Mundur Ah, Saya Jelek.

Jika ada yang menanyakan perihal sesuatu yang agak baik namun sedikit menyedihkan, mungkin hal pertama yang akan saya sebutkan adalah tentang sadar akan diri sendiri.

Hmm…

Bagi saya pribadi, menyadari akan bagaimana posisi, penempatan, kasta, muka, atau lainnya tentang diri sendiri merupakan hal yang bisa dikatakan penting. Bukan masalah gimana-gimana ya, tapi, terlalu mengharap sesuatu tanpa menyadari bagaimana posisi diri itu lebih riskan untuk dikecewakan sih kalau menurut saya.

Oh iya, sebelumnya, disini saya tidak memiliki maksud untuk membatasi impian atau keinginan seseorang dengan persepsi saya di atas loh, ya. Setiap orang, mereka layak untuk bermimpi setinggi langit. Mereka layak untuk memiliki keinginan yang luar biasa. Mereka pantas untuk berharap sesuatu yang tinggi baginya. Mereka layak. Dan yha, Mereka sangat layak.

Tapi terkadang, mereka harus sadar akan bagaimana dirinya. Sudah sampai manakah dia sekarang, seberapa mampukah dia untuk maju kedepan, dan sehebat apakah dia untuk meraih kemungkinan-kemungkinan. Sampai akhirnya, ketika mereka menemukan potensi ataupun kekurangan dalam dirinya, mereka tinggal memperbaiki apa-apa saja yang kurang, lalu melatih apa-apa saja yang perlu. Sehingga, ketika mereka hendak mencapai apa yang diinginkan dengan berkaca pada pribadinya, mereka akan dengan penuh keyakinan merasa bahwa dirinya pantas dan sangat layak.

Itu seharusnya.

Dan memang itulah selayaknya.

Saya sangat paham betul perihal bagaimana teorinya. Saya pun juga sangat paham perihal bagaimana cara main dari sifat sadar diri tersebut. Namun dalam satu hal, saya merasa bahwa saya tidak pernah layak untuk sesuatu itu.

Perempuan.

Yha, dengan amat sedikit membosankan dan memprihatinkan, saya akan kembali membahas perihal perempuan di sini. Jadi, jika diantara kalian ada yang merasa bosan dan ingin mengenyahkan… ya tahan dulu lah anjer, masa tulisan saya tidak ada yang membaca sih. Kan sedih.

Oke?

Baik.

Jika boleh dibilang, pada titik ini saya sedang masuk ke dalam masa pesimis-pesimisnya untuk masalah perempuan. Kalau misal ada yang sudah membaca tulisan saya yang berjudul : Janur Kuning Belum Melengkung, mungkin kalian sudah bisa menilai perihal bagaimana parahnya tingkat kepesimisan saya.

Dari komentar-komentar yang masuk, beberapa ada yang bilang bahwa saya baik hanya karena saya memilih untuk tidak menikung. Beberapa lainnya, mereka menjabarkan perihal nikung-menikung merupakan hal yang wajar. Sisanya, mereka menuliskan komentar ‘Mantap’ lengkap dengan link web judi di bawahnya.

Hmm, saya akan mengklarifikasinya disini ya?

Jadi begini…

Pertama, untuk orang yang menganggap bahwa saya baik. Saya sebenernya tidak baik-baik amat. Saya bisa dikategorikan sebagai orang jahat dalam beberapa hal. Apa saja? Ya, ya orang lain yang mungkin bisa menilai. Tulisan saya pada postingan sebelumnya itu lebih cenderung pada sisi kepesimisan saya, bukan pada sisi kebaikan saya. Kebetulan, saya bisa mengelesnya dengan opini perihal Selama Janur Kuning Belum Melengkung. Mantap bukan?

