Tari Lengger : Seni Tari Banyumasan yang Akan di Filmkan

‘Feb, kamu tau Tari Lengger enggak?’

Pertanyaan itu masuk ke dalam chat whatsapp saya sekitar 4 hari sebelum saya berangkat menuju Purwokerto tempo hari lalu. Adapun sosok di balik pertanyaan tersebut adalah Mba Aryanna, yaitu seorang yang menurut pandangan saya merupakan salah satu sosok perempuan yang hebat dan berhati sangat baik. Untuk yang belum begitu tau tentang siapa itu Mba Aryanna, kebetulan Saya sudah pernah sedikit membahas tentang beliau di tulisan saya yang berjudul : The End Of Black Era dan juga Berani Melawan Arus di Bidang yang disuka.

Silahkan dibaca sejenak jika berkenan dan…

YA BIAR VIEWS SAYA NAMBAH DONG.

Dih. Hamba views, buset.

Haha.

Saat saya membaca pertanyaan yang diajukan oleh Mba Aryanna tersebut, jujur saja saya bingung. Pertama, ada apa gerangan mengapa Mba Aryanna tiba-tiba bertanya seperti itu? Dan kedua, ya karena saya sebenernya tidak begitu tau akan tari-tari di Indonesia. Tari-tarian yang benar-benar saya ketahui hanyalah Tari Saman, yang gerakan di tariannya itu amat gokil dan kompak gitu, ditambah lagi, sosok instruktur (atau apa ya namanya) yang suka njerit :

‘HIIIIIYAAAAAAAAAAT’

Begitu-begitu terus.

Sementara mengenai Tari Lengger? Waduh, bahkan bisa dibilang, itu adalah kali pertama saya mendengar bahwa ada tari namanya demikian. Payah sekali memang saya. Merasa tidak enak jika saya menjawab tanpa riset terlebih dahulu, akhirnya saya pun membuka google dan menanyakannya pada kolom search di sana.

‘Apa itu Tari Lengger?’

Yang kemudian seketika dijawab oleh wikipedia dengan tampilan berikut ini :

tari lengger wikipedia

Merasa sedikit ada bayangan dan disatu sisi saya sudah pernah mendengar mengenai Tari Ronggeng (yang kata wikipedia itu sendiri adalah Tari Lengger), maka saya langsung mengirimkan pesan belasan :

‘Tari Lengger itu Tari Ronggeng bukan sih, Mba? ._. Belum tau sih, mba, sebenernya’

Dari balasan saya yang memaparkan sebuah fakta bahwa saya benar-benar belum tau tentang Tari Lengger, akhirnya hal itu berujung pada penjelasan singkat oleh Mba Aryanna, yang mana kemudian langsung mengajak saya untuk datang langsung ke Purwokerto untuk sedikit mendapatkan titik terang perihal Tari Lengger, langsung dari orang Purwokerto di sana.

Mendapat ajakan tersebut, jelas, saya pun tertarik. Karena pada saat itu saya masih menganggur (tentu pada saat tulisan ini ditulis pun, saya masih menganggur), saya langsung mengiyakan ajakan dari Mba Aryanna itu. Selang empat hari kemudian, berangkatlah saya menuju Purwokerto.

Ohiya, mungkin di sini ada yang agak bingung (atau mungkin tidak peduli) perihal kenapa tiba-tiba saya diajukan pertanyaan tentang Tari Lengger, bahkan langsung diajak menuju ke Purwokerto.

Jadi begini alasannya…

Film Detak dan Tari Lengger

Mba Aryanna beserta tim produksi filmnya baru saja memproduksi sebuah film berjudul Detak, yang rencananya akan tayang pada tahun 2019 ini. Disitu, Mba Aryanna dan Mas Yongki (suaminya) yang memang amat sangat suka mengangkat suatu budaya agar dilirik/diketahui masyarakat luas pun mencoba menampilkan Tari Lengger ke dalam film tersebut.

‘Kita kali ini ada mengangkat Tari Lengger karena ada misconception di luar Banyumas tentang Lenger dan Ronggeng’

Begitu kata Mba Aryanna melalui pesan whatsappnya, ketika beliau menjelaskan tentang Lengger kepada saya.

‘Akhir-akhir ini, banyak banget media yang mengangkat Lengger Lanang, yaitu pria yang di dress up seperti wanita untuk menari Lengger. Itu menjadi sedikit kontroversial sih, karena media mengangkatnya dengan sudut pandang yang lain. Padahal, di Banyumas itu sendiri, seluruh Masyarakatnya tidak terlalu memikirkan apa itu Lengger Lanang maupun Lengger Wanita. Mereka semua menikmati tarian Lengger sebagai perayaan sukacita saja sebenernya. Tidak lebih.

