Kenapa Harus Pacaran?

Hmm…

Judul diatas adalah sebuah pertanyaan yang sekiranya sedikit mengganggu pikiran gue akhir-akhir ini. Ya, entah kenapa, beberapa hari kemarin, gue menghabiskan hampir seluruh waktu di dalam kamar dan mereview ulang perihal rekam jejak gue sewaktu masih punya pacar dulu.

Dari sekian banyak memory yang terputar ulang, gue pikir, waktu itu gue memilih untuk pacaran karena gue suka sama seorang cewek dan pengen mengikat cewek tersebut dalam ikatan pacaran sehingga nantinya nggak ada cowok lain yang berani mendekat untuk mengambil hati cewek tersebut dari gue.

Sesederhana itu.

Namun, setelah dilihat lebih jauh, pada dasarnya, ikatan pacaran nggak benar-benar mampu untuk mengikat gue dengan si cewek. Karena pada akhirnya, udah beberapa kali gue merasakan bagaimana rasanya cewek yang udah menjadi pacar gue itu direbut oleh cowok lain.

Jadi, kenapa harus pacaran?

Ya, pacaran itu memang membahagiakan. Hari-hari kita bisa menjadi penuh warna karena adanya perhatian-perhatian kecil dari si pacar. Waktu-waktu kita berasa lebih terisi secara penuh karena pesan-pesan dari si pacar. Dan tentu, kehadiran kita jadi berasa sangat dibutuhkan oleh si pacar.

Benar.

Semua memang benar.

Namun… ya hanya di awal.

Mungkin banyak sekali orang yang sepakat bahwa pacaran itu indahnya cuma di awalnya aja. Kita juga pasti pernah melihat atau merasakan perihal banyaknya sesuatu yang berbeda ketika kita terlalu lama pacaran dengan seseorang. Ada banyak alasannya, mulai dari bosen, pengen suasana baru, merasa lebih enak sendiri, merasa terlalu terkekang, hingga yang paling parah : bertemu orang lain yang lebih asik.

Ya, alasan-alasan tersebut mungkin memang menjadi hal yang sangat klasik didengar. Namun, dari sekian banyak alasan yang gue sebutkan diatas, gue menemukan satu buah pertanyaan yang mungkin bisa masuk pada sebuah alasan kenapa pacaran itu cuma indah di awal aja.

‘Apa karena kita lelah untuk terus berpura-pura?’

Hmm… Ya. mungkin.

Pertanyaan tersebut membuat gue kembali pada masa dimana gue giat-giatnya melakukan pendekatan kepada calon-calon pacar gue dulu. Kala itu, gue pikir, masa pendekatan adalah masa-masa yang paling indah. Entah, mungkin menurut orang lain pun demikian.

Pasalnya, di masa pendekatan, gue dan semua cowok akan melakukan berbagai macam usaha untuk bisa mendapatkan secuil perhatian dari seorang cewek yang disukai. Pun mungkin, si cewek akan berpura-pura nggak perhatian sehingga nantinya dia bisa mendapatkan usaha yang berlebih dari si cowok agar supaya si cewek bisa memberikan predikat kepada si cowok bahwa ‘ini nih yang serius sama gue’.

Masa pendekatan adalah masa-masa dimana kedua belah pihak saling mencoba untuk meyakinkan sesamanya bahwa mereka itu pantas untuk saling memiliki.

Dan bener, dalam masa pendekatan, cowok-cowok memang bisa mengambil hati si cewek dan meyakinkan si cewek agar mau memilih cowok-cowok tersebut. Namun, ada satu hal yang mungkin nggak cewek tau atau mungkin si cewek emang nggak mau tau : kebanyakan cowok, dimasa pendekatan, mereka hanya berpura-pura berusaha agar bisa menjadi menarik dan sempurna di mata kalian.

Jadi, alasan kenapa pacaran cuma indah diawalnya saja itu memang benar adanya karena kedua belah pihak sudah terlalu lelah untuk berpura-pura ‘berusaha’ dan berpura-pura ‘memperlihatkan sifat sempurnanya’

Kadang gue pun selalu heran dengan beberapa orang yang selalu mengeluh dan bilang :

‘Ah, enakan PDKT kalik daripada pacaran’

‘Ah, pacaran itu indahnya cuma dimasa PDKT sama di awal doang’

Ya kalau memang udah tau begitu adanya, kenapa masih memilih untuk pacaran?

