(Mungkin) Akhir yang Sebenarnya

‘Still everyday i think about… you’

Penggalan lirik dari lagu Blue Sky Collapse milik Adhitya Sofyan terdengar syahdu. Ditemani nyala lampu yang temaram, gue terduduk di depan laptop memandangi layar yang menyala. Jemari gue meraba mouse dengan lembut, mencoba menggerakkan kursor supaya menuruti apa yang akan gue lakukan.

Pagi itu pukul 01.00 WIB. Entah, pada saat itu gue nggak bisa memejamkan mata. Ada banyak pikiran yang menjadi kendala. Ada banyak rasa yang bercampur. Ada banyak helaan nafas yang seolah dipaksakan.

Mencoba mengisi waktu yang entah itu, gue pun akhirnya memilih untuk membuka blog ini dan mencoba membaca tulisan-tulisan yang telah lalu. Beberapa gue merasa jijik. Beberapa gue merasa geli. Sampai akhirnya, gue membaca beberapa tulisan yang membuat gue sedikit terdiam.

Ya, tulisan tentang empat kisah ini :

1. Kenapa Orang Jatuh Cinta Itu Aneh

2. Dari yang Mencintaimu Terlebih Dahulu

3. Dua Posisi yang Berbeda

4. Pada Akhirnya

Tentang seorang perempuan bernama Nanda yang entah kenapa tiba-tiba menghilang begitu saja dari blog ini. Tentang sebuah perasaan yang menggantung. Tentang sesuatu hal yang belum sepenuhnya selesai.

Gue membaca tulisan itu dengan seksama, mencoba kembali mengingat-ingat masa-masa yang dulu terkesan sangat membahagiakan. Gue pun tersenyum sejenak beberapa saat, sampai akhirnya, gue pun terdiam lama sembari membatin pelan

‘Sepertinya ada yang kurang’

Ya, memang ada sesuatu yang kurang.

Ada banyak bagian yang kurang dari semua hal yang tertulis disini selama ini. Kalau dilihat sekilas, mungkin cerita yang gue tuangkan disini terkesan sederhana dan lancar-lancar aja tanpa ada kendala atau cacat sedikitpun dalam perjalanannya.

Padahal sebenarnya… Enggak.

Kalau diibaratkan, perjalanan gue mengejar cinta Nanda itu kayak roller coaster yang menyusuri lintasan tornado beberapa kali.  Ada naik turunnya. Mulai dari munculnya harapan untuk memiliki yang kemudian dijatuhkan dengan kehadiran orang ketiga, usaha untuk tetap berjuang namun seolah terkesan hambar, hingga yang paling parah… Disini, gue merasa seperti berjuang sendiri. Gue merasa seperti Roller Coaster yang terus menyusuri lintasan tornado tanpa ada ujungnya. Gue nggak bener-bener bisa dapetin cinta Nanda.

 

Nggak bisa.

Gue menyadari ini. Gue selalu menyadari ini. Tapi, gue terus-terusan berjuang. Kenapa? Karena kadang cinta sebuta itu.

Pada awalnya, gue hanya berspekulasi sendiri mengenai kehadiran orang ketiga tersebut. Suatu hari, gue melihat ada sesuatu yang ‘berbeda’ didalam diri Nanda. Dia jadi sering ketawa sendiri setiap kali melihat layar hape. Dia pun seolah jadi seperti sedang menutupi sesuatu hal dari gue. Pada awalnya, gue merasa ‘yaudahlah ya’, namun lama kelamaan, kok ngganjel juga ya?

Suatu kali gue pernah bilang ke Nanda masalah orang ketiga itu. Gue pernah bilang begini :

‘Nda, Hmm… Aku kok ngerasa seperti ada orang ketiga ya? Mmm… Gini deh, kalau misal kamu suka sama orang ketiga dan orang ketiga itu juga mau sama kamu, ya oke, aku mundur’

Namun tawaran itu ditolak oleh Nanda.

Gue pun kembali menjalani semua masa pendekatan itu dengan biasa. Nanda? Dia masih tetap menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan darinya.

Waktu berjalan cepat dan gue sudah nggak tahan dengan apa yang gue rasakan itu. Sampai akhirnya gue pun menekan Nanda untuk jujur akan keberadaan orang ketiga tersebut. Pada awalnya gue nggak mempermasalahkan kehadiran orang ketiga itu jika memang hanya orang ketiga itu aja yang suka, bukan Nanda. Namun kenyataannya, jawaban yang terucap dari mulut Nanda adalah :

‘Iya, aku suka sama orang ketiga itu. Ya, karena emang dia tipe aku banget.’

Sebuah jawaban yang seolah meruntuhkan semua usaha gue selama ini. Meruntuhkan harapan yang selama ini gue susun secara bertahap. Melenyapkan semua kebahagiaan yang selama ini gue coba tanam.

Apa yang paling parah dari itu semua?

