Pernikahan : Sesuatu yang tak bisa dilihat dari satu sisi.

‘Dimana kalian, ya Ikhwan? Kami disini menunggu untuk dinikahi. Apakah tega membiarkanku terus menunggu? Apa kamu mau aku menikah dengan orang yang tidak paham agama?’

Hmm…

Beberapa hari terakhir ini, gue sering melihat tulisan-tulisan semacam itu di instagram, facebook, ataupun media sosial lain yang gue ikuti. Tulisan-tulisan tersebut pun beragam. Ada yang ditampilkan melalui video singkat yang bermakna dalam, pun juga ada yang ditampilkan dalam bentuk foto-foto lengkap dengan perempuan bercadar yang sedang menengadahkan kedua tangan.

unnamed

Source : Klik

Baiklah. Itu nggak salah. Setiap orang pasti mempunyai keinginan dan berhak untuk mengutarakan keinganannya tersebut bukan?

Sama seperti apa yang pernah gue inginkan dahulu.

Hmm… Ya, beberapa orang disini mungkin sudah pernah menyimak dan ikut berkomentar mengenai tulisan gue yang ini : Nikah Muda dan yang ini : Pertanyaan Mengenai Pernikahan. Disitu jelas sekali bahwa gue terlihat ngebet nikah. Tapi pada kenyataannya, ya emang gue pengen banget nikah.

Ketika gue menulis tulisan-tulisan tersebut, pikiran gue kala itu hanyalah begini :


‘Hmm… Apa salahnya sih setiap orang yang ingin menikah? Kenapa orang yang ingin menikah nggak segera dikasih kesempatan untuk menikah. Masalahnya apa? Kebanyakan orang mungkin meragukan kredibilitas anak ingusan yang menginginkan untuk merajut hubungan pernikahan. Keraguan-keraguan seperti misal : Nanti anakmu dikasih makan apa? Apa kamu siap? Apa kamu yakin? Nikah itu bukan hal sepele loh? Emang kamu punya modal? Emang kamu merasa sudah cukup pantas untuk menikah? Blabla… Blabla… Tapi, ya mbok ya dikasih kesempatan. Anak ingusan ini memiliki keinginan. Setiap orang berhak mewujudkan keinginannya. Ada alasan-alasan tersendiri kenapa setiap orang memiliki keinginan untuk menikah. Entah itu karena takut nanti hamil duluan, entah itu karena udah nggak tahan tapi takut dosa, atau apalah itu. Tinggal pilih yang mana? Lagipula, pernikahan itu bukan hal yang buruk kok. Jadi, bolehkah menikah cepat?’


Haha…

Ya, sejujurnya itu sih yang dulu gue pikirkan. Nggak cuma berhenti dipemikiran yang entah benar atau enggak itu, gue pun bahkan juga sempat mencoba untuk memperkuat persepsi yang gue memiliki itu dengan mencari-cari dalil tentang pernikahan. Setelah menggabungkan apa yang gue pikirkan dengan beberapa dalil tentang pernikahan itu, kemudian gue pun semakin yakin bahwa… Nikah muda itu nggak salah kok.

Sampai akhirnya, untuk beberapa saat gue pun hidup dengan keinginan-keinginan yang sama sekali belum bisa terealisasikan. Gue mulai membuat tulisan demi tulisan mengenai keinginan gue itu untuk mencari sebuah usul, pendapat, komentar, kritik, ataupun saran dari semua orang yang membacanya.

Hingga gue pun menemukan satu kesimpulan yang menyadarkan gue akan satu hal bahwa…

Keinginan gue itu nggak mungkin bisa direalisasikan.

Bukan.

Bukan karena muka gue yang tergolong tua, kemudian gue nggak bisa melakukan nikah muda.

Bukan.

Eh, bentar. Apa emang iya karena itu ya?

Hmm…

Maksudnya begini, orang yang ingin menikah muda, pada kenyataannya dia juga harus berada di lingkungan orang-orang yang paham agama secara keseluruhan, pun juga termasuk dia di dalamnya. Eh, bukan berarti gue menganggap bahwa orang-orang disekitar gue itu nggak paham agama ya. Bukan. Guenya aja yang titisan dajjal.