Menurut gue pribadi, jawaban atas pertanyaan diatas adalah :

Untuk cewek, kebanyakan dari mereka mungkin bingung perihal bagaimana cara untuk meyakinkan dirinya atas cowok-cowok diluar sana bahwa diantara dari mereka itu pantas untuknya. Agaknya ada dua hal yang diperhitungkan oleh cewek-cewek diluar sana : Kriteria dan Orang tua. Mereka memikirkan bagaimana kriteria si cowok yang pantas untuknya serta memikirkan apakah cowok yang sesuai kriteria itu memang bisa pas dengan apa yang diinginkan oleh si orang tua atau belum.

Maka, atas alasan tersebut, cewek-cewek diluar sana akan sulit percaya kepada cowok yang nggak jelas adanya. Mereka pun nggak akan menerima cowok yang entah darimana asalnya secara tiba-tiba langsung menghampirinya dengan bilang ‘nikah, yuk’. Mereka juga enggan untuk menaruh baktinya kepada seorang cowok jika mereka nggak terlalu kenal banget sama si cowok tersebut. Selain itu, cewek-cewek mungkin berpikir bahwa hanya ada sedikit sekali cowok dimuka bumi ini yang berniat serius dan langsung mau menikahinya.

Maka, jalan pintas untuk meraih sebuah kriteria, kemauan orang tua, kepercayaan dan perkenalan yang lebih dalam itu adalah dengan cara pacaran.

Sementara untuk cowok-cowok, kebanyakan dari mereka merasa ragu akan kemampuan yang mereka punya. Seperti halnya cewek, cowok pun mempunyai dua hal yang sekiranya harus diperhitungkan dan dipersiapkan : Biaya dan Kerjaan. Ketika mereka hendak melamar si cewek, mereka selalu membatin dan berucap pada diri sendiri ‘Mau aku kasih makan apa istriku kelak?’, ‘Apa aku mampu menafkahi istriku lahir batin?’, ‘Apa ada yang mau sama aku?’ dan juga pertanyaan-pertanyaan pesimistis lainnya. Mereka terlalu memikirkan bagaimana cara untuk memenuhi kriteria dan ekspektasi dari si cewek dan orang tuanya.

Selain itu, cowok-cowok pun berpikir bahwa hanya ada sedikit cewek dimuka bumi ini yang mau langsung dilamar dan dinikahi oleh mereka. Kalaupun ada, mereka itu pasti adalah cewek-cewek berhijab syar’i, beriman kuat, dan pasti memiliki beberapa syarat yang hanya akan membuat cowok-cowok berpikir ‘Ah, aku bukan kriterianya deh’

Maka, jalan pintas untuk meraih kepantasan, kepercayaan dan kepastian akan kemampuan dirinya adalah dengan cara pacaran.

Entahlah.

Secara pribadi, gue pikir demikian. Kalau nggak sependapat, mungkin bisa dikoreksi.

Namun agaknya pertanyaan tersebut masih terus terngiang-ngiang dikepala.

Kenapa harus dengan pacaran?

Bukankah kalau belum saling kenal, kita dianjurkan untuk ta’arufan?

Kenapa harus dengan pacaran?

Bukankah dengan ta’arufan, kita pun bisa mengenal jauh lebih dalam tentang calon pasangan kita?

Kenapa harus dengan pacaran?

Bukankah dengan ta’arufan, kita bisa lebih cepat mendapatkan kepastian?

Kenapa harus pacaran?

Bukankah untuk mencapai kepercayaan, kepantasan dan kepastian akan kemampuan dirinya bisa dicari tanpa harus pacaran?

Kenapa harus pacaran?

Bukankah kalau memang kita masih ragu dengan dengan calon pasangan, Shalat Istiqarah adalah jalan untuk menghilangkan segala keraguan?

Kenapa harus pacaran?

Bukankah  nggak ada jaminan yang menyatakan semakin lama kita pacaran, maka semakin berlimpah rezeki untuk kita?

Kenapa?

Kenapa harus dengan pacaran?

“Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik.” (QS. An Nahl [16]:72).

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba- hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin maka Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur [24]:32).

“Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu” (HR. Hakim dan Abu Dawud).

“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

Hmm…

Terimakasih.

 

109 comments

  1. kereeen. ^^

    ini benar2 hasil perenungan yang panjang yak?
    sebenarnya dari awal sampe akhir nunggu2, kapan bakal dibikin ketawa sm ini tulisan, tapi ternyata ini memang bener2 merenung dan bukan untuk tertawa kaya tulisan2 yg lainnya yak.. hihi

  2. Bicara soal kriteria dan kepantasan, barangkali tiap orang punya ukurannya masing2 ya Feb. Cuma semakin dewasa seseorang biasanya kriteria 2 itu kalah sama kenyamanan. Buat apa masuk kriteria di semua lini kalau kita nggak nyaman ngejalaninnya ? Buat apa kalau nggak ada chemistry? Soalnya pernikahan itu buat seumur hidup Feb, bukan sehari dua hari doang.
    Kalau Pak Mario Teguh bilang, daripada sibuk nyari yang pantas, kenapa kita nggak sibuk memantaskan diri aja?

