Hualoh.
Bahas Kamera Analog lagi ah. Ehe. Kayaknya blog ini bakal lebih sering bahas masalah perhuntingan kamera analog deh. Tapi tergantung mood ding, sebahagia saya saja. Kalau lagi sedi, ya nulis yang sedi-sedi.
Baiklah.
Yok nyawer dulu jika hendak yok : sawer
Berhubung percoronaan bangsatnawi ini belum usai, maka adoh gimana ya ini mengatasinya? Kaga bisa diatasi selain dengan kekompakan dan kerjasama antara rakyat dan pemerintah. Eh, tapi, gimana kalau ternyata si corona ini bener-bener hanya sekedar konspirasi?
Etauk amat.
Itu tugas JRX saja yang berpendapat. Saya cape.
Ehe.
Langsung ke pembahasan aja deh ah. Jadi, terakhir kali saya hunting foto pake kamera analog ini kira-kira pada tanggal 19 April 2020 kemarin, tepatnya beberapa saat sebelom bulan Ramadhan tiba. Kamera yang saya pake adalah Yashica Electro 35, sementara roll film penunjang gambar yang saya pakai adala kodakvision 250D. Ehe, main mura-mura dulu aja. Ehe.
Setelah hari itu, saya belom hunting lagi. Tapi sudah masang roll di ricoh gx 1 sih, cuma baru jepret 8 exposure doang. Bingung mau kemana lagi. Hadeh.
Okay, pada perhuntingan hari itu, saya dan pacar pun memutuskan untuk menjadikan Waduk Sermo sebagai obyek foto kami. Alhasil, perjalanan pun kami lakukan sekitar habis dhuhur. Kebetulan, perjalanan dari rumah pacar saya ke Waduk Sermo tidak jauh-jauh amat, jika dibandingkan apabila titik mulanya adalah dari Pandeglang Banten.
Ciyaaaa, dia melucu.
Aha.
Saya sudah cukup lama sih nggak main-main ke Waduk Sermo. Terakhir kali kayanya pas zaman kuliah semester 4 deh. Kala itu ada kunjungan lapangan di sana. Hal yang saya ingat dari Waduk Sermo adalah… eng, saya pernah jajan bakso tusuk aja sih. Sementara materi kunjungan lapangannya daku lupa.
Ehe.
baca juga : review kamera analog fujifilm mdl-55
Durasi perjalanan yang kami butuhkan untuk sampai ke Waduk Sermo berapa jam ya? Saya lupa. Kayaknya sekitar satu sampai satu setengah jam deh. Apa kurang ya? Ya, pokoknya mayan bikin bokong pegel deh.
Ehe.
Hunting Foto Pake Kamera Analog Yashica Electro 35
Sejujurnya, saya selalu menikmati setiap perjalanan yang kami lewati. Misal setiap kali lihat ada jalanan yang bagus dibalut oleh rindangnya pepohonan, saya pasti berhenti sejenak dan nyempetin buat motret pake kamera analog.
Apalagi jalanan nanjak pas mau sampai di Waduk Sermo itu ya ampon bagos-bagos banget viewnya. Ini salah satu foto favorit sih, yang pas saya lihat hasilnya… gilak, saya suka.

neng dalan lawas koe karo sopo
Ehe.
Waduk Sermo itu wilayahnya cukup luas, tapi viewnya itu-itu aja. Tempat pemberhentian pertama saya dan pacar ketika sampai sana adalah di deket parkiran bis gitu-gitu. Disitu, saya cuma foto beberapa spot dan jalanan aja gitu.
Oiya, sesuai dengan apa yang terjadi sudah-sudah. Jelas, obyek foto yang paling banyak mengisi roll film saya kala itu ya komuk si pacar. Ehe. Saya sih yang minta. Habis, di Waduk Sermo viewnya ya gitu-gitu mulu. Pemandangan doang. Saya merasa, kalau foto pemandangan pake kamera analog itu agak kurang mantap aja gitu, kecuali kalau roll filmnya pake fujicolor c200 dan lensa yang dipake mantap juga.
Ehe.
Lebi suka foto obyek orang atau bangunan sih sayanya.
Kelar foto di pemberhentian pertama, kami berdua pun lantas turun dikit di jalan memanjang yang ada semacam tiang gawangnya itu.