Tapi, keinginan untuk menikah kan bukan hanya sepihak pada satu orang aja. Pasti ada dong orang-orang yang ikut campur di dalamnya, entah itu untuk pihak calon mempelai pria ataupun wanita. Semua orang berhak beropini, meragukan, berkomentar, mensugesti, atau apalah itu istilah-istilah lainnya. Sampai akhirnya, seseorang yang mempunyai niatan untuk menikah itu akan goyah dan berpikir untuk menunda pernikahannya, atau mungkin seseorang itu akan bertambah semangat untuk tetap menikah secepat mungkin. Semua tergantung dari orang-orang disekitar, ataupun pribadi orang yang ingin menikah itu sendiri.

Gue?

Hmm…

Gue adalah salah satu orang yang pada akhirnya memilih untuk menyerah atas apa yang gue inginkan. Pada kenyataannya, gue emang nggak bisa menikah muda. Gue nggak bisa dengan segera membangun rumah tangga. Gue nggak bisa segera melampiaskan apa yang selama ini gue tahan.

menyerah

Source : Klik

Ya, ya gimana lagi?

Gue udah bilang sama Ibu, beliau emang merestui tapi beliau mengharapkan gue untuk lulus dan bekerja terlebih dahulu. Gue udah bilang sama Bapak, beliau selaw-selaw aja sih. Gue juga udah mengutarakan keinginan gue itu kepada ibu si calon. Gue pun juga udah ‘disidang’ tentang keseriusan hubungan kami apakah memang serius mau menuju pernikahan atau enggak. Hampir semua langkah awal itu sudah gue lakukan sih.

Tapi…

Ya jelas semua itu nggak cukup.

Bahkan bisa dikatakan sangat kurang.

Kalau tulisan ini gue hentikan sampai sini, gue yakin sih akan ada banyak orang yang berkomentar begini :

‘Feb, nikah nggak sesederhana itu’

‘Feb, nikah itu nggak sebatas kamu bertemu orang tua, berdiskusi, terus WALAAAA… menikah. Enggak. Masih ada yang harus kamu persiapkan’

‘Blablablabla’

Ya, gue sudah sangat paham dan menyadari semua itu. Jadi, untuk itulah kenapa gue menulis tulisan ini.

Gue udah nggak ngebet untuk segera menikah muda lagi, kok.

Tapi kadang gue agak heran aja sih, kenapa ketika gue sudah mempunyai niatan untuk berhenti berharap, selalu aja ada orang yang kayak ‘memancing’ gue lagi untuk cepat menikah. Contohnya kayak ibu si calon yang sempat beberapa kali meminta agar gue dan si calon, nggak terlalu sering bareng, hingga akhirnya di akhir permintaannya itu ada ucapan ‘Makanya, menikah cepat’.

Lah?

Selain itu, gue juga pernah mendengar cerita lain dari temen yang suatu kali hadir di pernikahan kakaknya. Disitu, kakaknya sempat ‘mengompori’ dan meminta agar temen gue segera menyusul untuk menikah. Temen gue sempat beberapa kali menolak, hingga akhirnya, karena terus-terusan dikompori, temen gue pun jengkel dan mengamini. Tapi, setelah temen gue itu benar-benar ingin cepat menyusul, kakaknya itu langsung bilang ‘Eh, jangan dulu. Lulus terus kerja dulu aja eh’

LAH?

Jadi, kembali pada awal pembahasan di atas. Sebenarnya ukhti-ukhti yang memberikan pesan kepada para ikhwan untuk segera menikahinya itu tuh pasti sudah tau, kenapa beberapa diantara ikhwan-ikhwan itu tidak kunjung bisa untuk memenuhi permintaan dari si ukhti.

Bahkan, gue sempat melihat semacam video balasan dari si ikhwan tentang masalah ini. Alasan-alasan yang ikhwan berikan di dalam video ini pun juga semuanya klasik : kerja, membahagiakan orang tua, menyiapkan diri, jadi tolong bersabarlah.

Ukhti ingin segera cepat dinikahi, tapi ikhwan minta biar ukhti bersabar.

Hmm… apa itu yang akhirnya membuat seseorang terinspirasi untuk membuat tulisan semacam ini?

Screenshot_20170415-075208

 

Entahlah.

Meskipun saat ini gue udah nggak berharap untuk bisa segera menikah muda, tapi kadang gue masih mencoba untuk hadir di beberapa kajian tentang menikah muda. Sampai akhirnya, disela-sela kajian itu pun gue sempat berpikir…

‘Hmm… seharusnya yang berada disini nggak cuma gue, tapi orang-orang disekitar gue yang dulu sempat meragukan tentang nikah muda juga harus ada disini. Kalau gue sendiri… untuk apa?’