Hanya saja, ya begitu, para pegiat media mainstream yang amat sangat suka clickbait dan berita-berita kontroversial lantas mengaitkan Tari Lengger Lanang dengan sejarah LGBT, dan bahkan, beberapa ada yang bilang bahwa Lengger itu berasa dari kata Leng Jengger, yang artinya dikira wanita, eh ngga taunya pria (dalam konteks alat kelamin). Dari situ kan, jelas, clickbait semacam ini banyak yang suka dan ingin ngeklik. Itu salah media saat ini.

Oleh karena itu, kita sebagai pekerja seni juga ingin berkontribusi sedikit untuk kesenian lain lewat kemampuan yang kita miliki, yaitu film. Kita ingin menambahkan sudut pandang yang lain tentang Tari Lengger, yang menurut kita itu bisa bermanfaat untuk seni tari itu sendiri’

Lanjutnya dalam pesan balasan yang panjang. Saya membacanya dengan seksama, sembari ikut tergugah untuk benar-benar tau mengenai Lengger dan bisa sedikit membantu untuk menyajikan cara pandang lain tentang Tari Lengger ini. Karena memang itu yang dimaui oleh Mba Aryanna, ketika mengajak saya sebagai salah satu blogger untuk ikut serta. Mengajak orang dari media itu agak riskan karena baginya, ya sudah mengecewakan, karena sekali lagi, mereka lebih mengangkat hal-hal dari sudut pandang yang tabu.

Baca Juga : Review Film Black or White

Sebenarnya, blogger yang diajak oleh Mba Aryanna bukanlah saya seorang. Ada beberapa blogger lain seperti Mba Fasya dan juga Bang Nfirmansyah yang juga diajak. Hanya saja, karena blogger-blogger tersebut sibuk bekerja semua dan hanya saya yang (sekali lagi) menganggur, lantas saya yang akhirnya berangkat seorang diri ke Purwokerto. Begitu. Sungguh apes sekali Mba Aryanna saat itu ya, karena tidak ada pilihan lain selain blogger kampret seperti saya. Ehe.

Yaaaa, pengangguran mah, begini. Bukan jadwal sibuknya yang bentrok, tapi, nganggurnya yang bentrok.

Sedi sekali. Sedi sangat.

Oke, kembali lagi ke benang merah.

Mengulik Perihal Tari Lengger dan Fakta di Dalamnya

Singkat cerita, tibalah saya di Purwokerto pada hari Kamis sekitar pukul 10.00 WIB. Di sana, saya langsung dijemput oleh Mba Aryanna, Mas Yongki, dan juga Mas Eye yang mana merupakan salah satu orang dari DCI (DSLR Cinematography Indonesia) regional Purwokerto, yang ikut menggarap film Detak ini.

Jangkauan waktu perjalanan dari stasiun Purwokerto menuju ke lokasi syuting film Detak, yaitu di daerah Purbalingga, membutuhkan waktu yang lumayan panjang. Di dalam Mobil itulah saya akhirnya bertanya perihal banyak hal tentang Tari Lengger, yang dijawab dengan amat luwes oleh Mas Eye.

Tiada bosannya saya mencoba untuk menilik perihal apa itu Tari Lengger, hal itu dimulai ketika baru saja masuk ke dalam mobil, turun untuk mampir makan sroto, naik mobil lagi, sampai akhirnya tiba di desa yang ada di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. Pertanyaan dan pembahasan mengenai Tari Lengger maupun dunia per-film-an menjadi bahasan yang kami berempat obrolkan.

Jadi begini, menurut apa yang saya dapatkan dari penuturan langsung oleh Mas Eye, Tari Lengger adalah salah satu tari yang terkenal di daerah Banyumasan, dimana pencetusnya adalah para petani di zaman dahulu, yang mana memiliki tujuan untuk sekedar merayakan limpahan hasil panen yang tiba tiap musim panen.

Secara gerakan ataupun musik, saya jujur saja belum bisa memaparkannya secara jelas karena saat itu, saya tidak mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung bagaimana sajian dari Tari Lengger ini. Hanya saja, gambaran mengenai Tari Lengger yang Mas Eye jelaskan saat itu adalah, Tari ini memiliki gerakan yang penuh penghayatan yang diiringi dengan nyanyian dan irama musik dari alat berbahan bambu yang bunyiannya nyaring seperti gamelan. Hampir mirip seperti Tari Ronggeng sih, katanya. Hanya saja, untuk Tari Lengger ini agak sedikit berbeda karena Tari Lengger hanya ada di daerah Banyumas saja.

