, kami sendiri yang justru membelokkan rencana semesta?
Entahlah. Semua berjalan, memang sesuai dengan apa yang menjadi kehendak-Nya.
Baik dari awal ketika hal-hal indah dibangun, lalu masalah muncul, hingga keputusan-keputusan yang mungkin ada salah maupun benarnya, dan diam terbungkam yang akhirnya terkemukakan.
Secara pribadi, sebenarnya saya cukup siap untuk kehilangan. Beberapa kali, entah di awal, pertengahan, maupun di ujung hubungan, saya pernah berkata bahwa jika nanti bosan, jika nanti ada peluang yang lebih menjanjikan, jika nanti tidak tahan, bilang saja. Kita bisa sama-sama melihat ke dalam diri kita, tentang bagaimana seharusnya maupun apa yang terbaik selanjutnya.
Tentu saja saya berbohong.
Kehilangan memang sakit dan sulit.
Tapi dari apa yang telah terjadi, kini saya banyak mempelajari bahwa ada yang lebih sakit dari kehilangan atau tergantikan.
Dia bernama penyesalan.
Rasa sesal yang kemudian muncul, saat dia menangis parau mengatakan selama hampir 29 bulan kita bersama, ada hal-hal yang dia tahan dan tidak dia katakan agar saya merasa bahwa hubungan ini baik-baik saja.
Rasa sesal yang muncul, saat saya makin menyadari bahwa tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki bersama.
Rasa sesal yang muncul, atas apa yang telah saya lakukan.
Rasa sesal yang, sepertinya tidak berkesudahan.
Tidak bisa diapa-apakan.
Tapi, seperti yang sudah saya katakan di awal, setelah proses ‘menyembuhkan’ berjalan, kami sudah cukup dewasa untuk menerima perpisahan.
Kami baik-baik saja.
Malam kemarin, kami tertawa-tawa membahas hal-hal yang telah lalu melalui pesan singkat meski tidak serutin sebelumnya.
Semalam, dia bercerita tentang masa depan barunya yang mampu membuatnya terharu atas usaha dan waktu yang diberikan. Mungkin dia akan maju ke jenjang yang lebih sekedar memanggil sayang dan dijemput setiap malam. Saya mendoakan yang terbaik baginya.
Mungkin besok malam, atau malam-malam selanjutnya, giliran saya yang akan bercerita tentang masa depan baru yang entah kapan akan saya temui. Dan pasti, dia akan mendoakan yang terbaik bagi saya.
Dari segala hal yang telah berlalu dan masih berjalan, saya belajar banyak hal.
Banyak sekali.
Akhir tahun ini, saya tidak akan terlalu berharap banyak tentang baik-buruk nantinya. Berjalanlah sesuai dengan seharusnya, dan saya akan berusaha sebaik-baiknya.
Tahun depan pun demikian. Tidak perlu berpura-pura untuk terlihat akan baik atau terkesan amat burut. Datanglah seperti biasa.
Untuk segala hal yang telah berakhir, saya berterimakasih.
Ehe.
Tumben bijak dan dekat dengan Tuhan begini, ada masalah ya?
Haha, jingan.
Terimakasih.
Membaca di awal, aku berkesimpulan ini tulisan yang paling aku suka dari blog ini karena rasanya agak2 puitis dan penuh filosofi gitu. Biasanya bercerita tentang petualangan…
Tetapi semakin ke bawah, eh… Koq?
Setuju, tidak perlu berpura2 baik … tetapi jangan lupa tetap optimis karena akan ada saat menyadari semua baik adanya…
Eh,,,,
wahaha agak puitis dan penuh filosofi wkwkw
ehe, namanya hidup yang terus berjalan maju beserta seleksi-seleksi hidupnya kan ya, mba.
baik, mba. terimakasih banyak sekali ya 🙂
Selamat berproses, Kak. Tahun ini memang berat untuk semua orang. Membaca tulisan ini, saya ingin bilang, “rasanya, sama”. Tapi, terlalu pasaran, karena hampir semua orang memiliki masalah yang serupa, kehilangan dan melepaskan pergi.
terimakasih banyak sekali, Mba.
banyak belajar juga dari semua hal yang telah terjadi. benar, kehilangan dan melepas pergi. kami merasakan sedih yang sama.
terimakasih ya mbaaa 🙂
Semangat ya, Kak.