Jadi, untuk yang masih meragukan tentang keinginan seorang anak ingusan untuk menikah muda, coba deh sekali-kali ikut kajian tentang menikah muda. Kalau enggak mau, yaudah. Jangan pancing-pancing kami untuk kembali mempunyai keinginan untuk menikah.

Eh, gimana-gimana?

Pokoknya gitu, lah.

Terimakasih.

49 comments

  1. waaaaa,aku blm pernah nemu postingan gitu looo apa aku kelewatan (*trus cek timeline lagi hihihi)…

    eniwe.. kalau “kata orang” tu ngga ada habisnya dan kita ngga akan ada benernya.. baliknya ya ke bahagianya diri sendiri.. life is all about our own choices… good luck yaa…

    1. Heee, masa mbak? Wkwkw atau aku yang kebetulan sering ngeliat postingan semacam itu ya mbak ya wkwkkw.

      Nah, bener mbak. ‘Kata orang’ mah nggak akan ada habisnya mbak -_- orang kan banya ya wkwkw. Makanya sekarang aku udah nggak percaya sama quote atau motivator gitu. Wkwkwk semua pilihan kita sendiri.

      Makasiiii banyak ya Mbaak 😀 wkwkkw

  2. Aduh, aku kok gatel banget ya sama kalimat pembukanya. Maksudnya paragraf pembuka. Kesannya kok perempuan itu hanya pada taraf pasrah menunggu. Kalau memang mereka sudah siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan, ya ga usahlah menunggu. Katakan terus terang pada orang yang memang mereka suka. Kalau ga bisa ngomong langsung, kan bisa juga pakai perantara. Aku pribadi terus terang sangat tidak setuju dengan tulisan pada paragraf pembuka. Kenapa musti menyalahkan lelaki yg tidak segera meminang? Kenapa tidak mencoba memulai langkah duluan? Kenapa memposisikan diri sebagai pihak yg hanya menunggu? Lalu kenapa harus menyalahkan pihak lelakinya? Kalimat “kami di sini menunggu untuk dinikahi” OMG!! That’s really weird!! Nggak ada kerjaan lainnya apa selain menunggu untuk dinikahi?
    Dan tentang menikah muda, terus terang aku termasuk orang yg kontra untuk hal ini. Menikah, menurutku, bukan hanya pada taraf melaksanakan perintah agama atau berbadah. Cakupannya sungguh jauh lebih luas daripada itu. Ini aku ngomongin diluar konteks jodoh sudah ditentukan oleh Tuhan ya. Kalau memang jodohnya ditakdirkan cepat, ok. Kalau memang ditakdirkan lama, lebih baik menikmati waktu sebelum jodoh tiba dengan melakukan buanyaakk kegiatan positif dan mengenal sebanyak2nya orang, ga usah kayak orang nganggur tanpa harapan hanya menunggu jodoh datang.

      1. Waduuuuh, menumpuk di komentarnya Mbak Den. Duuuuh, Mbak Moooo. Maaf juga yaaak :3 hehehe
        Aku juga sepakat sama apa yang diutarakan Mbak Den koook

    1. Mba Denyyyyy aku kok ya gatel ya kalo ga komen. Hahahhaa.. Baca tulisannya Febri yg ini kok ngerasa, sedih amat yah jadi perempuan. Cuman nunggu diajak nikah. Dan ya mbak mbak mas mas, plis deh hidup ga sekadar kawin aja lho. Banyaaak banget hal baik yg bisa dikerjain selain kawin nikah whatsoever :))))))

      1. Mbak Santi juga meng-up komentar Mbak Den. WAAAAAA MAAF, MBAAAK. Wkwkwkw

        Hihihi aku nggak ngerasa merendahkan perempuan loh mbak :’ aku cuma menyampaikan dan menyayangkan apa yang selama ini aku baca di medsos. Aku juga mikirnya begitu kok mbak. Maksudnya kayak ‘loh, masak begitu sih ya?’
        Hahaha yakaleeek hidup cuma sekedar kawin -_- wkwkwk bener mbak, banyak hal yang bisa dikerjain doooong selain nikah, kawin, blablabla 😀

        Maap yaa mbaaak, kalau tulisan ini agak menyinggung dan bikin gregetan wkwkw 😀

    2. Setujuuuu sama komennya mbak den.
      Mbak deny, aku juga gatel pengen komen nih. Haha.
      Jangan salah, aku pernah ketemu dengan perempuan yg hanya punya cita-cita ‘menikah’. Kuliah ambil yg cepet biar bisa cepet nikah juga. Aku yang diceritain sampe mikir : serius nih cita citanya cuman nikah doank?
      Apakah akhirnya dia menikah muda? Enggak. Apakah setelah menikah, hidupnya adem ayem mirip drama korea? Katanya sih enggak juga. Ada kenyataan hidup yang harus dihadapi , karena cinta tanpa makan nasi ya bisa bikin pingsan juga. Hehe.
      Semangat mas mbak di luar sana, kalo udah waktunya nikah, pasti dimudahkan jalannya kok.

