Dia Suka sama Kamu?

‘Dia suka sama kamu, Feb?’

Pertanyaan tersebut Ibuk tanyakan pagi tadi, tepat setelah beberapa menit sebelumnya kami membahas perihal sosok seseorang yang bisa dikatakan ‘baru’ di hidup saya. Saya menenggak secangkir gelas dengan teh hangat di dalamnya. Pelan, mencoba menimbang-nimbang jawaban apa yang tepat untuk merespon pertanyaan demikian.

‘Hmm… glek-glek-glek’ Saya masih mengulur-ngulur waktu, sampai akhirnya teh di dalam cangkir itu tinggal setengah isi, ibu masih menunggu jawaban. Saya meletakkan cangkir tersebut ke meja, kemudian berjalan pelan mengambil kunci motor di atas lemari buku. Ibu tetap menunggu, saya pun menatapnya dan melemparkan senyum ke beliau sembari menyambut tangannya untuk salim.

‘Mungkin. Haha. Saya berangkat ke kampus dulu, Buk.’ Kaki saya pun melangkah pelan keluar rumah, mengenakan sepatu dan mengeslah motor mio yang akinya sudah habis alias kampret banget sih buset dah.

Udara pagi menjelang siang pada hari ini cukup dingin dan meneduhkan. Matahari tidak melulu jahat untuk menghitamkan pergelangan orang yang mengendarai motor tanpa kaos tangan. Tidak tau jika siang. Karena selain memberi kehidupan, tugas matahari jelas untuk menghitamkan kulit yang tidak dijaga. Saya pun menancap gas dengan pelan meninggalkan halaman depan rumah. Baru beberapa meter berjalan, pertanyaan ibu barusan mulai terngiang di kepala.

‘Apa saya disukai?’

Hmm…

Saya tidak akan membahas perihal lebih jauh tentang apa itu rasa suka, dan bagaimana bisa rasa suka itu muncul meluap ke permukaan. Tidak. Saya tidak paham tentang permasalahan demikian. Disini, saya hanya ingin membahas tentang pandangan saya perihal rasa suka orang terhadap orang lainnya. Tentang apakah rasa suka harus berbalas? Tentang apakah rasa suka harus dihilangkan? Tentang apakah rasa suka harus direlakan? Tentang apakah rasa suka harus dibagi sama rata? Dan masih ada banyak lagi hal lain tentang rasa suka yang bagi saya masih entah.

Saya tidak pernah bisa sepenuhnya merasa bahwa saya layak untuk disukai.

Entah oleh siapapun. Teman, stranger, orang yang baru pertama kali melihat saya, atau bahkan oleh orang yang telah menjadi pacar sekalipun.

Sisi minder yang sudah terlanjur akut di dalam diri saya sering menyatakan kata-kata begini :

‘Setiap yang menjalin hubungan, hampir selalu ada satu orang yang mengorbankan rasa sukanya’

Menurut saya pribadi, sangat jarang terjadi di suatu hubungan, saat pertama kali bertatap muka, keduanya langsung bisa sama-sama menaruh rasa.

Ada, memang.

Tapi nggak banyak.

Kebanyakan, ada satu orang yang berusaha keras, dan ada satu orang yang merasa biasa saja. Selayaknya yang terjadi, yang berusaha keras, beberapa memang berhasil mengambil hati orang yang biasa saja. Selayaknya pula yang terjadi, yang berusaha keras, beberapa pun ada yang tetap gagal mengambil hati orang yang biasa saja.

Lantas bagaimana seharusnya?

Beberapa yang gagal mengambil hati orang yang biasa saja, mereka pun kembali untuk berusaha mencari sembari berharap agar kelak tidak gagal di kemudian hari. Dia belajar untuk bisa disukai. Dia belajar lagi untuk bagaimana mengambil hati.