Parkirin motor bentar, terus foto-foto lagi. Obyeknya siapa? Ya pacar lah. Siapa lagi.
Ehe.
Kami pun lanjut jalan ke depan lagi dan markirin motor di semacam plakat dan batu gitu. Apa ya namanya? Pokoknya disitu deh. Terus nyoba nyari objek foto yang bagus. Nah kebetulan, pas saya markirin motor, saya lihat ada ibuk-ibuk yang lagi nyoba manjat tebing gitu.
Aslik, kemiringan tebingnya itu mayan juga loh. Nggak yang landai, tapi ini kayak 30 derajat gitu. Si Ibuk nyoba naik sambil ngegendong karung berisi suket sambil menatah pelan pakai tongkat. Saya nyemangatin sambil iseng foto sejenak.

semangat, buk
Sesampainya si ibuk di atas, kami pun ngobrol sebentar. Dari situ akhirnya kami tau, ternyata rutinitas itulah yang si ibuk lakukan tiap hari. Bahkan sehari nggak cuma sekali. Ketika kami berdua hendak berpindah pemberhentian guna mencari tempat hunting, si ibuk ini sudah siap-siap turun lagi untuk mengambil suket.
Buset, mantap banget yak. Hayoloh, yang masih terus mengeluh atas hidupnya yang berat. Yok, mawas diri.
Setiap orang punya hidup yang berat kok. Tapi kan itu masing-masing. Jadi, yaa semaksimal mungkin hadapi yak. Kamu bisa! Kita bisa!
Selanjutnya, kami berhenti di deket pompa utama Waduk Sermo, yang mana ada banyak pedagang cilok, es tebu, batagor, bakwan kawi, dan lain-lainnya. Meskipun situasi saat itu cukup sepi, hanya ada saya dan beberapa pesepeda maupun satu dua keluarga yang juga ‘ngeyel’ atas anjuran di rumah aja, tapi para pedagang masih mencoba berjualan karena, ya itu satu-satunya jalan agar mereka tetap berpenghasilan.
Semangat!

neng jembatan anyar koe karo sopo
Di tempat ini sebenernya ada cukup banyak objek foto yang bagus, tapi saat itu saya hanya motret beberapa karena saya lebih disibukkan dengan dahaga yang sangat dan lapar yang aduduh. Jadi, ketimbang motret, saya lebih fokus untuk jajan cilok dan minum es tebu.
Ehe.
Alur jalanan yang ada di pinggiran Waduk Sermo pun kami berdua susuri. Dari ujung sampai ujung pokoknya. Dan saya nggak nemu obyek foto yang bagus lagi selain jalanan, pohon, waduk, dan paras pacar saya.

waduk sermo
Merasa agak sayang kalau isi foto hanya itu-itu saja di Waduk Sermo, akhirnya kami berdua pun sepakat untuk melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Pantai Glagah.
Oiya, di sini, si pacar juga motret pake kamera Kodak VR35 K5-nya ya. Mungkin dia akan ngebahas di blognya, tapi nggak tau kapan. Ngausah di tunggu. Lama.
Jarak antara Waduk Sermo menuju Pantai Glagah itu kisaran sejam kalau nggak salah. Pokoknya itu yang tertera di google maps. Jalan yang dilewati pun jalanan kecil gitu. Nggak ngerti deh, butuh waktu 30 menit untuk akhirnya kami sampai di jalanan agak besar yang menjadi akses umum kendaraan dari Jogja ke Wates.
Dari Jalan Jogja – Wates itu, lantas google map mengarahkan kamu untuk belok ke arah selatan dan menuju Jalan Daendels yang ada di pinggiran pantai selatan itu loh. Kalau sudah di daerah itu, pokoknya deket deh dari perpantaian duniawi.
baca juga : hasil foto kamera analog ricoh gx 1
Ketika hendak sampai di Pantai Glagah, kami berdua disambut dengan adanya pesawat yang sedang mencoba landing dengan pelan. Kebetulan, Pantai Glagah ini deket banget sama Bandara NYIA yak. Bahkan di jalanan samping Pantai Glagah itu ya jejeran sama pager bandara.
Mantap pokoknya mah. Meski, ya, pembangunan Bandara NYIA ini kita tahu, ada masalah pelik bagi orang kecil di baliknya sih ya.
Huft.
Okay lanjut.