Baca Juga : Review Film Tomorrow Land

Adapun untuk masalah bagaimana Tari Lengger dipertunjukkan pun, tergantung dari undangan para saudagar di Banyumas sana yang hendak mengadakan suatu acara tasyukuran atau perayaan besar-besaran akan suatu hal. Selebihnya, ya, Tari Lengger tidak dapat dipertontonkan dalam pertunjukkan seperti pentas seni atau apapun itu. Mengenai bagaimana jam terbang para penari Lengger itu bisa mendapat undangan oleh para saudagar, ya diawali dari ngamen dari satu rumah ke rumah lain gitu. Kira-kira, ya itu yang saya dapatkan dari apa yang dijelaskan oleh Mas Eye saat saya bertanya mengenai dimana saya bisa menonton Tari Lengger itu.

Membahas Lengger Lanang yang Cukup Menjadi Perbincangan Media-Media Mainstream.

Sesuai apa yang dijelaskan oleh Mba Aryanna melalui pesan whatsapp beberapa hari lalu, Tari Lengger ini memiliki dua gender dalam penarinya, yaitu Lengger Wanita dan Lengger Lanang. Inilah yang pada akhirnya membuat Tari Lengger terkenal agak kurang baik di kalangan masyarakat luar Banyumas, yang tentu saja disajikan begitu saja oleh beberapa media. Mereka menyangka, Tari Lengger identik dengan LGBT ataupun Prostitusi, padahal kenyataannya… ya tidak begitu juga. Meskipun beberapa, (katanya) memang ditemui hal seperti itu. Hanya saja, kan ini masuknya kesenian tari ya, jadi harusnya… YA TIDAK ADA URUSANNYA JUGA DONG, LHAWONG KITA SEHARUSNYA BISA MENIKMATI SENINYA SAJA KOK YA.

Karena pro kontra ini, maka banyak yang menganggap bahwa penamaan dari Tari Lengger ini adalah dikira leng (lubang/perempuan), jebul jengger (jago/laki). Tetapi, demi menengahi pro kontra ini, Mas Eye dan kawan-kawannya pun akhirnya memberikan sedikit arti sendiri yang lebih menonjolkan bentuk seninya untuk Tari Lengger, yaitu Lenggak-Lenggok Bikin Geger.

Bagus kan?

Sebenernya, alasan kenapa ada Lengger Lanang (penari lenggernya adalah laki-laki) itu bermula karena pada zaman dulu, untuk para penari ini ketika hendak manggung memenuhi undangan gitu-gitu tuh membutuhkan waktu dan jarak tempuh yang amat lama untuk bisa sampai ke desa-desa yang mengundang mereka. Oleh karena hal tersebut, demi masalah keamanan, mending laki-laki saja yang menari lengger begitu.

Jika misal ditanya :

‘Lah, kalau laki-laki yang nari Lengger, ngga bagus dong?’

Hmm…

Jangan salah.

Karena pada kenyataannya, setiap penyanyi lengger ini memiliki skill yang pasti sudah di atas rata-rata dalam pembawaan menarinya. Ditambah lagi, ada istilah Indang yang bisa saja dimiliki oleh setiap penari yang mempelajari Lengger.

Jadi, Indang itu adalah semacam Roh, yang memang dapat membuat para penari Lengger itu tampil memesona. Bahkan, Lengger Lanang sekalipun, bisa membuat pesona seolah-olah terlihat sangat perempuan abis dan membuat orang-orang terpesona, lalu mengira bahwa si penari itu adalah literally perempuan. Bahkan kemarin Mas Eye cerita, waktu syuting dan ada penampilan Tari Lengger Lanang ini, salah satu bupati dari Kalimantan apa ya gitu, sempat mau melamar si Lengger Lanang ini. Padahal…

KAN LENGGER LANANG ITU COWO YAAA BUSET.

Kekuatan Indang yang benar-benar mengagumkan dapat memberi pesona tersendiri bagi penikmatnya.