      1. Waaaa, Mbaaaak Handoko juga meng-up komentar Mbak Deny ._. duuuuh, sepertinya aku harus banyak minta maaf nih. wkwkw

        Aku menyampaikan apa yang aku liat dan aku baca kok mbak ._. bukan maksud merendahkan cewek atau gimana-gimanaa gituuu.

        Laaah, ini Mbak Han juga pernah ketemu dengan perempuan yang cita-citanya cuma menikah -_- mungkin dia tidak tahan. Wkwkwk
        Padahal, setelah menikah itu ada banyak rentetan hal yang harus dipertanggungjawabkan ya mbak -_- wkwkw
        Entahlah, itu sih pendapat setiap orang yang berbeda kalik ya mbak ya. Kita mungkin cuma bisa mendengar dan memberi saran aja. Selanjutnya kan tinggal orangnya aja yang menentukan mau gimana-gimananya. Hhaahaha

        Daleeeem. Cinta tanpa nasi bisa bikin pingsan. BENEEER wkwkw

        Hahaha semangaaat buat merekaaa 😀

      2. Upvote komentar Deny, aku baru tahu kalau sekarang lagi ngetrend ya cewek nunggu dinikahin, kok gimana gitu ya, ga suka haha

        semangat lah Feb, kerjain skripsi :p

      3. Menguppppp semuaaaak, kyaaak wkwkw.

        Iyaaa mbak, soalnya kalau apa yang aku liat di fesbuk dan twitter, munculnya ya gitu mbak ._. di gambar yang aku ambil di instagram itu mewakili juga nggak sih apa yang aku tulis ._. aku menulis berdasar apa yang aku liat, tapi bukan berarti menyamaratakan kok heheh :3

    3. Komen aku untuk bagian ini udah terwakilkan, setujuuuuu! Hahaha, padahal masih banyak hal lain yang bisa dilakukan selain menunggu diajak nikah 😌

      1. Waduuuu, Mbaaak Pres jugaaaaaaaa. wkwkwk Duuu, ini aku menyampaikan apa yang akuuu liaaat mbaaaaak ._. bukan maksud merendahkan atau gimana ke cewek ya mbak ._. aku pun juga menyayangkan masalah ukhti yang hanya menunggu untuk diajak nikah sih ._. seriusaaaan wkwkw

        Hihihi beneeer. Masih banyaaak hal yang bisa dilakukan selain menungu untuk diajak menikaaaaaah :3

    4. Mbaaak Den.

      Wkwwk aku kaget banget kok baru semalem, eh yang ngomen udah sepuluh aja ._. terus mbak den memberikan komentar yang begini lagiiih wkwkw duh aku jadi tidak enaaak.

      Sebelumnya gimana ya mbak, aku minta maaf deh kalau mengutip beberapa kalimat pembuka paragraf di atas tanpa ngasih sumber dan contoh videonya. Aku uda dari lama sih bacanya. Dan sama kayak mbak den, waktu pertama kali baca kalimat itu tuh ya aku agak mangkel dan mbatin ‘loh, kok gini sih ya. Eh, ini apaan sih ya’ Makanya aku nulis begini.
      Kalau menyinggung, maaf banget loh mbak ya ._. hehe

      Nah, kalau masalah nikah muda. Sekarang aku juga udah sedikit kontra dan nggak mengharapkan hal ini sih mbak. Bener. Setelah aku menulis tentang beberapa tuisan, aku belajar dari orang-orang yang berkomentar kalau aku harus mempersiapkan banyak hal dan blablablanya. Masih ada banyak hal yang harus dilakukan dong ya mbak yaaaa.

      HIiiihihih. Maaf mbak kalau tulisan ini agak menyinggung banyak pihak, khususnya pihak perempuan ya wkwkkw

  3. entahlah, aku dulu nggak serumit itu saat memutuskan untuk menikah di usia yang katanya masih muda untuk ukuran cowok…
    yah, aku mah ngejalanin aja…
    kalau emang udah dapet jodoh yang pas, kan ngapain nunggu lama.. gitu aja sih feb..