Kedua, untuk orang yang menganggap bahwa tikung menikung adalah hal yang biasa, yaaaaa ya memang sekarang itu merupakan hal yang biasa. Tapi masalahnya, itu biasa untuk orang-orang tampan dan berani. Sedangkan saya, yaaa begini nih. Tidak akan pernah ada manusia bertampang tas kresek yang bisa menikung perempuan orang, kawan. Jadi, ya ya udah kan ya?

1527340549518

Ketiga, untuk orang yang berkomentar mantap lengkap dengan link judi di bawahnya… Baik, terimakasih. Sudah saya klik link beserta iklan-iklannya ya, semoga rezeki senantiasa berlimpah pada kalian.

Sip.

Jika disini saya boleh mereview tentang bagaimana rasanya menjadi orang yang pesimistis, maka hal yang akan saya katakan pertama kali adalah :

Sumpah deh, ini nggak enak banget kampret.

Aslik.

Tidak akan ada manusia di luar sana yang akan mencantumkan sifat pesimistis pada kolom kelebihan di Curiculum Vitae-nya. Tidak ada. Pesimistis hanya akan menghambat seseorang untuk melangkah maju ke depan. Pesimistis hanya akan menerpuruk keadaan. Pesimistis tidak akan pernah bisa membawa seseorang melangkah kemana-mana.

Dan, itu yang saat ini sedang saya alami.

Dan secara khusus, untuk perihal perempuan.

Sudah boleh saya mulai?

Jadi begini ceritanya…

Beberapa bulan yang lalu, saya sempat tertarik kepada seorang perempuan yang merupakan salah satu adik angkatan. Saat itu, kebetulan saya sedang berada di laboratorium bahan konstruksi untuk membantu teman yang sedang uji bahan guna keperluan skripsinya.

Sebagai teman yang baik, saat dia dan teman yang lain sedang sibuk menyiapkan bahan dan menghitung berapa tegangan regangan yang terjadi pada benda ujinya, saya justru sibuk memantau area sekitar yang kala itu juga digunakan oleh anak angkatan bawah untuk praktikum.

Saya masih inget banget, waktu itu sosok perempuan yang menyita perhatian saya adalah sosok perempuan berkemeja flannel kotak-kotak warna hijau, lengkap dengan jilbab hitam yang membungkus tubuhnya. Tingginya sekitar 168-an centimeter dengan berat 56-an kilogram. Tipikal manusia pemilik badan ideal yang kegiatan utamanya adalah olahraga, olahraga, dan olahraga.

Saat saya memandang perempuan itu, dia sedang mengangkat ember berisi pasir dan krikil. Sungguh pandangan pertama yang aneh untuk alasan menertariki. Tapi, yaaa tidak tau kenapa. Teduh wajah yang dia tampilkan saat itu seolah mengalihkan kegiataan yang sedang dia lakukan.

Saya mengamatinya cukup lama. Hingga mata kami akhirnya bertemu ketika dia meletakkan ember dan menariknya sembari ngos-ngosan, sementara saya dikeplak oleh teman saya yang sudah membelikan sebungkus nasi padang untuk ongkos bantu ngelab, tapi saya tidak jua kunjung membantunya. Sebuah kontak mata yang amat sangat kampret sekali.

Setelah dikeplak dengan lumayan kencang, saya pun akhirnya membantu teman yang sedang mengambil data untuk skripsi. Di sela-sela menguji, teman saya ada yang bertanya perihal apa yang barusan saya lakukan. Kemudian, saya hanya menjawab dengan nada yang cukup datar.

‘Nggak. Tadi lagi ngeliatin cewek yang pake kemeja flannel ijo kotak-kotak doang, kok. Cantik.’

Saat saya menulis ini, sesungguhnya saya amat sangat menyadari bahwa jawaban jujur saya itu merupakan langkah yang salah. Saya sangat mengenal teman-teman saya, dan saya sangat tidak ragu lagi untuk mengatakan bahwa mereka adalah bang-(maaf ya untuk yang puasa)-sat.