Terimakasiiiiii mba
Baru pertama main ke sini dan langsung disuguhkan dengan tulisan yang makjleb 😖.
Semoga Kak Febri bisa semangat melewati ini semua. Yakinlah bahwa semua ada waktunya. Kelak Kak Febri pasti akan menemukan masa depan Kakak di waktu yang tepat. Semangattt!
Mending minum es jeruk daripada alkohol, Kak hahahaha.
haha, makasi sudah main ke sini ya mba.
Aamiin. terimakasih banyak yak 🙂
mas feb :((( duh jadi ikutan sedih loh jujur akunya.
semoga tahun depan diberikan kelapangan hati yang lebih luas, ya! aamiin.
ehe, ngapapa. kami baik-baik saja kok.
Aamiin, Mba Ris. Terimakasih yak
Feeeeeebbbbb :(((((
Kehilangan laptop memang menyedihkan yaaa hiks. Saya gak mau bahas kehilangan yang paling banyak kamu tuliskan di sini ah. Cuma pengen kamu melanjutkan hidupmu meski sedang nggak baik-baik aja. Tetap hidup dan cobalah untuk pulih, ya!
Wahahaha bener sih, laptop ilang sunggu bangke sekali wkwkw.
ehe, ngapapa. makasi yak, Tiw!
Semoga saja nanti dapat gantinya yang lebih baik ya kang Febri atau mungkin saja nanti bisa jadian lagi sama dia. Apapun yang terjadi aku yakin kang Febri bisa mengatasinya, terlihat dari isi tulisan yang bijak.
Oh sedih juga kehilangan laptop, aku juga pernah. Laptopku hilang pas ditinggal pulang kampung, bukan cuma laptop tapi barang lainnya. Sampai sekarang belum niat beli laptop lagi, enakan pakai hape buat ngeblog.
Wahahaha iya, Mas. siap.
bener-bener, ilang laptop sunggu bangke sekali. dirimu bisa mengatasinya dengan hape ya, saya belum bisa wkwkw 😀
bingung gue mo komen apaan.
semoga tahun depan semuanya menjadi lebih baik. benar-benar lebih baik.
yaelaaaa wkwkw
wokai, makasi bang.
Kunjungan pertama ke blog ini, dan ngerasa ikut sendu baca ceritanya ):
I’m so sorry for your lost, Mas Febri. Memang kehilangan itu nggak pernah mudah, saya juga pernah merasakannya. Mudah-mudahan di tahun yang baru nanti akan digantikan semuanya yang jauh lebih baik ya. Dan yang penting tetap semangat! (:
waaaa terimakasih sudah mampir sebentar di sini.
ehe, iya, mba. susah. banget. tapi yasudah ngapapa ko. jalannya begini mungkin ya.
terimakasih yak, sekali lagi. 🙂
Cemunguuud, yuuuuk ..
Udah lega kan curhat ilang lepi, eh* laptopnya 🙂 ?.
Siapa tau abis ini ujug-ujug ada rejeki nomplok dapathadiah laptop baru..
Makasiiiii mas wkwwk
cuma mau bilang:
Semua akan indah pada……
hal enggak
ehehehehehe *gak membantu*
*uppercut*
Orang bilang masih banyak ikan di lautan, tapi kita bukan ikan ahahahaa. Selamat jatuh bangun dan jatuh lagi nantii bang!
Semangat terus ya Feb. You never know what awaits you ahead.
Kukenalin sama ponakanku yok sini 😂
semoga terus membaik ya. tetap semangat dan positive thinking.
febriiiiii senyuuuum
semangattt ya hehe
Halo mas! Salken ya, ini pertama kali main-main ke sini dan baca tulisan yang dalem begini. Emang iya kehilangan emang nggak enak rasanya jleb banget ya mas feb. Tapi pasti ada aja pelajaran yang nempel dibalik rasa kehilangan itu. Semangat terus mas feb 🙂 Semoga cepat dikasih gantinya 😀
Kunjungan pertama ke blog ini, dan ngerasa ikut sendu baca ceritanya ): (2)
😊
mantab jiwa
Febriiiiii, ikut sedih dengernya :(. Padahal aku berharap kalian bisa langgeng kali ini ….