itu ada manusia tanpa kepala
Pantai Glagah ini sepi banget. Aslik. Banyak lapak-lapak yang tutup. Tapi untungnya, akses masuk ke pantai ini nggak ditutup. Sepertinya banyak bapak-bapak yang juga masih nyari rezeki dari dana parkir wisatawan di Pantai Glagah ini.
Ngapapa.
Asal nga rombongan yang datang.
Ehe.
Para pengunjung yang kebetulan datang bareng saya di Pantai Glagah itu kebanyakan orang-orang yang rumahnya deket sana, karena mereka pake sepeda gitu-gitu. Sisanya, ya jelas para mantap mania mancing yang nyari ikan di atas batu pemecah ombak.

mantap mania mancing
Sensasi melihat pantai setelah sekian lama terkurung dalam rumah karena corona itu gimana ya?
Ya tentu bahagia dong. Meskipun sensasi was-wasnya ada dan aroma keramaian yang khas dari pantai, sedikit berkurang. Tapi, seneng kok tetep, akhirnya mata ini termanjakan.
Di Pantai Glagah ini saya lebih suka motorin orang mancing, ombak, kapal, bapak-bapak, dan juga yang paling wajib… komuk pacar saya lah. Siapa lagi. Ehe.
Sebenernya saya pengen motret pesawat yang sedang landing gitu, tapi pas sudah siap membidik langit dan ditunggu-tunggu, eh nggak muncul. Sekalinya suda males dan nggak nunggu, eh muncul mulu.
Kesal.
Akhirnya, yasudah. Seadanya saja fotonya, yang penting jepretannya 36 exposure dan sepulang dari perhuntingan ini bisa langsung cuci-cuci jemur-jemur ahoy.
Kira-kira baru sekitar pukul 17.00 WIB kami baru berhasil menghabiskan jumlah exposure yang tersedia. Selepas itu, kami berdua langsung balik lewat Jalan Daendels mentoooooooooook sampai tembus Srandakan, dan ahoy, rumah pacar saya nggak jauh dari situ.
baca juga : hunting foto pakai kamera analog canon prima zoom shot
Di mana lagi tujuan setelah itu? Ya jelas, yang penting si pacar sudah selamat sampai rumah dulu dan dapat beristirahat. Selanjutnya biarkan saya sendiri yang gaskeun ke tempat devscan langganan, yaitu anakanalogyk, dan menanti-nanti hasilnya.
Uwu-uwu.
Meski hasilnya nggak seberapa, tapi ngga tau kenapa saya selalu suka aja gitu. Asalkan hasilnya ada aja, kaga yang kebakar kek bangke. Kalau kebakar atau tidak ada hasilnya, kan kesal yak. Sudah jauh-jauh hunting, ga ada hasil.
Huh.
Terimakasih sudah menyimak yak.
Pankapan, mari berhunting kembali.
Yeay.
Oiya, untuk proses hunting-hunting fotonya, biasanya saya posting di youtube loh. Jadi, yok subusekeraiber jika berkenan ehe.
Terimakasih.
Ini foto-foto lainnya yang bingung daku selipkan dimana lagi, jadi di sini saja.
Huahua.

dalan waduk sermo
yashica electro 35 dan roll kodakvision 250d ternyata bisa membuat waduk sermo terlihat kayak di okinawa, apalagi gambar sepeda yang lagi nyender disamping waduk itu, duh jdi pgn minta gambarnya wkwkw
Wahahaha mungkin tonenya sedikit mendukung akan kemiripan itu yak wgwgw. Tapi belom pernah melihat atau ngebandingin sama yang di okinawa sih wgwgw.
Silakaaaan mas, boleeeh loh jika hendak diminta wgwgw
duh liat nya jadi kangen pacaran~ wkwkw.
anw, jadi vintage banget gt yaaa vibe nya. sukak deh~
Wahahahaaha pacaran lagi, mba, pankapaaaan. Lekas mendapat yang baruk yaaak. nanti kami potoin gwgwgw.