    1. Hihihi Iya sebenernya nggak rumit sih mas ._. yang bikin rumit itu sebenernya pribadi orang-orangnya wkwk. kalau aku sih sekarang nggak dibikin rumit, makanya udah nggak terlalu mikirin masalah nikah. Nggak kayak kemarin-kemarin itu loh wkwkkw

      HIhihi iya mas. Sekarang mah doanya, semoga masih ada jodohku aja deh ya wkkww

      1. Ya jalanin aja feb, mungkin hanya segelintir orang yang di takdirkan nikah muda, bukan karena dia sudah siap dari dirinya, tapi Allah yang menyiapkan diri orang tsb untuk nikah lebih dulu…
        Semangat feb

  4. Kalo sudah “siap” ya silahkan menikah. Tapi emang keluarga kebanyakan baru ijinkan nikah kalo udah lulus dan kerja sih.

    Padahal kan katanya rizki, maut dll udah ada yang ngatur dan Allah akan memperluas rizki orang yang menikah. Sebenernya sih gak perlu bingung, kalo udah shalat istikharah. Pasti dikasih petunjuk dan dimudahkan jalannya kalo emang udah rezekinya.

    Itu yang tentang wanita terpaksa nikah dengan pria biasa kali aja emang jodohnya. Ngaji atau ngapain pun kalo niatnya gak bener jadinya ya salah. Makanya cepat juga kembali “seperti biasa”.

    1. Hahaha iyaaa Rum. Kalau udah siap semua mah, nikah ya tinggal nikah aja. Siap disini tu maksudnya kan ya itu ya, kesiapan mental, tanggung jawab, restu orang tua, dan blablanya.
      HAhaha iyaa, rezeki, maut dan jodoh udah ditentuin koook. Kita mah menyiapkan diri aja.

      Hahaha yang terakhir itu juga aku agak gimana sih menanggapinya hehehe kok ya ada terpaksa nikah sama orang biasa, terus ngajinya ilang -_-

  5. Kesiapan masing masing orang buat menikah beda beda sih feb. Bagi si A mungkin umur cukup, rezeki cukup, pasangan ada, bisalah abis itu nikah. Tp bagi si B bisa aja ngga cuma itu, rezeki cukupnya mesti punya ini itu dulu, umur cukup bisa jadi masih belum cukup mentalnya dsb dsb.
    Jadi yang udah siap silahkan nikah, yang belum siap ya jangan memaksakan.

    Tp ya, sebenernya gue kurang suka sama orang orang yang kerjaannya ngompor ngomporin orang lain buat nikah secepatnya karena pemicu stigma “ah umur segini kok belum nikah nikah sih” yang jadinya bikin orang berlomba lomba nikah kalau udah kekejer umur. Duh!

    1. Setujuuuuh banget Mbak Pressss 😀 hihihi Kesiapan setiap masing-masing orang buat nikah itu beda-beda. Pun termasuk juga anggapan untuk orang-orang terdekat yang mau menikah itu yaaa. Si A, pasti beda sama B. C juga pasti beda sama A dan B. Ya masing-masing orang kan yaaaa.

      Betooool Mbak 😀 yang udah bisa dan siap nikah mah, ya udaaa nikah aja. Tapi dengan catatan, jangan terus menyamakan apa yang dia jalani dengan orang lain sembari bilang ‘nikah itu gampang kok’ gitu loooh yaaa 😀 Yang belom siap, ya selo ajaa. jangan dipaksakan 😀 heheh

      Bener mbak -_- aku juga kurang suka loh sama orang yang kompor gitu -_- fyuuuuuuuuh. salaaaah besar.

  6. aku setuju dengan pernyataanmu tentang harus berada dalam lingkungan agama yang benar… sebenernya kurang tepat juga sih… bagusnya di lingkungan yang memiliki niatan yang sama dengan begitu kamu bisa saling memberi semangat untuk mewujudkannya… ya salah satunya benar memang yang mengerti agama karena agama peratama…

    trus tips dari aku nih… kalau aku baca kan kamu udah punya calon ya…

    Coba tanya apakah dia mau dinikahi diusia muda… siap menerima kamu dalam kondisi belum lulus sarjana dan belum kerja menetap…kalau iya… ajak usaha bareng-bareng… bukan cuma kamu yang berusaha tapi kalian berdua… seharusnya sih perempuan juga gak nunggu doang kayak kata mba denaldd di komen atas…. perempuan juga punya andil untuk berusaha mewujudkan nikah muda..