Apapun, semoga kamu nemuin jodoh yg terbaik yaa feb.
Udah lama ga baca tulisanmu… Lgs disuguhi cerita sedih 2020. EMG kampret THN ini… 😦 Tahun dukacita semuanya. Tapi mau gimana lagi yaaa. Tetep harus kita lalui :). Semoga THN depan semuanya udah bisa kembali normal yaaa feb.. jaga kesehatan kamunyaaa 🙂
Semangat, Feb.
Jangan lupa bahwa eseorang yang belum terlihat juga sedang menunggu di suatu tempat.
i don’t know you in person but i know the subject of ur story and already waiting this post since the very first time i know it. i don’t know you in real life tapi kurang lebih paham perasaannya. stay strong ya! whatever is hurting you will pass, maybe it won’t happen overnight, over weeks, over months, but things will get better. yang patah tumbuh, yang hilang berganti ✨
2020 memang tahun yang berat ya bagi banyak orang, terlepas dari corona ada aja masalah lain yang datang.
Bingung juga mau kasih penyemangat apa selain doa semoga 2021 jadi lebih baik lagi ya feb 🙂
Ya ampun kayaknya baru kemarin aku menulis doa di kolom komentar agar supaya awet hubungannya, yahhh..tapi selalu saja tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya 🙂
Semangat Feb!
Jujur saja, saya agak lama untuk memilih kata-kata yang pas untuk mengungkapkan kekaguman saya dengan alur dan bahasa tulisan mas febri.
Cerita awal yang saya kira semuanya tentang covid, tapi diakhiri dengan rasa sakit.
29 bulan waktu yang cukup lama buat menjaga & berkomitmen, walaupun (maaf) pada akhirnya hanya akan menjadi kisah yang mungkin segera dilupakan 😦
But, tetap semangat mas. Semua masalah yang datang menjadikan kita pribadi yang lebih baik dari sebelumya. Semoga luka yang sekarang dirasa segera sembuh & mendapatkan pengganti yang lebih baik. Mungkin lain kali bisa ngonrol sambil ngopi santai di Jogja,
Salam kenal 🙂
Sumpah ini tulisan termelo yang ku baca wahai bajingan. Ekekek
Yg jelas, ati2 kl naik bus lagi yaa. Terus nih, aku mau ngucapin terima kasih banyak sudah bertahan, terima kasih banyak sudah berhenti menyilet2 urat nadi, terima kasih jika sudah sadar kl alkohol itu nggak enak. Meskipun aku blm pernah mencoba. Hahaha
Tp percayalah, aku pernah di posisimu Mas Feb. Sungguh ini nggak mudah, nggak gampang. Tp yakin aja kalau rasa sakit, marah, kecewa, dll itu ada expirednya. INI KENAPA AKU JADI SOK SIH. PADAHAL NULIS BEGINI SAMBIL NAHAN NANGEEESSSS🤣🤣🤣🤣
Plis atuh, yuk semangaaattt!!! Aku senang melihat postingan 30 hari berceritamuuuuuu. Tos yok tos!!!
Waduh, Febri saya ikut merasakan apa yang kamu alami. Karena saya juga pernah mengalaminya. Memang berat menjalani hidup setelah terjadi perpisahan. Saya salut kamu bisa mendoakan terbaik buatnya. Hal yang sulit untuk dilakukan dalam masa bersedih.
Semoga Febri diberikan semua yang terbaik dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Saya sudah menulis lagi setelah vakum dua tahun lebih. Kunjungi blog saya, ya.
Salam sehat.
Mas, iso nangis juga toh 😛 *puk puk pundak mas Febri
Semangat, mas. Kehilangan laptop lebih menyakitkan yo, lha iku hasil jerih payah seumur kuliah dan kerja; ngehek emang!
Nek butuh teman buat misuh aku lho kok, mas 😀 😀