Ehehehe 😀 terimakasih mbaaa
beneran loh~ pasti hasilnya bagus bangett..
eh, masih ada yang jual roll film yah ?? tak kirain dah masuk museum 😂
Kalo dibanding digital untuk hasil foto saya sebenernya lebih suka yang berasal dari kamera analaog. kenapa? karena gak seditael kamera digital, segala kekurangan disana sini, apalagi diwajah, bagian jeleknya gak kentara karena dimensinya sebanding dengan bagian bagusnya alias ngeflat aja,😂
Masiiiii banya yang jual koooo mas wwgwgw. yah, meski jenisnya nga sebanyak dulu 😀
BENEER BANGET hehe. Kamera digital terlalu rapi dan detail bangeeet. Kalau analog itu kayak masih apa adanya, sederhana, dan banyak grainnya wgwgw
Hehehe yok main analog lagi, mas 😀
Rini uzegan seingatku sih cewek mas Febri.😂
Aku liat hasilnya, kagum. Kok bisa ya analog hasilnya spt itu. Jd inget jaman dulu suka ngedit foto pake aplikasi namanya Camerabag. Pilihan filternya banyak yg jadul2 cantik gitu
Duluuuu dirimu sempat main analog ngga, mbaaaa? semasa muda muda gituuuh 😀
Ehehe iyaaaa, saya suka sama hasil-hasil analog sih.
Wahahaha, camera bag? saya mala baru tauuuuu aplikasi itu mbaa :’
Ya iyalah dr jaman SD sampe SMA, pakenya ya analog. Dibeliin kamera sendiri merk Olympus klo g sala
Sudaaaa kudugaaa. Soalnya digital baru keluar tahun 2000an wgwgw :p
Waaaaaa kok keren mbaaaaa olympus. Masi ada nga sekarang? cobain lagi cobain lagi :p
Walah yowes bhay mboh nang ndi
Cakep ya mbaknya, eh hasil fotonya. Tone sendu kalau saya bilang sih, hehehe, Terus salut sama si ibuk, semoga berkah selalu buk hidupnya. Seru ya kalau hunting foto gitu bukan cuma jepret-jepret aja tapi bisa ketemu dengan berbagai kisah menarik.
Wahahaaa terimakasiiiiiih ya, saya mewakili si mbaknya berucap terimakasih :p wgwgw
Nah bener, meskipun cuacanya siang itu agak terang, tapi jatuhnya jadi nyendu gitu 😀
Iyaaa, si ibuknya keren banget :’) salut saya. Nah, itu yang saya cari dari huntinghunting wgwgw, mengambil momen sembari ngambil kisah menarik dari yang terpotret 😀
Berasa indie² gitu ya
Hahaha indiiieeee loh wgwgw
btw, semarang belom aman ya mba ya
Waaa aku sudah pulang kudus to iyo, tapi iyaa emang belom aman si semarang, lumayan.
Yah, kapan amane?
Iyaa ngatau ya huhu 😦
Kesannya tempo doeloe ya..
Ehehee iyaaaa kak, itu yang saya cari dari main analog wgwgw
“Mungkin dia akan ngebahas di blognya, tapi nggak tau kapan. Ngausah di tunggu. Lama.” Aasliik ngeselin dehh :< tapi moto kek gini gak mesti diedit di vscocam dah bagus yak wkwk
Anw itu pantainya bagus aamaaat :< Bekasi jauh dari pantei, yg paling deket ancol lol
Waahahahaa iyaaa, habis emang beneran lama kalau ditungguin wgwgw 😀
Bener, mba. Nggak perlu diedit. Emang saya nga pernah ngedit sih kalau pake analog wgwgw biarkan apa adanya 😀
Hahahaha di Jogja banyaaaa bet pantai mbaaa. Pindahin Bekasi di deket Jogja sini, niscaya kamu akan bahagia. UMR tinggi, tempat wisata banyak gwgw
koq ada garis kayak flare di sebelah kiri itu kenapa ya?
apakah sudah “bocor” kameranya?
Whahaaha, kalau bocor kameranya kayaknya engga sih mas.
pernah nanya begini juga ke pak sufi, beliau bapak yang lama main di analog, katanya ini bisa jadi rollnya (karena pake film bulk) atau juga bisa jadi karena tempat cucinya.
Nggak sekalian perbandingannya dari 0 KM Sabang aja Mas?
Btw Waduknya cakep juga ya, dengan tone yang seperti ini, malah keliatan kayak di Jepang-Jepang gitu menurutku.