Beberapa yang berhasil mengambil hati orang yang biasa saja, mereka pun akhirnya menjalin hubungan. Lantas, dikemanakan rasa yang dimiliki oleh orang yang biasa saja tadi, yang mungkin sebelumnya pernah dia tuangkan kepada seseorang lain disana, yang mana tidak membalas balik rasa sukanya.

Dipendam?

Dibiarkan padam?

Dialihkan?

Kita tidak ada yang tau.

Namun yang jelas, selalu ada satu rasa yang pada akhirnya harus dikorbankan, demi untuk bisa menjalin sebuah hubungan dengan orang baru. Jika pada akhirnya yang sama-sama suka memilih untuk tidak menjalin hubungan, itu beda cerita.

‘Biasanya, hubungan bisa terjalin karena dua orang yang pernah gagal dalam mengusahakan perasaan sebelumnya’

Setidaknya, itu yang selalu saya pikirkan, tepat ketika hendak menjalin sebuah hubungan.

Dengan kepemilikkan wajah yang begini, dan tidak memiliki kelebihan lainnya, saya selalu bertanya-tanya dalam hati :

‘Kenapa ada yang mau sama saya?’

Pertanyaan yang benar-benar enggan saya cari tau jawabannya.

Perempuan ini, pada masanya, tentu dia pernah merajut berbagai macam hal dan kisah dengan balutan rasa suka yang mungkin dia tanamkan pada orang-orang lain. Ada banyak hal dan kebahagiaan dalam rentang hari demi hari yang dia lalui. Pun demikian, ada secuil tangis yang mendadak hadir saat sesuatu mengganjal untuk membuatnya tidak bisa menjalin hubungan dengan orang yang disukainya.

Di titik ini, saya ingin memberi klarifikasi bahwa saya tidak pernah memiliki masalah dengan masa lalu si perempuan ini. Sama sekali tidak. Justru, saya amat sangat berterimakasih dengan masa lalunya, karena beberapa diantaranya mungkin pernah membuat dia merasa disayang, disukai, dan bahkan dibahagiakan.

Dan bagi saya, setiap bahagianya, selalu memberikan rasa lega tersendiri untuk saya.

‘Kenapa pada akhirnya, dia memilih saya?’

Jawaban paling sederhananya adalah, mungkin orang yang dulu pernah perempuan itu titipkan rasa sukanya, enggan untuk menjalin sebuah hubungan. Sebagaimana si perempuan itu pun yang mungkin enggan untuk memulai sebuah hubungan karena suatu hal. Dan beruntungnya, di waktu yang agak tepat ini, saya sedang ingin menjalin hubungan, pun dia mencoba untuk demikian.

Lantas, dikemanakan rasa yang pernah perempuan itu tanamkan kepada lelaki yang sebelum-sebelumnya?

Entah.

Tidak ada yang benar-benar tau, selain si perempuan itu dan Tuhannya.

Saya?

Tentu saya tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Menurut saya, itu adalah rasa yang ada pada hatinya. Rasa yang tertanam erat di dalam jiwanya. Rasa yang mungkin menjadi privasinya, sehingga tidak ada yang berhak untuk mengusiknya.

Jikapun saya pada akhirnya mempermasalahkan dan kemudian menanyakan perihal rasa suka tersebut, perempuan itu pasti akan berkata bahwa rasa sukanya adalah ke saya. Titik. Tidak ada kata lain setelahnya. Namun jika perihal hati… tetap, kita tidak akan tau apa yang sebenarnya.

Dan sekali lagi, saya tidak akan mempermasalahkannya.

‘Selalu ada perasaan yang dijaga, dari jawaban perihal rasa suka’

Malam dua hari lalu, perempuan itu sempat berkata kepada saya :

‘Ayahku ingin lihat loh, siapa sih cowok yang berhasil bikin anaknya suka’

Dan kemudian, saya bertemu dengan ayahnya. Canggung. Lalu saya tersenyum, sembari dalam hati bersuara pelan.