Salah satu teman saya pun melirik ke arah adik-adik angkatan yang sedang melakukan praktikum. Dari sorot matanya, dia seolah sedang mencari spesifikasi yang tadi saya jabarkan : Kemeja Flannel Hijau Kotak-Kotak. Saat tolehannya berhenti, dia langsung menunjukkan jarinya sembari berkata dengan nada yang cukup tinggi.

‘Oh, yang itu ya Feb’

Sebuah tindakan yang sungguh akan memicu adanya pertikaian.

Ucapan sekaligus aksen menunjuk dari teman saya itu sontak membuat teman-teman saya yang lain menoleh ke arah yang tertunjuk. Beberapa dari mereka ada yang mengangguk dan menyetujui pendapat saya bahwa perempuan itu cantik. Sampai akhirnya, satu teman saya yang bernama Daffa membuka suara.

‘Wah, Disty ya? Itu mah anak hidro kelasku, Mas.’

Daffa adalah adik angkatan saya satu tahun di bawah, yang kebetulan merupakan asisten dosen untuk kelas hidro.

‘Disty? Hidro?’ tanya saya mengulang apa yang diucapkan Daffa ‘Emang, dia angkatan berapa?’

‘Dia angkatan 17, Mas’ Daffa menjawab dengan menggulung lengan kemejanya sembari mencoba bangkit dari duduknya ‘Mana sini, aku kenalin’.

Saya pun memegang pundak Daffa untuk tetap menahannya duduk, demi menjaga pertemanan kami berdua.

‘Angkatan 17?’ Saya mengulang kembali ucapan Daffa ‘Kalau dia angkatan 17, berarti waktu saya kuliah semester 1, dia masih SMP dong?’

Teman-teman saya pun tertawa, seolah-olah mereka tidak ada yang merasa bahwa dalam hal ini, YA KITA SEMUA KAN ANGKATAN 2013 YANG MANA KETIKA KITA MASIH SEMESTER 1, ANAK-ANAK ANGKATAN 17 SEDANG SIBUK SELFIE MANYUN DAN UJIAN NASIONAL SMP.

Hingga akhirnya, teman-teman saya pun meralat :

‘Kayaknya tidak deh, waktu kamu semester 1, Disty masih di dalam kandungan’

‘Kayanya tidak deh, kamu kan angkatan Mahatma Gandhi’

‘Kayaknya tidak deh, orang kamu SMK saja kami-kami ini lagi nonton doraemon sambil ngedot’

Seolah-olah, saya yang paling tua.

Padahal, ya iya.

Tapi sedikit saja.

Selesai dengan bully-bullyan bedebah yang tidak sopan karena orang yang dituakan seharusnya dihormati, bukan dihina,  Saya pun bertanya ke Daffa perihal si Disty. Sontak, Daffa langsung memberitahu username instagram milik Disty.

Saya langsung membuka instagram dan mengepo akun Disty. Saat baru muncul di profil utamanya, saya sudah melihat profil picture Disty sedang berdua dengan seorang lelaki. Disitulah akhirnya saya nyengir lebar, dan menutup aplikasi instagram sejenak.

‘Dia sudah punya cowok, bangkek’ Saya berucap sembari menaruh handphone ke dalam saku.

Teman-teman saya pun menoleh dan memasang muka iba. Beberapa ada yang memegang pundak saya, beberapa pun ada yang dengan senonoh berucap :

‘Udah, tikung aja’

Yang hanya bisa saya jawab dengan.

‘Tikung matamu. Muka saya kalah jauh sama lelakinya, anjer’

Selesai dengan fakta tersebut, saya pun akhirnya melupakan jenjang karier yang akan saya dapatkan bila terus menertariki si Disty. Saya pun memutuskan untuk balik kanan, dan bilang ke teman-teman.

‘Dia sudah punya cowok ya. Jangan aneh-aneh nanti kalau ketemu dia’

Teman-teman saya pun mengangguk dan kami langsung melanjutkan pengambilan data untuk skripsi.