    Aku menikah desember 2015 di usia 22 suami 23 dalam kondisi suami belum lulus kuliah tapi, semoga tahun ini lulus lah hahah… tapi orangtuaku sedikit keberatan.. tapi aku dan suami selalu berusaha untuk meyakinkan orang tua.. menjawab tantangan2 dari orang tua ya termasuk kerja serta mandiri itu soalnya emang ga dipungkiri sih orangtuaku tuh takut aku hidup gak “bahagia” gitu.. makanya ya perlu pendekatan dan pembuktian memang… semoga niatnya disegerakan ya … aku komen kepanjangan ga sik hahahah

    1. Hihihi makasih Mbak. Aku waktu mau nulis yang masalah agama itu juga takut salah kata sih, makanya aku imbuhi kalimat ‘bukan berarti lingkunganku ga paham agama’ gitu. Ya karena nanti takut salah kata heheh.
      Iya mbak, udah ada calon. Kalau dianya aja yang ditanya sih dia bilang siap dong. Cuma, setelah sharing dengan orang tuanya. Pastilah orang tuanya kurang setuju dan mendoktrin untuk lulus dan bekerja dahulu. Begitu pula orang tuaku. Jadi, itu alasanku kenapa sekarang udah nggak terlalu ngarepin nikah muda atau membahas masalah nikah, nikah, dan nikah hehehe.
      Itu komen mbak den memang mewakili banyak perempuan ya mbak ._. tapi aku ini menyampaikan apa yang aku lihat kok mbak. Pada dasarnya, emang gitu. Aku pernah liat kalimat-kalimat itu.

      Waaa, kamu nikah muda juga ya mbaaak. Kereeeen heheh. Aamiin semoga tahun ini lulus yaaa. Orang tua sih yang pasti paling khawatir dan keberatan. HIhii tugas sebagai anak mah meyakinkan dan membuktikan ya mbak ya 😀

      HIhihi ngga kepanjangan kok mbaak 😀 Kamu kereeeen :3

  7. mau nikah muda atau nikah pas gak muda sih terserah….yang penting udah siap lahir dan batin. oooh jadi ternyata febri pengen nikah muda ya?

  8. Febri lagi ciyuuss. Hehehe

    Aq pernah “ingin menikah muda”, saat itu aq kuliah, cita2ku nikah umur 23 tahun, maksimal 25 tahun. Alasan nikah muda? Cape pacaran. Hhaaahh. Kemudian ditoyor emakku. Kata nyokap, kerja dulu keleuus, nikmatin duit dulu, puas2in masa muda dulu.
    Seriusaan, ortuku paling keras “dilarang nikah muda”. Sedih? Iya lah, aq kan kebelet sm pacarku (skrg jd mantan).
    Tapi wkt mikir mau nikah aja, udh ngeri ngebayangin duit hajatannya, terus mikirnya idup di petakan, wees udah siap segala hal bgtu.
    Dan aq lupa bhwa serentetan menikah itu panjang, ya biaya hidup berdua, biaya lahiran, biaya dokter anak dll. Aq ga kepikiran kesana.

    6-7 tahun berlalu, ktika berkali-kali “ketemu dg org yg salah” kini gue paham feb, knp emak gue melarang gue nikah muda. Karena mereka ingin gue merasakan puasnya hidup, krn mrka ingin aq siap mental lahir batin.
    Skrg alhamdulillah menyiapkan pernikahan, dimana kondisi aq udh siap semuanya termasuk siap ngeluarin materi dr kocek sendiri 😂😂😂

    Moral of story feb, beneran deh ktika km menemukan “hidup setelah mampu cari duit dan bahagiakan ibumu” km akan mengerti knp ga mesti nikah muda saat ini 😀

    1. Hahaha brati kemarin aku bener-bener mengalami apa yang kamu rasain mbak wkwk. Aku juga pernah ngebet gitu kok. Kayak apa apa dikejar aja gitu buat nikah muda. Tapiiiii… seiring berjalannya waktu ya enggak ingin lagi. Hahahaaaaaaa

      Udah tercerahkan setelah baca beberapa komentar dari tulisan terdahuluku tentang opini nikah muda mbak, jadi ya yaudaaah. Bener. aku harus menikmati hidup dulu, kerja, punya duiiit, mbahagiain ortu wkwkw

      Akhirnya aku udah melewati masa-masa ingin nikah muda. Sekarang, bersenang-senang aaaah~

      Kamu uda mau nikah kan mbak yaa. uda ada rumah segalaaa~ undang-undang dumz yaa wkwkw