‘Mungkin ayahmu perlu bertemu dengan ‘mereka’ lainnya, yang pernah bikin kamu suka, namun tidak dalam lingkup sebuah hubungan’

Saya masih belum begitu tau dan mengerti, dalam ambang batas yang bagaimana kemudian sebuah hubungan pacar dan pertemanan bisa dibedakan. Saya dengan perempuan itu pernah membahas perihal ini sebelumnya, sampai pada akhirnya kami berdua sepakat dengan kalimat :

‘Kita kayak biasanya saja, ya’

Sebuah kesepakatan yang cukup win-win-solution untuk menghindarkan kami dari persepsi yang menyatakan bahwa : ‘masa pedekate selalu indah, ya’ atau ‘pacaran itu kok mengekang amat sih’ dan lain-lainnya.

Di umur yang sudah menjangkau pada angka 24, cara pandang saya terhadap sebuah hubungan memang sudah agak berbeda. Di angka 24 ini, setiap pribadi sudah memiliki hidup dan kesibukannya sendiri. Tidak perlu ada kewajiban untuk rutin mengirimkan pesan tepat waktu, tidak perlu ada kewajiban untuk ada setiap saat, tidak perlu ada kewajiban untuk saling tukar password twitter atau instagram, tidak perlu ada kekang-mengekang yang menjengahkan. Tidak, semua tidak perlu hal tersebut.

Bagi saya, hubungan adalah tempat saya untuk pulang. Pulang ketika saya merasa lelah dengan segala masalah. Pulang ketika saya menginginkan sedikit peluk atau puk-puk yang meneduhkan. Pulang ketika saya butuh ketenangan yang dia berikan lewat senyuman. Pulang ketika memang waktunya untuk pulang.

Itu menurut saya, pun entah bagaimana dia.

Namun disini mungkin kami sama-sama sepakat, dengan dan bagaimanapun prinsip atau latar belakangnya, kami sama-sama ditopang oleh pondasi kecil bernama kepercayaan. Kelak kan berantakan jika ada satu yang ingkar, pun kelak kan terus bertahan jika kami sama-sama komitmen tuk saling menguatkan.

Bukankah, hubungan adalah perihal dua orang yang sama-sama memperjuangkan?

Kami masih seperti biasa. Masih dengan kata umpat-mengumpat dan ejek-mengejek antar satu dengan lainnya. Masih dengan cerita kebebasan hidupnya sendiri-sendiri. Masih dengan privasinya sendiri-sendiri. Masih dengan kesibukannya masing-masing. Tapi, dengan balutan hubungan yang sedikit lebih berbeda. Entah perihal apa yang dirasa, pun entah perihal bagaimana selanjutnya.

Tidak perlu lagi ada yang ditutup-tutupi. Sebagaimana saya yang tidak perlu dengan seenak jidat merebut hape yang sedang perempuan itu pegang, atas dasar kecurigaan. Pun sebagaimana dia yang tidak perlu lantas mencoba diam-diam untuk memainkan hape, atas dasar ketakutan.

Santai.

Perihal privasi, kami sama-sama tidak mengusik.

Perihal kehidupan pribadi, kami tak sama-sama memarahi.

Menurut saya, itu yang seharusnya.

Dan itu yang sebaiknya.

Banyak yang bilang, jatuh cinta itu mudah, yang susah adalah bertahan pada cinta tersebut.

Ya, menurut saya, itu benar. Kita tidak tau bagaimana jalan hidup nanti ke depannya. Kita tidak tau, masa lalu apa yang mungkin bisa mengusik masing-masing diantara kita. Kita tidak tau, apa dan bagaimana perasaan yang dimiliki oleh pasangan kita disetiap harinya.

Lantas sampai disini, saya hanya ingin senantiasa untuk tetap menjaganya agar selalu ada.

Saya harap dia pun demikian.