Beberapa jam kemudian, urusan pengambilan data skripsi teman pun selesai. Kami semua berkemas dan hendak beranjak untuk shalat di lantai 2 sebelum akhirnya memilih pulang.

Saat hendak berjalan melalui tangga, secara kebetulan kami melewati tempat dimana Disty sedang mengaduk-aduk semen dengan kelompok praktikumnya. Dan, disitulah momen kampret terjadi.

Satu teman saya yang bernama Naomi, dia melangkah dengan cepat untuk menyambut Disty. Mulutnya yang lembut pun kemudian menyapa dan berkata dengan amat sangat bang-(sekali lagi, maaf untuk yang puasa)-sat.

‘Disty, Disty… Ini kamu dicari Masnya ini loh’ Ucapnya sembari menunjuk saya yang sedang amat sangat berusaha untuk menggelengkan kepala ‘Namanya Mas Febri. Inget ya, Mas Febri’

Teman-teman saya yang lain pun ikut mengompori. Saya hanya bisa melangkah cepat menaiki tangga sembari sesekali berharap agar saya bisa mengangkat tangga ini dan mengeprukkannya ke endas mereka semua. Bang-(maaf)-sat memang. Briefing dan klarifikasi yang saya ucapkan tidak digubris sama sekali oleh mereka.

Seusai Shalat, kami semua pun akhirnya memilih untuk pulang ke rumah.

Dan semua masalah selesai?

Masih belum.

Yuk lanjut lagi.

Dua hari kemudian, di kampus, saya bertemu dengan Daffa yang kala itu dengan sangat semangat mengabarkan bahwa lelaki yang ada di profil picture instagram Disty bukanlah kekasihnya, melainkan kakak kandungnya.

Sejujurnya, pada saat itu saya tidak peduli-peduli amat karena saya merasa kayak yaudahlah ya. Saya pikir, Disty terlalu cantik untuk orang seperti saya. Dan, ya mana mau bangke Disty sama saya.

Gitu.

Tapi, ketidakpedulian saya pun terpecah tepat ketika Daffa memberikan kontak LINE Disty ke saya. Hal itu seolah membuat secercah harapan baru dalam rasa ketertarikan saya.

Setidaknya, saya harus mencoba.

Di hari berikutnya, saya pun mengirimkan pesan ke Disty. Satu hal yang mungkin menjadi kesalahan saya, pesan pertama yang saya kirim ke dia berbunyi :

‘Hai’

Suwer ya, perempuan macam mana yang tidak ilfil jika langsung mendapat pesan begitu dari orang yang tidak dikenal ya kan?

Tapi, ya suwer juga ya, saya nggak bisa membuka percakapan dengan baik dan benar. Maklumi sajalah ya.

Setelah percobaan panjang, pesan antara saya dengan Disty pun saling bertukar. Dia sudah tau siapa saya, yang ternyata dia anggap sebagai kakak angkatan yang mengagumi dia.

Oke, baik.

Dari pertukaran pesan yang kami lakukan, saya sudah sangat merasa bahwa ada rasa-rasa sedikit keterpaksaan dia dalam mengirim pesan balasan. Maksudnya kayak, dia terganggu.

Itu yang kira-kira saya rasakan.

Sampai akhirnya, momen dimana dia tidak membalas pesan saya pun muncul juga. Karena saya tipikal orang yang sadar diri dan tau momen, saya pun langsung mengirim pesan begini ke dia daripada memaksakan atas ketidaksukaan yang terjadi padanya :

‘Yah, di read doang. Mundur ah, saya jelek’

Wkwkw .

Sebuah pesan yang jika saya kembali mengingatnya, saya hanya kan membatin dalam hati :

‘Lu kenapa sih, Febri Goblok’

Hahaha.

Setelah momen tersebut, dua hari kemudian, dia update instastory bersama lelaki barunya yang entah pacar atau gebetannya.

Bagus.

Firasat saya tepat.

Setelah itu, saya tidak berani dan tidak bisa lagi lanjut menertariki perempuan, tepat ketika respon si perempuan seadanya saja.