Baca juga : Review Film Sausage Party

Sebagai orang yang mendapatkan penutuan langsung perihal apa yang sebenarnya ada di balik Tari Lengger dari Mas Eye yang mana adalah orang asli Purwokertonya langsung, pun juga diceritakan secara langsung masalah syuting film Detak yang memang menyajikan beberapa scene Tari Lengger ini oleh Mas Yongki dan Mba Aryanna, saya sejujurnya teramat sangat tidak sabar untuk bisa lekas menonton film Detak ini. Suwer deh, saya ketika menulis tulisan ini pun juga makin ingin tau tentang bagaimana Tari Lengger yang sebenarnya.

Jadi, semoga pada Film Detak yang akan tayang pada tahun 2019 ini, bisa menjawab rasa penasaran saya!

Yeay, ditunggu filmnya yak!

Oiya, mau tau secuil tentang siapa saja pemeran-pemeran di balik Film Detak, pun juga sedikit cerita tentang behind the scenenya tidak? Jika iya, tunggu sahaja postingan selanjutnya yang entah kapan ya.

Terimakasih banyak!

60 comments

  1. Sebagai anak kelahiran Banyumas jujur ku ingin nonton filmnyaaa! 😆 terakhir nonton tarian lengger live on kayaknya pas jaman SD yang mana itu sekitar 15 tahun yg lalu.
    Btw, Feb gimana pengalaman icip srotonya? Ketagihan nggak?

    1. Yeaaay, ditunggu filmnya tayang ya, Mba 😀 ehehe, ku pun sangat excited 😀
      Wahaa suda amat sangat lama ya mba, 15 tahun lalu nonton Lenggernya wkwkw 😀

      SROTONYA ENAAA PARAAH. KUSUKAA ASLIK 😀 WKWKW

  2. waaaah, terima kasih banyak penjelasannya, jadi ada gambaran tentang tarian ini. sebenarnya ini baru pertama kali dengar Tari Lengger sih, dan belum pernah lihat. Ronggeng, Indang.. entah kenapa bayanganku jadi ke Novel Ronggeng Dukuh Paruk, yang ada bagian tentang cerita bagaimana Srintil dipilih oleh Indangnya sehingga menarinya bisa secantik itu..

    penasaran jadi pengen liat film Detak-nya juga nanti.

    1. Wahahaha sama-sama, Mba Ikhaaaa.

      Saya pun juga baru tau tentang Tari Lengger kemarin itu sih. Tapi sayang, belum dapet kesempatan buat nonton Tari Lenggernya langsung :’

      Nah, iyaaaa, Ronggeng Dukuh paruh itu yang seketika bikin orang-orang awam tau tentang Ronggeng, film Detak pun ngangkat Tari Lengger ya agar dikenal gitu wkwkw.

      Saya jadi penasaraaaan duuuuh sama film Detaknya 😀

  3. lengger yang nontong langsung tapi cuma sekilas beberapa tahun yang lalu tapi yang benar2 pentas besar ya zaman kecil, sisanya sih nonton film sang penari yang juga mengangkat tema lengger pada tahun 60an

    1. Waaaa terbaiiiik, sudah pernah nonton Tari Lengger secara langsung :’ duh, saya jadi penasaran banget niiih hehhe.

      Oiyaaa, Sang Penari sempat ngangkat tentang Lengger juga, tapi katanya hanya bebera menit doang ya. Nah, di Film Detak ini katanya lebih lamaaaa tayangan tentang Tari Lenggernya 🙂

  4. Beberapa bulan kemarin saya lihat di channel Vice Indonesia sih tentang Lengger lanang ini, emang benar katanya di zaman pe jajahan dulu buat masalah keamanan, kenapa pria yang melakoninya. Tapi memang kesannya malah dibuat jadi tabu gitu.

    Di daerah Brebes selatan kesenian lengger ini terkenal loh mas, tiap ada acara 17 an kadang warga sini ngundang grup lengger asal Banyumas juga.

    Soal indang, istilah ini juga dipake buat para pemain kuda lumping di daerah saya. Intinya roh yang seolah memberi kekuatan pada pelaku seni tersebut.

    1. Naaaaah benar ya berati apa yang di informasikan Mas Eye ke saya. Jadi ya emang gitu, ada Lengger Lanang ya karena biar aman saja. Tapi, beberapa media mainstream mengangkatnya malah ke hal yang ‘lain’. Kan jadi sebel ya.

      Whaaa di Brebes Selatan masih ada yang suka ngundang Grup Lengger yaaaa? Waah menarik nihhh.