      1. Hahaha nti aq undang feb, tapi km dateng yo..

        Nti ada masanya feb, km merasakan cari duit, nabung trs kepingin bangun rumah, kepingin umrohin ibukmu, pokoknya feb ga akan nyesel kok klo km ga nikah muda.
        Well klo aq cwe emang sempet galau pas kepingin nikah eh belum ada calonnya. Skrg pas ktmu calonku, aq ngerti karena semua itu “ada waktunya”. Bisa jd klo maksa nikah sm mantan2ku kmrin, yo aq ngga ngerasain bs jalan2 tiap bulan, ngga bakal ngerasain ” kelayapan malem2″ cuma buat nyari makan, ngejar sunrise di tebing keraton atau road trip jakarta-jogja di longweekend. Iya mgkn bs juga dilakukan pas udh menikah tp sensasinya beda. Menikmati masa single itu uuueeenaaaak tenan feb. Ciyuusan daah.

        Wis nti km cri duit yg banyak dulu feb, klo km dadi wong berkecukupan tanpa ngerepotin ibukmu, km tinggal tunjuk anak cwe mana yg mau km nikahin.

        Semangaaat

      2. Wahahaaaa emang dimana sih mbak tempat menikahmu~ hihihi bahagianyaa yang hendak menikah heheh.
        Iya mbak, bakal merasa kayak gitu kok. Sekarang bahkan uda kepikiran gitu. Wkwkw dulu aku kepikiran menikah muda karena apa ya, ya gitu deh. Kayak lebih terdoktrin omongan orang yang bilang ‘zina, lebih baik nikah’ dan blablabla.
        Sekarang tau, omongan ga sepenuhnya harus ditelan. Toh, nggak zina juga. hahaha

        Makasiiiii banget ya mbak udah ngasih pengalaman hidupmu yang sangat berharga banget ke aku hihihih. Banyak perjalanan yang udah kamu jalani menuju pernikahan, akhirnya udah menempuh titik finishnya juga ya hihihih.

        Siaaap, Mbak :))

  9. hahaha kalau gue boro2 mikirin soal nikah, pacaran aja masih dilarang ortu even udah mau kelar S1.
    Chill aja ahh masalah nikah, yang penting perbaiki diri dulu sampai nanty diri sendiri udah benar2 siap menikah. Sekian

    1. Hahahaaa aku kemarin-kemarin aja sih kepengennya wkwkw karena dulu mikirnya kayak ‘ah apaan sih pacaran, uda ga waktunya’ eh sekarang mikirnya jadi ‘ah, apaan sih nikah. Belum waktunya’ wkwkkw

      Iyaa dooong, chill aja atuhlah 😀

      Makasih yaaaak :3

  10. Wah postingan febri kali ini cukup serious ya 😃 dan aku baru tau ternyata febri pernah pengin nikah muda juga ya Feb he he. Kalau kata kenalanku yang sudah nikah sih gini, “menikah itu bukan sesuatu yg bisa diraih dengan kecepatan, bukan tentang terlalu cepat menikah atau telat menikah. Karena Allah sudah menuliskan di arsy Nya ttg jodoh tiap tiap manusia. Kalau ketemu jodohnya di usia muda ya syukuri. Jika belum ketemu jodoh ya nikmati hidup dulu, selesaikan urusan dengan diri sendiri dulu”.
    Di usiaku sekarang memang lg musimnya temen2 pada nikah. Haha selaw in aja. Jodoh sudah Ada yang ngatur. Jadi, tenang aja Feb, kamu pasti akan menikah di waktu yang TEPAT 😁

    1. Hahhaa iyaaa mbaaak. Agak serius wkwkwk

      Yaah, namanya juga abege labil. sempet ingin nikah muda juga. Tapi sekarang udah ngerti dan ga begitu ingin lagik.

      Yaaap, dibawa santaaaai aku sekarang mah mbak 😀 hehehe

      Makasiiii ya mbak.
      Kamu nikah gih. *lah malah nyuruh*

  11. Mendengar perkataan orang itu perlu. Tapi bukan berarti harus diturutin. Menikah muda itu baik. Menikah sedikit lebih lambat juga baik Seperti yang orang dulu bilang. Semua akan indah pada waktunya.