Pada titik ini, pandangan saya pun kembali ke jalanan yang melajur panjang di depan mata. Ada banyak kondisi dan situasi di sana. Orang berjejalan di trotoar, orang bersalip-salip dengan berbagai macam kecepatan, orang berputar balik melawan haluan, guncangan, traffic light untuk berhenti sejenak, belokan, tanjakan, dan lain-lain sebagainya.

Pemandangan Jalan Raya Indah

Source : pxhere.com

Pikiran saya langsung terbayang akan hubungan yang sedang saya lalui bersama perempuan itu.

Sebagaimana dengan orang yang sedang dalam perjalanan menuju satu tujuan yang kan di capai, saya dan perempuan itu sedang sama-sama mengayuh sepeda kecil yang bernamakan relationship. Kami mengayuhnya pelan, untuk bersama-sama mengikuti lajur jalan yang ada di depan.

Lengkap dengan salip-salipan orang yang melaju dengan berbagai macam kecepatan. Lengkap dengan berbagai macam pemberhentian yang menanti di depan untuk sejenak mengistirahatkan. Lengkap dengan berbagai macam tanjakan atau tikungan yang kan menguji beberapa meter ke depan. Lengkap dengan berbagai macam guncangan yang kelak kan mengagetkan.

Kami berdua sepakat untuk melaluinya bersama, sampai tiba masa dimana kita mencapai tujuan itu sama-sama.

Perkara di tengah jalan perempuan itu merasa lelah dan hendak diturunkan,

Perkara di tengah jalan perempuan itu merasa hendak berganti kendaraan dengan orang yang bisa melaju kencang menuju tujuan yang lebih cepat,

Perkara di tengah jalan perempuan itu terengah dan ingin berputar balik sendirian menghampiri seseorang di belakang,

Itu adalah konsekuensi dari sebuah perjalanan.

Dan saya, selalu siap untuk konsekuensi tersebut.

Sakit sih pasti bangkek, tapi, kita tidak bisa memaksakan kehendak bukan?

Sebagaimana orang yang pernah berkali-kali gagal dalam menjalin hubungan, saya pun hanya bisa berjuang untuk mempertahankan. Dan sebagaimana hubungan yang selalu melibatkan dua orang di dalamnya, semoga dia pun merasa demikian.

Bagi saya pribadi, tidak pernah ada rasa yang benar-benar bisa dijawab atau diterka-terka oleh orang yang tidak merasa. Seseorang mungkin bisa dengan yakin berkata : ‘aku menyukaimu’, tapi di dalam hatinya, tidak ada yang pernah tau, siapa yang sebenarnya dia sukai. Pun sebaliknya.

Perihal rasa, memang selayaknya tidak pernah ditanyakan. Jawaban atas pertanyaan yang keluar dari bibir manis, semata hanya untuk menjaga perasaan. Jawaban atas pertanyaan yang tertanam dalam hati, semata hanya dia yang tau dan enggan untuk benar-benar disampaikan.

Disini, memang, mungkin saya tidak begitu paham perihal rasa-rasa yang menyelimuti suatu raga. Namun yang saya paham… saya menyukai perempuan itu, dengan dan tanpa alasan yang menyertainya. Dan pada tahap ini, saya hanya perlu bertanggung jawab atas rasa suka yang saya rasakan untuk kelak memastikan bahagianya… dengan atau tanpa saya.

Bagi saya, itu sudah cukup.

Sangat cukup.

Terimakasih.

57 comments

  1. Bang feb :))
    Tulisan ini cukup mewakili isi hati q alias MERINDING DAN NGENA BACANYA ANJEEERR

    Terlebih di kalimat, ” perkara ia ingin berputar balik sendirian menghampiri seseorang di belakang ”
    Hadeeehhhh :’)))

    1. Hahaha, Wulaaaaan.

      Mewakili yaaa? Apakah dirimu pun sedang merasa pasrah dengan hubungan atau apalah itu namanya, yang sedang kamu jalani? Bahagiain dia saja setidaknya. Gimana-gimananya, ya terserahlah 🙂

      Fyuuuuuuh, yaaa, kita tida tau kan yaaaa seberapa besar pengaruh orang di belakaaang bagi pasangan atau orang yang kita harapkan. Kalau dia hendak kembali berputar balik, ya dipersilahkan. Setidaknya sekali lagi, kita sudah membahagiakan.