      Iyaaa, Mas. Indang juga istilah yang dipakai oleh beberapa penyaji tari yang emang ‘punya’ roh gitu kok 😀 heheh

  5. Asyik banget siiihhhh Feb diajak menyaksikan langsung proses syuting film Detak dengan fokus Tari Lengger. Saya pernah dengar tarian ini, dari teman, tapi penjelasan komplitnya justru ada di pos blog ini. Terima kasih, Feb. Jadi penasaran pengen nonton filmnya nanti kalau sudah dirilis.

    1. Hhehehe iyaaa Mbaaa. bahagia rasanya, meski hanya melihat tempat syuting dan cerita langsung dari produser dan directornya hehehe 😀

      Wahaha sudah banyak yang tau sebelumnya ya tentang Tari Lengger heheh baguuuuus 😀

      Saya pun menanti film Detak yang menyajikna perihal Tari Lengger ini 😀

  6. Saya sering banget main ke blog ini, tapi ga pernah sukses ninggalin jejak…dicobain pake facebook yaa..

  7. baru pernah denger juga sama tari lengger, kalo ronggeng sih sering~ dan miris banget dah sama media2 skrng plus org2 yg langsung nerima info tanpa cari tau dulu, jadi double miris.

    teruss, seru banget sih bisa langsung dateng ke purwokerto, trus berkesempatan ngobrol langsung sama org2 yg ngegarap film detak. moga filmnya sukses ya^^

    1. Naaah, jadi emang ada banyak juga yang belum tau tentang Tari Lengger kan ya hehehe. Iyaa, :’ miris banget aslik sama yang nyari view berdasarkan berita miring yang mengundang klik -_-

      Alhamdulillah banget, bisa berkesempatan ketemu director sama produsernya hehehe. Aamiin ya Allah. terimakasih banyak doanya ya 😀

  8. Jarang-jarang ini baca postingan yang membahas tari. Begitu membacanya, ternyata memiliki sejarah dan kisahnya tersendiri. Jadi gak terasa deh baca postingan ini sampai habis.

    Oiya, kira-kira mas ikut main film juga?

    1. Hehehe iyaaaa, Mas. Saya juga sedang mengulik sedikit tentang Tari Lengger juga soalnya hehe, tentu setelah dikasih tau perihal Lengger pas ke Purwokerto kemarin wkkw.

      Ya tidak main dong, kan saya ke Purwokertonya setelah syuting sudah selesai semua 😀

  9. Aku baru tahu ada tari lengger. Seru juga kalau bisa datang ke tempat asalnya tari itu. Kalau ronggeng itu aku tahu dari novel Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk.
    Semoga sukses filmnya.

    1. Hehehe saya kemarin juga baru tau kok, Mba hehehe. Banget, seru bangeeeeet 😀

      Naaahiya, kalau di novel, ada Ronggeng Dukuh Paruk, hehehe.

      Aamiin, makasih banyak banget ya Mba 😀

  10. Kalau di daerah Purworejo namanya ledek/tledek, kayaknya ini. Kayaknya sih hampir sama. (((Kayaknya))).

    Tapi sepanjang saya nonton, para penari ledek ini perempuan semua. Belum pernah nemu penari yang laki-laki.

    Saya sempet baca tulisan tentang para penari lengger lanang, mereka juga ada yang menikah dan punya anak lho. Jadi mungkin kalau di hubung-hubungkan dg isu LGBT kurang tepat juga, sih. He…

    1. Hahaha ga tau jugaaa Mas, apakah sama atau tidak antara Tari Lengger dengarn tari Ledek/Tledek wkwkw.

      Nah iyaaa, sebenernya emang para penari Lengger Lanang itu ya pure laki. Orang kemarin produsernya waktu lihat pas di kehidupan biasa, ya laki banget bahkan berkeluarga. Hanya saja, waktu tampil nari itu aja yang memesona, pun juga dipengaruhi Indang juga.

      Masalahnya, yang mengaitkan perihal LGBT itu tuh di up sama media, mas. Makanya ada banyak orang mengira demikian, yang mana tepat seperti kata mas : keliru.

    1. Oiyaaaaa, kata Mba Produser kemarin, penulis skenarionya itu Blogger Bandung apa ya? atau Jakarta? Lupa, pokoknya Blogger juga kok katanya hehehe.

      Saya pun penasaran ingin lihat filmnya seperti apa 😀

  11. Well, bagus nih mengangkat kearifan lokal..

    Baca istilah indang, gue jadi keinget novel Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis Ahmad Tohari, istilah ini juga ada pada penari ronggeng.. Novelnya juga udah di filmin judulnya Sang Penari

    1. Bagus banget memang, Mba. Bener-bener mengangkat kearifan lokal banget sih ini hehhe.

      Nah iya, Indang yang dimaksud juga hampir sama kayak yang ada di Ronggeng Dukuh Paruknya Ahmad Tohari.