Saya sangat sadar, bahwa mungkin perempuan itu sedang dekat dengan lelaki lainnya.

Dan, saya sangat sadar bahwa saya tidak akan mendapat tempat untuk masuk ke relung hatinya.

Lalu sekali lagi, sungguh, Saya sangat sadar diri bahwa saya tidak lebih baik dari lelaki lainnya. Entah itu tidak lebih dari gebetan si perempuan, pacar si perempuan, atau bahkan mantan yang telah lama mengisi hari-hari manis si perempuan.

Satu kata tambahan lagi…

Bang-(sudahlah, tidak usah minta maaf)-sat memang.

Terimakasih.

50 comments

  1. Sabar kisanak. Hal ini masih bisa diobrolkan baik baik. Wkwkw
    Jadi mana ig-nya si Disty? Hadeeeeh.
    Prinsipnya gini, Junior:
    1. Kalau ceweknya single, sainganmu banyak orang yang rebutan buat jadi pacarnya.
    2. Kalau ceweknya punya pacar, sainganmu cuma 1: ya cowoknya itu.
    Simpel kan?

    1. iya satu. Tapi itu satu kan udah jadi pacar. Statusnya lebih tinggi. Kalo di game, itu udah kayak raja terakhir. Mending lawan keroco2 deh walo banyak. sambil nunggu naik level.

      1. Hahahaha, kenapa bang haw selalu bisa menganalogikan dengan baik wgwgw

        Kalau lawannya satu, tapi thanos… ya, yaaa bhaiq sih 😦 wkwkwk

        Sekut selalu bang Haw mah 😀

  2. Duh, yang sabar ya bang. Setidaknya keb*ngsatan mereka tidak menjeremuskan abang ke dunia goib atau dunia prostitusi. Loh..wkwkwk

    Tenangin diri aja bang, sambil play “Creep” nya Radiohead. Hhaaa

  3. Waaaaaagelasih feb
    Kutahu kamu kuat.

    Tapi feb. Temen-temen bangsat emang kadang diperlukan. 😅😅😅😅😅

    Udah deh lulus aja dulu.

    1. Hahaha bahasa kekinian ya, Mbak.

      Wagelaseeeeh sekaleh wgwgw.

      Iyaaa, bener. Teman-teman bangsat memang kadang diperlukan wgwgw. Tanpa mereka, mana bisa tertawa saya wgwgw

      Baik itu, mbak. Baik loooh, itu mba wwkwk

  4. Feb. Aku juga orang pesimis. Kalo lagi pesimis. Pesimisnya paraaahh banget. Sampe aku ketemu orang yang pesimis kek aku, mungkin lebih pesimis kadang, tapi kok aku justru liat ini manusia (di dalam kepesimisannya) pasti beruntung banget deh perempuan yang nantinya sama dia. Tapi yagitu dia pesimis. Ya entah mungkin emang kita kita orang pesimis ini kudu lihat orang pesimis lainnya buat menyadarkan diri, atau jadi makin pesimis hahha. Di ceritaku sih. Aku kayanya yang harusnya makin pesimis. Soalnya, dia tetep memilih pesimis daripada yakin siapapun perempuan yang nanti sama dia pasti beruntung pake banget. Hehe. Yah idup mah kadang gitu ya~ Udah ah curhatnya haha~ mangat ya feb.

    1. Hahaha masa iyaaa, Mbak Kira pesimiiiis -_- kan anaknya acaraaa sekali hahaha 😀

      Apa iya ya, bertemu orang yang pesimis bisa membuat kita paham akan diri kita? Atau, yaaaa adilah lebih pesimis wgwgw tidak kemana-mana kalau pesimis melulu atuh gwgwgw.