Orang ketiga itu adalah teman baik gue sendiri.

Gue memang sudah menyadari kehadiran orang ketiga itu dari awal. Makanya, dalam beberapa cerita disini gue seolah pengen banget bisa mengikat Nanda dengan ikatan pacaran untuk memutuskan peluang orang ketiga tersebut. Pada akhirnya, sempat berhasil. Gue dan Nanda pernah jadian. Lima belas menit. Hingga akhirnya di menit enam belas, dikala gue merasa sangat bahagia, Nanda justru terdiam sangat lama. Terlihat ada banyak pikiran dan penyesalan di wajahnya. Sampai akhirnya, gue memilih untuk berkata :

‘Emm… Yaudah, nggak jadi jadian aja kita ya? Kayaknya kamu nggak yakin’

Perkataan yang penuh dengan rasa sok tegar.

Kami pun akhirnya berjalan berdua diantara lingkaran hubungan bernama ketidakpastian. Dari situ, gue pun menyadari tentang banyak hal yang membuat gue kembali menimbang-nimbang.

‘Kalau gue jadian sama Nanda, nggak ada jaminan untuk gue bisa menghilangkan orang ketiga itu’

‘Kalau gue jadian sama Nanda, kasihan, Nanda nanti seolah terpaksa. Gue kan bukan tipenya dia’

‘Kalau gue jadian sama Nanda, gue bahagia, tapi Nanda? Belum tentu’

Sampai akhirnya gue pun memutuskan untuk nggak terlalu berharap, namun tetap masih mencari kejelasan atas ketidakpastian hubungan ini.

Hasilnya, gue benar-benar ditolak.

Sakit?

Enggak. Karena gue memang mencari kejelasan ini.

Namun disitu Nanda menawarkan sesuatu dengan berucap :

‘Aku nggak mau pacaran, Feb. Aku mau bebas. Tapi kalau misal mau komitmen, aku bisa’

Yang kemudian gue jawab dengan nada sedikit santai :

‘Yang komitmen aku atau kamu?’

Dia pun merespon :

‘Ya kita lah’

Yang kembali gue jawab :

‘Oh ya? Kalau misal besok kamu lulus duluan dan kerja disuatu tempat terus disitu kamu ketemu sama seseorang yang lebih baik dari aku, tipe kamu banget, sesuai dengan apa yang kamu harapin dan dia mau sama kamu, kamu gimana?’

Nanda diem agak lama, sebelum akhirnya dia menjawab :

‘Ya aku orangnya realistis. Kalau memang ada orang kayak gitu, kenapa nggak aku terima?’

Itu yang namanya komitmen?

Disitu akhirnya gue memilih untuk diem. Gue berpikir dan menimbang-nimbang akan banyak hal yang selama ini gue lalui. Hampir tiga bulan. Hampir kosong juga harapan.

Gue terlalu jatuh akan cinta dan akhirnya membuat gue buta akan realita-realita yang ada ini. Gue terlalu terbang akan harapan yang akhirnya membuat gue lupa bahwa bahkan sayap pun gue nggak punya.

Terkadang gue selalu terheran ketika melihat ada sepasang kekasih diluar sana yang bisa saling menunjukkan kebahagiaannya bersama. Sebuah hal yang mungkin nggak bisa orang-orang lihat dari gue dan Nanda. Pada hakikatnya, apa yang gue alami, bisa termasuk dalam kategori cinta bertepuk sebelah tangan. Apa yang gue harapkan, berbeda dengan apa yang Nanda harapkan. Apa yang gue bahagiakan, belum tentu membahagiakan buat Nanda.

kata-kata-sedih-cinta-bertepuk-sebelah-tangan

… but for you, i’m nothing. (Source : Klik)

Suatu hal yang membuat gue berpikir cukup lama di pagi tadi.

Suatu hal yang membuat gue terbesit untuk mengubur dalam-dalam harapan yang selama ini gue buat.

Gue nggak menyalahkan Nanda atas apa yang sudah dia lakukan ke gue. Dia benar. Dia nggak memaksakan untuk bisa bersama orang yang enggak dia suka. Gue menghargai itu.

Pun gue juga nggak menyesali atas apa-apa saja yang pernah gue perjuangkan agar bisa mendapat cinta Nanda.

Nggak ada yang salah.

Daun yang jatuh, tidak pernah membenci angin.

Namun Daun yang jatuh, dia nggak lagi berada pada tempatnya. Dia hanya tinggal menunggu untuk mengering, kemudian lenyap untuk dibakar.

Seperti halnya Roller Coaster yang tak berujung, dia pun harus menghentikan lajunya. Dia harus tau, kalau dia memaksakan untuk terus berjalan, dia tetap nggak akan pernah kemana-mana.

Dan seperti halnya cinta yang bertepuk sebelah tangan, dia pun harus menghentikan tepukannya. Dia harus tau, sekuat apapun dia menepuk, dia tetap nggak akan pernah bersambut.