      HAHAHA BANGKEK SOK TEGAR BANGET PADAHAL NANTI MERINGIS JUGA ANJER.

    1. Hahaha duuuuh, tidaaaaak deh, Mas. Saya hanya mengutarakan opini dan apa yang saya rasa saja kok. Kuliah di psikologi lagi, lhadalah nanti saya kuliah dari semester 1. Lulus-lulus, saya sudah jadi replika.

  2. Feb, umur kamu 24? 24? *mendadak merasa tua*
    Dari sekian banyak kata suka di postingan ini paling terngiang itu “Jika pada akhirnya yang sama-sama suka memilih untuk tidak menjalin hubungan” oucchhhh

    1. Hahaha iyaa, Mbak. Saya masih (atau sudah ya?) 24 kok. Tenaaang, dirimu mungkin lebih di bagian umur. Tapi masalah wajah, tetap muda kamu kok mba ehehehe.

      :))

      Yaaa, beberapa mungkin memang sudah memutuskan untuk tidak menjalin hubungan meskipun mereka sama-sama suka, kan? Yaaa pilihan~ wgwgw

  3. Kamu terlalu pesimis kadang feb 🙂 . Padahal, mungkin kamunya ga sadar, kalo cewe itu ga selalu cari yang cakep, mapan… Yang dicari itu rasa nyaman. Nyaman dekat si cowo, nyaman bicara dengan si cowo, nyaman bercerita apa aja.. Kalo nyamannya aja ga ada, mau deket2 sebwntar aja udh males.
    Dan kalo baca semua postingan kamu, aku tebak, kamu itu asyik orangnya. Lucu (kalo liat foto2mu yg konyol wkwkwkwk), baik (kalo baca beberapa postibgan sebelum ini). Masalah wajah, ga ptg feb :). Masalah rezeki, itu Tuhan yang punya kerja. Kita cukup ikhtiar :). Semakin berumur, biasanya yg diliat bukan lagi cakep ato ganteng. Kalo cewe normal, dia pasti juga melihat hati si cowo :).

  4. Kamu terlalu pesimis kadang feb 🙂 . Padahal, mungkin kamunya ga sadar, kalo cewe itu ga selalu cari yang cakep, mapan… Yang dicari itu rasa nyaman. Nyaman dekat si cowo, nyaman bicara dengan si cowo, nyaman bercerita apa aja.. Kalo nyamannya aja ga ada, mau deket2 sebwntar aja udh males.

    Dan kalo baca semua postingan kamu, aku tebak, kamu itu asyik orangnya. Lucu (kalo liat foto2mu yg konyol wkwkwkwk), baik (kalo baca beberapa postibgan sebelum ini). Masalah wajah, ga ptg feb :). Masalah rezeki, itu Tuhan yang punya kerja. Kita cukup ikhtiar :). Semakin berumur, biasanya yg diliat bukan lagi cakep ato ganteng. Kalo cewe normal, dia pasti juga melihat hati si cowo :).

    1. Ehehehe iya nih, Mbak :’ pesimistis saya sudah akut sekali sepertinya. Tapi, sebenernya saya pun juga sadar kok mbak, apa yang dicari perempuan itu sebenernya adalah rasa nyaman wgwg. Tapi nggak tau juga, saya nggak pernah merasa bisa untuk menyamankan wgwg. Ahelah sekali ya diri saya ini :’

      Untuk masalah gimana penilaian orang, saya emang nggak sepenuhnya mengerti sih. Itu terserah mereka saja. ehehe. Alhasil, ya kita cuma bisa berusaha dan memasrahkan dong mbak intinya? Ehehe, yaaa semoga saja kali ini berhasil.