    Gue [baca pakai aksen jawa medhok] juga sempat kepikiran hal itu. Tapi pada akhirnya gue harus kembali bertanya sama diri sendiri. Apa gue siap bertanggung jawab dunia akhirat? Dan yang ndak kalah penting, yang mau ada apa enggak? Hehe

    Ini komentar saya sok bener banget dah..
    Intinya,
    Sprite nyegerin…

    1. Haha nais, Bang 😀

      Bener banget sih. Mendengar, bukan berarti harus menelan dalam-dalam kan ya intinya. Hahaha masalah menikah ini sebenernya tergantung dari orang dan lingkungannya aja sih kalau menurutku.

      WADAAAW, kayaknya nggak ada yang mau ya~ duh dalem wkwkwkw

      INI KENAPA KAYAK CAK LONTONG YAAA JADIAN wkwkw

  12. itu yang paragraf pembuka kesanya gimanaaa gitu yaa…hal2 kaya gitu si menurutku buat banyak kaum laki meremehkan kaum wanita. kesanya tujuan idup end up cuma dikawinin aja.

    tapi emang masih banyak juga perempuan yang gue pengen cepet2 nikah biar idup enak, gak perlu kerja punya anak urus suami pasti bahagia..andaikan mereka tauuu yang namanya dah nikah masalah idup jadi berlipat karena kita bakal punya tanggung jawab lebih ..gak sesimple ala2 di film atau di soc med deh hueheheheh

    1. Hehehe, iya mbak. Kesan dari paragraf pembuka itu sedikit gimana gitu kan? AKu hanya mengutip video yang aku liat di fesbuk mbak, seriusan deh. Dan sama kayak yang lainnya, aku terus mikir ‘eh, apaan sih begini’ gitu.

      Haaha tapi kalau dilihat, perempuan-perempuan (maaf, khususnya ukhti) itu terkesan menunjukkan bahwa mereka ingin menikah deh mbak. Aku pernah datang di kajian tentang menikah beberapa kali, dan disana aku liat kalau yang datang tuh kebanyakan ceweknya. Seriusan. Eh, meskipun itu nggak melulu nunjukkin kalau cewek ingin cepat menikah sih. Tapi mungkin kebanyakan dari mereka beranggapan kalau mereka nggak tahan buat menahan nafsu, dan daripada zina, lebih baik nikah. Mungkin gitu, daya pandang ukhti kan begitu kan ya?

      Hahaha tapi kan ya itu mbak, menikah nggak simpel kayak nikah terus udah. MAsih banyak tanggung jawab lain kan ya 😀 hihihi

      makasi ya mbak 😀

  13. Baru baca ini, bhahahahaha
    Iya sih feb, aku nggak menyalahkan wanita-wanita itu. Cuma kadang di sosmed pun ada yang suka nulis tentang pernikahan seolah-olah mereka emang ngebet banget, cuma aja kalimatnya diperhalus. Harusnya kan percaya, jodoh itu udah diatur sama Alloh. Kitanya mah tinggal berdo’a dan usaha yak 😀

    1. Hahaha Diniiiiii 😀

      Banyak kan yaaaaa di medsos yang kayak cewek-cewek pada ingin dinikahin? Wajar nggak sih? Ya tergantung cara pandang ya 🙂

      Hihihi bener, jodoh itu udah diatur sama Allah. Kitanya cuma bisa doa dan usaha 😀

      Usaha kalau ternyata jodohnya jelek, cari yang lebih ganteng lagi gitu gak maksudnya? *lah, gimana-gimana?

      1. Heumn, itu pertanyaan yang sulit.
        Tergantung cara pandang tapi kalau aku sih maaf, justru yang begitu malah keliatannya kode-kode terus. Mending kalau udah ada orangnya ngomong langsung, kapan mau dinikahin? Kalo di sosmed kan kesannya kayak kode massal 😀

      2. Wahahaa iyaaaaaa deh yaaaaaa. Mending kalau emang pengen dinikahin ya bilang aja yaa. Tapi ada yang pengen dinikahin, terhalang restu orang tua karena si lelaki belum kerja, blablablablabla. Lantas apa yang harus dilakukan? Whwhwh bersabarlah kalik ya~

  14. Pingback: Akad | #FDCG
  15. Meski selama 12 tahun menikah, saya hidup masih jauh dari yang namanya mapan , tapi saya tetap ngotot mengatakan, bahwa JANGAN TAKUT MENIKAH HANYA KARENA BELUM MAPAN.
    Karena menikah itu bukan masalah mapan enggaknya, tapi masalah bertahan dan memilih komit seumur hidup.

    Jadi, mau nikah usia berapapun tak masalah, selama sudah memantapkan hati untuk bertahan dan memperbaiki 🙂

Leave a reply to mrs muhandoko Cancel reply