Pun seperti halnya gue yang terduduk sendiri disini, gue pun harus tau, gue harus segera menutup ‘buku’ yang selama ini bertuliskan nama Nanda, menyampulnya dengan rapi, kemudian menaruhnya di sebuah rak bernama kenangan. Gue harus tau, gue hanya menulis semua ini sendiri. Dan sebagaimana yang terjadi, gue harus berhenti berjuang sendiri.

Terimakasih.

Selamat Berbahagia.

 

124 comments

  1. argh shittttt aku baper asli baca ini. ish bang febriiiiiiiiiii kalo abang nih kakakku mau ta’ peluk da :'(((((((
    yang sabar ya bang, aku kira ini akan berakhir baik, ternyata tabu lalu hilang. ya gitulah namanya cinta. dua orang yang harus menyalingi. kalo salah satunya bertolak belakang kedepannya bakal rancu. sakit ih, apalagi orang ketiganya temen sendiri :’)
    ih bang, aku bingung mau bilang apalagi. tapi kalo boleh kujujur, baca ini bikin aku inget sama kejadian cinta lamaku. dia suka sama sahabatku sendiri. sakit.
    pukpuk aaaaaah, harus kuat! yakin pasti ada yang lebih baik. hikmah tersiratnya semoga tertangkap di benak.

    semangat terus bang feb!!

    1. Emm… ya beginilah hidup kan ya? kita nggak tau apa yang ada didepaaaan 😀 hihih

      Emm… berakhir baik nggak yaa kira-kira 😀 yaaaaah, yaudah.

      Kamu pernah ngalamin ini? Emm… dia suka sama sahabat sendiri? itu hal paling awkward sih emaang :’ yaaah, berusaha untuk kuat kok ini Ris 🙂

  2. Beruntungnya elu karena dari awal niatnya adalah mencari “kejelasan” :’)
    meskipun kejelasan yang datang belum sesuai harapan 🙂
    gapapa 🙂 semua orang pernah ngalamin, bahkan gue sekalipun :’)

    tapi karena “kejelasan” yang lu kejar itulah secara gak sadar yang terus membuat lu terus bergerak hidup, mungkin fase lu dan nanda untuk di masa ini hanya sampai sini,
    semoga setelah hari ini akan ada nanda-nanda lain yang paham dan mau menerima segala rasa yang lu punya dengan tangan terbuka 🙂
    teruslah hidup bahagia 🙂

    1. Heheh iya Vir 😀 yah, beginilah deh ya 🙂 ehhehe

      Kamu pernah ngalamin in ya 😀
      Emm.. fase aku sama Nanda nggak sampai situ, Alhamdulillah 🙂 hihihihi

      Ada cerita lanjutannya kok 🙂 nggak terduga 😀

  3. Aku kok jadi sedih. 😦
    kalo mas feb wedok iki aku pingin nyikep. 😦
    melasee nemen. 😦
    Sing sabar. perempuan yang tepat akan datang di waktu yang tepat pula. Jangan diburu, konsen sama karir aja dulu mase, nguliah sing bener, ndang lulus, terus jadi orang baik, biar segera ditemukan dengan orang baik pula.

    Ojo lali dolan. Ojo lali ngopi. Selamat berbahagia. 🙂

    1. Wkwkwkw duuh, sedih ya :’
      Wwkwkw yaah, aku wedok pun koe gak iso nyikep kok dib. Lah adoh -_-

      Hihihi perempuan yang tepat akan datang di waktu yang tepat, semoga, Nanda ini yang tepat ya 🙂 nggak diburu kok. Ini aku juga fokus semua. bismilah, sukses 🙂
      Terimakasih ya 🙂 selamat berbahagia jugaaa 😀

  4. Ini sedih banget sih, Feb. Ini lanjutan dari yang ngomong sama orang tua yang cewek kemarin kan?

    Oh~ Dia bukan yang terbaik Feb. Percaya aja nanti pasti ada yang akan datang. Posisinya, dia mau sama kamu. Bagitu juga sebaliknya.

    jangan memperjuangkan cinta yang salah~~~~

  5. setelah baca postingan lo soal pomade lalu baca post galau begini kok gue malah ketawa ya wkwkwk. muka Dukun bisa galau juga :’)

    kalo menurut gue nanda itu realistis, feb. Karena tugasnya cowok yang memantaskan diri untuk cewek, bukan sebaliknya.

    jadian 15 menit doang, udah mirip babak extra time liga champions aja :((

    1. Yog, tolong 😦 Mbah Dukun iniiii wkkwkw kampret emang ini Yoga wkwkw 😀

      Iya, Nanda realistis. Makanya sekarang aku memantaskan diri 😀 ntaps, Yog 😀 hihih

      FAAAK, BABAK EXTRA TIME LIGA CHAMPION AJA 30 MENIT KAN YA -_-

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s