      Bismillah. Aamiin.

      Terterimakasih banyak sekali ya, Mbak 🙂

  5. Masalah rasa memang panjang bahasannya ya Feb.
    Ga bisa dipaksakan, sekarang suka, entah esok lusa *#eh itu kata Iwan Fals*
    Keinginan mu yang memastikan bahagianya itu, yang membuatnya berpaling dari masa lalunya. 🙂

    1. Hahaha kenapaaaa mbaaak salmaaa bernyanyi dan berdansa ulalaaa? wgwgw 😀

      Ehehe, ya itu sih yang saya bisa. Memastikan bahagianya. Perihal apakah itu work untuk meyakinkan dia, membuatnya berpindah dari masalalunya, atau lain-lainnya… ya tidak tau juga hahahak 😀

    1. Halooo, Mba Za 😀

      Duuuuh, maap yaak pabila membuat Speechlees :’
      Jika mewakili perasaanmu dan mungkin itu sedang kamu alami, mungkin… bahagiakan dia saja mbak. Kita tidak tau sampai kapan bisa terus bersama orang yang kita suka, kan? Selagi bersama, maka bahagiakan.

      😀 hahahak

  6. Keren. Banyak kalimat yang bikin mikir. Banyak kalimat yang bikin “Anjir iya juga ya!” 🙂

    …juga beberapa yang bikin “Sibgst kenapa mendadak bijak gini sih?!”

    Salam buat Mbaknya, sampaikan lho ya jangan cuma iya-iya doang! Hahahahaha

    1. Wahahaha terterimakasih banyak sekali, Gip.

      Saya kira, anda akan berhenti dengan memuji. Tapi ternyata, lanjut di bawahnya kenapa anda mengatai saya sibgst ya anjer.

      Bhaiq. Sudah saya salamkan sejak lama, dan katanya saya harus menyalamkannya balik dengan tanda petik jangan cuma iya-iya doang. Oleh karena itu, saya harap anda kembali di postingan ini dan membaca komentar ini ya agar dia tidak merasa diiya-iyakan doang.

      Oke?

      Terimakasih.

    1. Terimakasiiiih banyaaaak :))

      Perihal postingan masuk ke notifikasi, sepertinya karena mas Hendri ngefollow saya dan kemudian mas Hendri mengaktifkan tombol notifikasi deh.

      Apakah jawaban standar saya ini membantu? 😦

  7. Feb, baca yg ini, jadi bikin aku banyak mikir, padahal baru mo nyaranin ke kamu gimana klo ga banyak mikir tentang langkah apa yg akan perempuan itu jalani? Mengenai perkara dia…akan begini akan begitu…. Bagaimana klo dijalani saja dulu tanpa banyak pikiran pesimis?

    Pokoknya coba pikirkan bahagia bersama

    1. Hahaha akhirnya kenapaaa jadi malah berpikiiiiir yaaa, Mbak 😀

      Baik, Mbak. Sedang dicoba untuk tetap menjalani dan membahagiakan kok. Ya intinya, semoga kami bahagia bersama. Itu saja.

      Terimakasih yak Mbak 😀

  8. OMG tukeran password twitter / instagram. Segitu posesifnya kah?! Suamiku boro2 nanya, pengen tau juga enggak tentang eksistensiku di dunia maya.
    Tapi aku WAJIB HARUS TAU pin ATM dia dong! 😎

    1. Hahaha dulu anak-anak SMP sama SMA mah kebanyakan begitu, Mbak. Alibinya adalah agar si dia tidak macam-macam. Padahal… TIDA BERGUNAAAAAAA~ Mereka bisa bikin akun satu lagi untuk kemudian mengirimkan pesan rindu dan ulala lainnya 😀

      Hahaha kalau suami istri maaaah, ya sudah pin atm dong yang harus diketahui 😀 wgwgw