Oiya, nanti saya edit mas wgwgw 😀
Hahaha jatuhnya malah kayak di Jepang yaaak. Waaaa, seneng. Terimakasih banyak, Mas 😀
bagusss lanjut
ehe, terimakasi mbaaa
mantap, semangat
mba din semangat jugah
siap, terima kasih
Lihat gambar waduk sermo kok aku jadi ingat waduk Malahayu di daerah Brebes dekat daerah saya. Cuma bedanya kalo dari waduk Malahayu ke pantai randusanga jauh.
Iya betul, kok itu ada gambar orang tanpa kepala ya.😱😱😱
Iya, ada kemiripan.
Aku pernah ke waduk Malahayu.
Tapi saat itu aku belum ngeblog 🙂
waaaaah, jadi pengen ke waduk malahayu :’)
Waduh Malahayuuuu di brebes? Bagossss nggaaaak?
Kalau bagos, nanti saya pas mudik ke Tegal main aaah wgwg. Yah, jauh dari pantai tapi ya :’
Hahahaha nah kan, bener kayak manusia tanpa kepala kan :p
Menurutku cukup bagus, tapi aku juga baru sekali kesana dan juga udah lama 10 tahun yang lalu.😅
Emang aslinya Tegal mas?
Semoga ini yang terakhir kali kamu dan kekasihmu jalan-jalan pada masa pandemi ini.
Entah apakah itu kamu pamerkan di blog ini atau tidak.
Saya tidak ingin berceramah panjang lebar karena saya yakin kamu sudah dewasa dan tahu apa yang seharusnya kamu lakukan pada situasi sekarang ini.
Saya cuma bisa berdoa, semoga kamu, kekasihmu, dan orang-orang di lingkungan kalian baik-baik saja.
Tidak masalah jika komentar ini tidak tampil ke publik.
Cukup ini menjadi peringatan bagi kamu dan juga kekasihmu.
Salam.
Halo, halo.
Aduh, saya sebenernya males nulis komentar panjang. Tapi ini sepertinya harus sedikit dibalas dengan agak panjang.
Sebelomnya, apakah dirimu bernama Febri beneran, atau emang tidak mau terlihat nama aslinya karena gaenakan? Santuy ajaaaa yak, kalau emang mau berkomentar yang positif, tunjukin nama asli malah bagus kok. Biarpun kamu aslinya kenal saya, ngausah ngaenakan. Santuy. Kalau nga kenal, ya ngapapa juga. Mari berkenalan. Kecuali kalau komentar kamu cuma ‘okeeee sip’ ‘wah, bagus’ ‘mantaaaaaap, kunjungi balik ya gan’ atau dll. Ga jadi masalah. Namamu Sasuke pun saya akan percaya.
Saya bahas komentarnya yak. Aamiin ya, dipostingan ini juga saya sudah bilang kalau saya sudah bingung mau kemana lagi. Jadi besar kemungkinan nga bakal kemana-mana.
Kalaupun jadinya pergi, ya, saya nanti tetep posting di sini kok. karena sayang aja gitu. Ehe.
Maaf ya, kalau hal yang kamu sebut ‘pamer’ itu sedikit menganggumu.
Hoiya, kalau mau berceramah boleh sekali yaaak. Makanya saya ingin dirimu benar-benar pake nama asli biar saya tau kamu, terus ya kita ngobrol atau apa gitu. Kalau disini, boro-boro kamu dapet notif kalau saya sudah balas komentarmu kan yak. Ehe.
Lagian ceramah nga salah kok, untuk orang yang sudah dewasa atau belum. Selama itu positif dan berbagi ilmu, pahala senantiasa untukmu.
Terimakasih banyak doanya yaaak. Semoga doa yang baik-baik juga senantiasa untukmu, keluarga, serta orang terkasihmu.
Hahaha ya ampon, ya pasti saya tampilkan secara publik dong komentar beginian mah. Kasian dirimu sudah meluangkan waktu untuk berbagi hal positif, masa saya simpen sendiri.
Peringatan?
Owalaaaaaaah, terimakasih banyak sekali yak sudah diingatkan ehe.
Terimakasih.
Loh, Salam?
Namanya Febri atau Salam? Tuh kan, saya bingung. Makanya, pake nama asli ya ampon.
Gimana? Sudah memikirkan kesalahanmu?
Kesalahan? engga mikir sih.
Soalnya covid sampai sekarang juga masi ada kan?
Ojo bosen-bosen mengulas hasil foto analog, mas.
Apik kok foto-fotonya.