      Hahaha hidup memang kadang begitu :’

  5. Di situ masih belum jelas ya apaka mbak.. eh dik Disty menjauh karena jelek apa karena habis liat postingan IG anda. Atau mungkin dia merasa gak seiman. Kali aja dik Disty ngaduk semennya ke arah kiri sedangkan kamu ke arah kiblat. Atau bisa juga dia lama membalas pesan terakhir itu karena lagi disuruh emaknya belanja. Padahal sebelumnya udah ada hati, eh malah dikasi pesan “Yah, di read doang. Mundur ah, saya jelek”, yang seolah mengindikasikan kalo dik Disty pilih2 muka, jadinya kan membuat dia nggak ada weris. tetew…

    1. BANG HAW TIDAK INGIN BERGANTI NAMA MENJADI SATHAW SAJA BIAR SAYA BISA MEMANGGILMU BANGSAT HAW DENGAN PUAS?

      WGWGWG

      SELALU MASUK YA APA YANG MENJADI KOMENTAR ANDA. MEMBUAT SAYA TIDAK SANTAI, TAPI NGANGGUK-NGANGGUK PAHAM. KOCAK ANJE TANPA NG 😀

  6. Maju ah, saya cantik hahaha. Feb menurut lo kalo cewek suka ke cowok nunjukin dikit nggak masalah kan daripada cowoknya yg takut duluan karena ngerasa jelek. Soalnya mbak sering pas suka sama cowok juga nunggu jadinya gemes kan

    1. Hahaha, Mbak Pink mah cantik ya. Pede saja jika maju mengejar lelaki wgwgw.

      Menurut saya, kalau cewek bergerak duluan sih, ya nggapapa. Soalnya beberapa cowok ada yang sudah minder duluan sebelum mendekat, tanpa tau perasaan si cewek yang ingin didekati hahahak. GAS SAJA MBAK, GAS WGWGW EMANSIPASI YA KAN YAAAA

  7. Jgn patah semangat Feb :D. Kalo masa kuliah mah, blm wktnya mikirin jodoh. Tapi percaya deh, begitu lulus, dan dpt kerjaan, biasanya akan lbh gampang ke arah jodohnya. Udh ditetapin ama yg di atas feb. Kita mah tinggal tunggu aja 🙂

    1. Hahaha siyaaaap, Mbak 😀 Tidak patah semangat kok, Mba. Lebih memikirkan bagaimana skripsi dulu wgwgw, tapi yaa sesekali mengharap perempuan bole dong ya wgwgw.

      Sepertinya iya, kalau sudah kerja maaaah, nanti suda akan ada waktunya sendiri untuk ke arah jodoh ehehe. Terimakasih ya Mbak 😀

  8. Suka heran, kenapa cewe2 cantik (menurut penilaian kita) selalu udah ada yang punya ya 😁

    Aniwei tetap semangat mas bro, kalo kata orang jawa “Kalah rupo menang bondo” paham kan?
    wkwkwk 😁

    1. NAAAAH ITU TUH, ITU.

      saya juga pasti sering mikir kalau misal ada cewe cantik, saya bisa nebak kalau dia sudah ada yang punya atau minimal sudah memiliki gebetan wgwgw.

      YAAAA, HARUS JADI TAJIR DONG BRATI YA wgwgw

  9. Temen temenmu kok ngeselin ya, briefingnya dianggap angin lalu.. tapi tanpa mereka ceritanya pasti ga akan gini. 😆

    1. KAAAAAN!

      Temen saya gitu emang, mbak -_- ngeselinnya tidak pernah bisa diatur wgwgw. Membunuh citra diri teman sukanya gwgwg

      Tapi, ya gitu sih. Untung teman saya gitu, jadi ada bahan cerita yang bisa memisuhi mereka 😀

  10. Anda ini yakin sekali kalau Anda pesimis. Kalau Anda sangat yakin, bukannya ini jadi optimis ya? Optimis untuk pesimis. Hahaha.

    Eh tapi kayaknya skeptis juga sih. Untuk persoalan tikung-menikung, itu skeptis. Untuk urusan sadar diri terhadap perempuan, itu… alhamdulillah kalau udah sadar. 😦

    Oke maaf. Maaf.