  9. Mas Feb aku terharu bacanya.
    Sampean makin dewasa dan baik hati tidak sombong rajin menabung 👏👏👏👏

    selamat berbahagia dengan sang kekasih dan semoga berjodoh

    1. Hahaha Qureeeeee 😀

      Terimakasih banyak sekali yaaaaaaak.
      Alhamdulillah jika makin dewasa dan baik hati tidak sombong rajin menabung, tapi apa urusannya sama rajin menabung sih :((

      Untuk doa paling bawah, saya Aamiinkan. Semoga yang disana pun mengaamiinkan.

      Aamiin.

    1. Waduuuuuh, nek moco durunge, saya tidak mengerti Mas. Mbaknya sedang saya suruh menghafal glosarium dan ensiklopedia karena menjalin hubungan dengan saya akan sangat menguras emosi jiwa gwgwgw

    1. Hahaha di dalam dugaan, tapi di luar nalaar. Itu bagaimana ya buset, Bang -_-

      Wahaaa, terterimakasih yaaak ma lord. Tapi sepertinya harus belajar kosakata dan tanda baca deh ya~ wgwgw

  10. eh kita seumuran mas? haha

    gpp, namanya juga manusia ya, terdiri atas jiwa, raga dan rasa.
    soal perasaan mah biasa, cara nanggapin perasaannya itu lho!

    selamat berjuang mas Feb.
    salam kenal dari ceritaliana.com 🙂

    1. Weiiiiit? Seumuran beneran kita yaaaa? Tos dulu brati, Mbak 😀 hahahak.

      Hihihi iya, Mbak. Cara menanggapi perasaannya ya yang tidak biasa? Bhaiiiiqlaaaah.

      Terterimakasih banyak sekaliiii, gas untuk terus berjuaaang.

      Salam kenal juga yak 🙂

  11. Anjirrrr beneran kamu suka perempuan. Alhamdulillah aku ikut bahagia mas, hahaha
    Dududdu yg lagi berbunga2 yaaaa, ku doakan deh semoga kalian saling memperjuangkan, dikasih jalan yg terbaik kedepannya.. Aamiin
    Tumben nih aku baik, mau doain .. Wkwkwk

  12. sudah lama tida mampir ke blog ini apalagi ninggalin jejak… dan sudah terlalu sering melihat tuiter dan ig anda… rasanya berbanding terbalik pas baca ini yak. beda gtu. di sosmed lebih kek yang gelo2, gaje, dsb. tp ini bner2 serius kek artikel motivasi dah. hahaha. emang bner2 feelnya dapet sih. ini psti nulis dgn sepenuh hati bgt yak. mantaaapps. smga lancar ke dpannya dan bsa naik sepeda bareng perempuan itu dan sampai tujuan yak. ehehe.

    1. Hahahaha Luluuuuuuk 😀

      Emang harus dibedain sih antara sosial media sama tulisan. Tapi, ya kadang tulisan saya nggak bener-bener juga sih wlek 😀 wgwgw.

      Terimakasih banyak ya 🙂

  13. Jika memang ia jodohmu, semoga hubungan kalian terus berlanjut hingga jenjang pelaminan, mas.

    Aku sedang berada di titik “tidak menyukai siapapun” dan juga “tidak merasa disukai siapapun”. Semakin hari, lingkaran pergaulan semakin sempit. Saat tenggelam dalam kontemplasi, biasanya aku akan menyesal kenapa tidak mulai memperjuangkan rasa suka sejak bangku kuliah 🙂

    1. Aamiin, Mas 🙂

      Terterimakasih banyak sekali ya 🙂

      Yaaah, ada kalanya, mungkin itu lebih baik sih Mas. Tidak menyukai siapapun. Lebih tenang rasanya. Esok, suatu saat nanti, pasti akan bertemu dengan siapapun yang dicari dan mencari :’)

Leave a reply to Quree Cancel reply