Tadi sempet salfok lihat caption foto ‘orang ngga ada kepalanya’ wwwkkk 😄.
Kayak beneran deh …
Maaaas, terimakasih banyak sekali yak :’)
Ehehe, iya, mas, masi mau main analog terus kok ehehehe 😀
Hahahaaaaaaa iyaaaaaaa kan, kayak manusia tanpa kepala kan wgwgw :p
Nah getoooh …
Teruslah bermain kreativitas dengan kamera analog.
Iyakk .. kirain betulan itu hantu ikut nongol di kamera 😀
kasian itu ibu-ibu lagi capek jalan dijadikan model wkwkwk.. kenapa gak di bantuin aja mas.. ngambil suketnya :D, suket itu kalo bhs jawanya rumput ya, ato apa si..
Waahaha kalau saya inisiatif bantu, kayaknya malah nanti ngeribetin ibunya gwgwg ya klau saya nga bablas terjun ke bawah wgwgw 😀
iyak maaas, suket adlah rumput wgwgw
Wah view waduk maupun view pantai Glagah bagus juga dijadikan objek..
Foto pantai nya dong dibanyakin.. Hehehe
Coba ya ada orang yang duduk di ataa bebatuan karang dihiasi ombak lau … wah pasti keren kalau di foto ya?
Sayangnya nggak ada orang yang kebetulan berdiri atau diduk di atas batu karang hehehe….
Atau mungkin medan nya yang sulit ya menuju batu karang di tepi pantai tsb. Tetap semangat mengabadikan alam semesta .
Analog memang lebih sip ya, Jelas lebih ada sisi eksotisnya.
Emang ada klebihan dan kekurangan apalagi jaman teknologi digital
Tapi wajib dipertahankan sih jgn ampe punah
jadi pingin motret motret lagi nih demi melihat hasil fotonya
semoga kamu dan pacar bisa foto prewedding disitu, amin.
Aamiin yak
Keren juga mas hasil jepretan kamera kodakvision 250d dengan nuansa jadul ala tempo dulu..😊😊
Keren juga mas hasil jepretan kamera kodakvision 250d dengan nuansa jadul ala tempo dulu..😊😊
Keren juga mas hasil jepretan kamera kodakvision 250d dengan nuansa jadul ala tempo dulu..😊
Hasil photonya romantis, di dominasi warna biru gitu…apalagi di lokasi yang beginian, sepi, air, dan perahu..gimana ga romantis, tapi manusia tanpa kepala itu, bikin seremm
Saya paling suka hasil jepretan foto yanng menggambarkan aktivitas masyarakat, kayak mancing gitu, atau lagi nebar jala. Keren sih gambar yanng diisi dengan mode candid, nampak natural. Keren nih hasil jepretannya😊
Berasa kayak kelempar ke masa lalu. Udah lama banget saya gak pakai kamera analog 😀
Syahdu foto-fotone! Tapi kuwi garis putih mergo opo yo, Feb?
Videone kocak: “Yang nggak bener-bener kamu buat foto aku.” Berarti frame-frame pertamamu, sing kobong-kobong kae, isine mbak pacar kabeh? 😀
Hwaaa jadi inget kamera lama saya yang dipinjem sepupu, eehh pas dibalikin rusak, kezelllll!
Padahal dengan kamera analog jaman duluu itu udah hitss banget. Bisa jeprat-jepret asik pas pergi-pergi, secara dulu belum ada hape kayak jaman sekarang. Belum lagi, sensasi pas milih mana nih yang mau dicetak duluan
Dan pake kamera analog tuh bikin jepretnya harus atiiii-atiii, karena kudu bayar rol filmnya, hahahaha, Gak macam kamera sekarang, bebasss jepret sepuasnya, terus tinggal pilih mana yang gak disuka tinggal delete!
Duh ahhh, jadi pengen nge-analoggg lagi eui!
Waduhhh jadi inget kamera lama saya yang dipinjem sepupu, eehh pas dibalikin rusak, kezelllll!
Padahal dengan kamera analog jaman duluu itu udah hitss banget. Bisa jeprat-jepret asik pas pergi-pergi, secara dulu belum ada hape kayak jaman sekarang. Belum lagi, sensasi pas milih mana nih yang mau dicetak duluan
Dan pake kamera analog tuh bikin jepretnya harus atiiii-atiii, karena kudu bayar rol filmnya, hahahaha, Gak macam kamera sekarang, bebasss jepret sepuasnya, terus tinggal pilih mana yang gak disuka tinggal delete!