      Yaaak, di Sang Penari, memang ditampilkan tentang Tari Ronggeng, tapi hanya sekitar beberapa menit doang gitu ya. Nah, di Film Detak nanti, agak lama kok penampilan Tari Lenggernya 🙂

  12. jujur saya malahan baru ngerti tari lengger ini, sebelumnya emang gak pernah ngerti tari tarian yang ada di tanah air, nah ini ngakunya orang indonesia 😀

  13. Saya baru tahu kalau Lengger itu adalah nama sebuah tarian haha pernah denger kata lengger karena ada sahabat berasal dari boyolali yang sering cerita-cerita nyinggung kata-kata Lengger, cuma baru sadar sekarang sadar kalau itu tarian. Malah awal baca tulisan ini mikir ” Ah paling Lengger ya Ronggeng itu sendiri “. Haha nice info kak, bahasanya santai dan ringan 😀 salam kenal

    1. Wahahaha sebentar, di Boyolali, Lengger itu apa ya wkwkw 😀

      Beda kok kak, Lengger itu berbeda dengan Ronggeng 😀 hehehe.

      Makasih banyak ya sudah berkunjung, semoga besok bisa nonton Film Detak 😀

  14. Kalau di Jabar paling taunya ronggeng, ternyata baru tahu klo di banyumas ada yang miirip seperti ronggeng juga.. Indonesia emang kaya…
    Klo nulis gini sih memang bagusan kerjasama sama para blogger, kalau media2 biasanya ngasih judul yang clik bait dan cari sensasi aja biar rating naek.. hehe

    1. Hahaha iyaaaaa, di Jabar lebih terkenalnya Ronggeng yaaaa? Nah, Lengger ini masih belum terangkat. Sekalinya diangkat media, lhadalah malah tentang LGBT-nya wgwgw. Kan kacaw.

      Ihehehe bener kaaaaan, 😀

      Semoga besok Film Detak bener-bener bisa memberi pandangan baru tentang Film Detak ini ya.

  15. Walah.. berarti tari lengger ini mirip sama pesta panen bernama Kaddo Bulo di Takalar, Sulawesi Selatan. Acara tahunan yang juga rameeee bangettt. Coba deh cari-cari infonya di internet, kayaknya banyak yang nulis, atau lempar ke mba yuris aryanna bukan grande. (hehehe nggak lucu hehehe)

    Aduh jadi film ini akan tayang tahun ini Feb? Aku harus merencanakan ke Jakarta nih untuk nonton di gala premiere-nya wkwkwkwk

    1. Weeeeit, Di Sulsel juga ada pesta panen yang namanya Kaddo Bulo ya, Bang? Hahaha ini suwer sih, saya baru tau wgwgw. Nanti bisa saya dikasih tau ke Mba Aryanna, Bang, kalau diundang di Gala Premierenya wgwgw 😀

      DATANG KE JAKARTA YOK!

  16. waaaaw

    keren sih ya. mereka berusaha mengangkat tari lengger sekaligus menepis omongan miring tentang tari lengger ini

    btw, bisa jadi perbedaan tari lengger dengan tari ronggeng, adalah filosofis gerakan tariannya, filosofis tujuannya, juga filosofis kostumnya loh

    ku tunggu dah postingan selanjutnya tentang penjabaran filosofis tersebu
    hahaha

    *maaf, netizen menjengkelkan

    1. Iya, Mbaaaaa. Bener-bener niat baik dari Mba Aryanna ini patut diapresiasi dan dibayar dengan menonton Film Detak Agustus nanti heheh 😀

      Waaduh, kalau misal perbedaan yang detail itu, saya belum bisa menjabarkannya Mba. Soalnya belum lihat langsung gimana Tari Lengger itu ._.

  17. Nama Ronggeng memang lebih terkenal ya?
    Aku pun kalau kamu ga bikin postingan ini ga tahu lho…..
    AKu tunggi deh film-nya dan semoga di marketingin dengan serius kaya film2 komersial yang saat ini lagi booming.

    1. Iya, Mba.

      Nama Tari Ronggeng lebih sedikit dikenal karena sudah terlebih dahulu diangkat di novelnya Ahmad Tohari.

      Samaa, Mba. Mari kita tunggu sama-sama tentang Film Detak ini 😀

Leave a reply to jelajahlangkah Cancel reply