    Ngomong-ngomong, SEBERAPA TUA ANDA HEY?! 😂😂😂

  11. (((jilbab hitam membungkus tubuhnya)))

    Jadi dia pake jilbab dari kepala sampai kaki apa gimana nih?

    Btw, saya kok nggak pernah kepikiran ya buat menjalin hubungan sama adik angkatan. Menurut saya pribadi itu hal yang norak hahaha. Feb, lain kali kalau mau memulai percakapan sama calon pacar, jangan mainstream gitu dong. Coba dengan, “dolar lagi mahal nih, ke KFC yuk?” or something like that lah ya~ biar dari awal bisa kelihatan seleranya dia seperti apa. Bisa nyambung ngobroling hal receh atau enggak. Asik. INI SAYA NGOMONG UDAH KAYAK PRO BANGET ANJER HAHAHA

    1. Yoik dong, Bang. Pokoknya seluruh badannya berjilbab semua. mampus kau.

      HAHAHA SIYAAAL, SEBENERNYA SAYA PUN. SAYA HANYA TERTARIK, KALAU OKE, YA SYUKURSYUKUR YE KAN WGGWGW.
      TAPI BTW, BEBEB ANDA SEKARANG ITU KAN ADIK ANGKATAN ANDA 1 TINGKAT YA.

      Baiklah, dolar mahal, ke kfc yuk ya. Baik, saran senior mah selalu saya iyakan.

  12. Temenmu asique ya hahahahaha
    Ya udah Feb, wajah ga bisa diapa-apakan hahahahahaa
    tp pasti ada kelebihan yang dipunya toh, karena hidup ini seimbang, tugasmu bikin cewek itu lihat kelebihanmu, bukan kekuranganmu wkwkwkwkw *wise*

    1. Hahaha teman yang asik ya mereka ya -_- baiklaaah wggww.

      Nah yoiiii mbaaak. Muka sudah tida bisa diharapkan, jadiiii, mari cari hal lain yang bisa ditonjolkan.

      TIDAK ADA YANG BISA DITONJOLKAN DARI SAYAAAA BUSET

  13. Coba, Feb, mana akun IG Disty. Kebetulan saya lagi kosong nih. Saya sesekali mau coba nikung. Pengin tau gimana rasanya. Saya, kan, udah pernah diselingkuhin. Jadi, sesekali mau nakal, ah. Wqwqwq. Beraq, ngetik apa barusan~ Nggak deng. Saya sebisa mungkin nggak mau begitu. Nggak cocok juga jadi bangsat. 😦

    O iya, kata “menertariki” belibet banget buat dibaca. Kenapa nggak dibikin jadi “mengagumi” atau “menyukai” aja?

    1. Hahaha anda mah memiliki skill nikung, orang muka juga dapet deh sepertinya hahaha. Tapi, syukurlah yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. anda bukan tipikal manusia bangsat. meski sering dibangsatin wggww. Saya paham sih gimana diselingkuhin hahaha.

      Karena kata orang tahapan seorang cowo ke cewe tuh begini :

      Tertarik, kagum, suka, sayang, cinta, setia, ulala.

      Saya baru tahap tertarik saja. gitu.

  14. Ayook .. be confident, masbroo … 😁
    Ngga ada orang yang jelek, semuanya saja saja dan kegantengan atau kecantikan seseorang itu relatif,kok.

    Tapi kalo tetep merasa ngga cakep juga, tonjolin sesuatu yang ada dalam diri masbro ..
    Nah, yang tau tonjolan apa yang dipunyai masbro, cuma masbro yang tau persis … hehehe

    1. Wahahaha terimakasih banyak sekaliiii loooh dukungannya 😀 wgwgw. Bener sih, jelek atau gantengnya orang mah, relatif ya. Yang penting tonjolin sesuatu yang memang bisa ditonjolin 😀

      Makasiiii yaak 😀

Leave a reply to Yusuf Saktian Cancel reply