Duh ahhh, jadi pengen nge-analoggg lagi eui!
Ini mengapa dah saia ikutan ngebunyiin kata ‘ehe’ nya berkali-kali, lah feb feb ahaha #ketularan aku
Kok pas di situ ga sekalian tuku bakwan kawinya eb, cilok mana kenyaaangs
Oh aku tiep ke sini jadi tambah wawasan mengenai kamera analog dengan macem lensa atau roll filmnya
Seingatku terakhir nyobain kamera yg pake roll itu jaman SMa, nunggu jadinya aja nyampe deg degan, takut yang posenya kupikir paling oke eh pas dicuci cetak kebakar wekwekwek
Btw syahdu banget ya hasil foto-fotonya,
Pas sepi emang paling ena feb buat fota-foto, ga rikuh diliatin banyak orang
Tp dari sekian foto yang ada, setting yang di waduk kerasa banget vintagenya
*gembulnita blogspot dotcom
Penasaran hasilnya kalau pakai KODAK ASA 100 deh 🙂 tone bisa agak kekuningan karena cahaya matahari.
Dulu pakai analog Olympus Camera 35mm + KODAK film menyenangkan deh…
“percoronaan bangsatnawi”… Aaaah pisuhannya kok cuma siji??? Tambo ciek!!!
Tadinya mau nanya ko bbrp foto ada garis putih dibagian kiri, eh sdh ada yg nanya 🙂 . Baca komen2nya juga seru sambil senyam senyum, ada yg agak menasehati ko masih jalan2 ditengah pandemi pdhl kuliat semua foto Febri ga ada dikerumunan orang, semuanya ditempat sepi, toh pacarmu jg pakai masker.
Jadi mengingatkan saya jaman dulu saya
Saya kan hoby photonya sudah jadul sekali
Pakai kamera analog
Semenjak harga klise naik, dan jasa cuci cetak photo yang semakin sulit didapatkan.
Akhirnya saya tinggalkan, dan kini menggunakan kamera hape. Walau sebenarnya, kurang puas dengan hasil jepretannya.
Wah yang jalan-jalan, kalau ke pantai glagah saya belum pernah kesana. Sermo sudah seh.
mba pacarnya syantiek uga mas.. uhuk..
btw, tjakep juga ya hasil jepretan dari kamera analog..
pan kapan hunting foto kemana lagi nih.. jgn lupa di share lagi yaa.. 😁
Saya noob banget sama ilmu kamera, karena taunya yang praktis-praktis saja motret pake ponsel 😀 Belajar banyak sama postingan ini,,
Jogja pancen selalu keren buat hunting foto. Pernah ke waduk sermo sekali, Tempate pancen jos tenan. Duh jadi kangen udara sejuk Kulonprogo.
tone-nya mengingatkan diriku akan foto-foto di rumah ortu, di album kenangan masa kecil dulu haha.. jadi pgn beli kamera analog lagi deh, sesekali pgn hunting juga.. dulu kamera analog di rumah hanya dipake buat foto2 org aja pas ada acara2 keluarga..
-traveler paruh waktu
Kayaknya judulnya salah deh mas.
“Mau foto pacar di waduk” gitu tepatnya
🤣🤣🤣🤣🤣 ngakakkkk
Gorg pics 🙂 I just hit follow. Looking forward to seeing more of the photoworks!
Etdaahhhh, gagal fokusssss, jadi ingat masa single dulu hahahaha.
Kangen ih jalan-jalan begini, tanpa digembolin anak-anak.
Bisa foto-foto dengan tenang, bebas
*plak, bangun oiii mamak! hahahaha
Btw kece-kece fotonya, saya jadi ingat pacar temen saya dulu paling suka hunting foto, dan saya beserta pacarnya jadi modelnya yang kadang merusak pemandangan bahahahah
Aku kalo liat foto2nya, kebayang ini foto vintage gitu feb :D. Efek yg keluar bikin kliatan seperti itu yaa. Ini kayaknya LBH ke wrna hijau yg kluar yaaa.
Ahhh sukaa siiih liat hasilnya. Dan bikin aku kepengin coba motret pake analog LG. Tapi kameranya udah ga adaaaaaa hahahaha.