    Setuju bahwa pacaran itu asiknya cuma di awal doang. Kenapa? Karena nggak berkah. Nggak ada juga rasa tanggung jawab sama pasangan. ‘masih anak orang ini, bukan siapa2 gue juga’
    Kalau nikah pasti beda. Ada rasa tanggung jawab sebagai wujud rasa cinta pada pasangan. Dan tanggung jawabnya bukan sama pasangan dan keluarga aja tapi sama Allah. Coz nikah is ibadah.

    Jadi kenapa harus pacaran? Ya nggak harus. Harusnya nikah aja, pacarannya entar habis nikah. Percaya sama gue Feb, pacaran setelah nikah itu ajiiib…

    1. Iya Mbak 😀 tapi, aku sering melihat masih ada yang menjadikan syarat menikah itu sebagai kriteria, apalagi orang tua yang kadang ikut menetapkan gimana sebaiknya jodoh buat anaknya kelak. Kan mumet juga.
      Tapi yang bener ya tetep kenyamanan sih, pasti ada alasan kenapa orang itu nyaman. Yang jelas, rasa nyaman bisa mengalahkan kriteria 🙂

      Mantap, aku mau memantaskan diri 🙂

      Iyaa, aku udah sering ngalamin banget gimana pacaran nggak berkah. Bikin gimana gitu -_- nggak ada tanggung jawabnya.

      Jadi sekarang, aku rasanya pengen nikah aja gitu daripada pacaran. Selain dilatih buat tanggung jawab, terus… ya itu, pasti ajib kan 😀

  3. deep contemplation ini #tepukTangan #SujudSyukur

    Pokemon Go telah berhasil membuatku jatuh hati padanya Mas. itu kelebihannya.. 😀 *gak sengaja baca tweetnya

    1. Waaaaaa 😀 makasih banyak, Mbak 😀 hehehe nggak tau kenapa bisa merenung begitu ya aku wwkw 😀

      Duuuuh, Pokemon bisa bikin jatuh hati ya ternyata :’ wkkw

  4. Sebagai ibu rumah tangga, aku setuju banget kalo cowok pas masa pdkt dan pacaran nampak begitu sempurna. Udah nikah baru deh ketauan aslinya gimana, awal2 nikah aja aku langsung shock. Pas pacaran dulu aku jatoh lecet dikit aja dia sok-sok perhatian dengan bilang: “Kamu ga papa? Yang mana yang sakit? Aku anter ke dokter yuk..”, nah pas udah nikah, aku ga sengaja kepleset lantai licin yang abis dipel si suami malah bilang gini: “Sukurin, makanya kalo jalan liat-liat!!” Nah, beda banget kan perlakuannya pas pacaran dan nikah. Di era lelaki kardus seperti sekarang ini, aku sih masih agak kurang setuju dengan sistem ta’aruf, aku dulu pacaran selama hampir setahun dan ternyata pacaran selama itu ga jamin kita bisa ngeliat sisi dalam seseorang, apalagi ta’aruf yang baru kenal hitungan bulan udah ngajak nikah. Sebenernya entah itu ta’aruf atau pacaran gada yg salah, karena ketika menikah yang diuji adalah ego kita sendiri apakah kita bisa mengalah atau keras kepala, mengalah bukan untuk menang, tapi untuk menghidari perdebatan dan pertengkaran aja.

    1. Wwkwkw iya ya 😀 emang masa pendekatan sama pacaran itu penuh kepura-puraan, cuma semata ‘aku nggak mau kehilangan dia’ jadi ya pura-pura perhatian dan sok sempurna. Padahal sih, dalemnya nggak demikian wkwk
      Aku ngakak baca pengalamanmu itu mbak wkwk itu seriusan malah disukurin? jahaaat 😀 wwkw

      wkwkw era lelaki kardus 😀 wkwk yaaah, sekarang pandangan orang mah agak skeptis sama Ta’aruf karena emang ini bukan jamannya kalik ya? susah sih, soalnya jeda antara ta’aruf ke nikah itu harus cepet, nggak boleh lama. jadi, orang kurang yakin. Terus lagian, pacaran juga udah budaya juga ya 😀
      Yaaah, yang penting tetep diri sendirinya gimana dulu deh ya 🙂

      1. Iyalah, bner itu malah disukurin sama suami, nyebelin banget kan, pas pacaran aku jd ngerasa dijebak gitu deh pas tau aslinya dia gimana hahaha.. tp ya sayang2annnya juga ada kok.

        Ya gitu deh yg namanya rumah tangga naik turun, taaruf atau pacaran emang tergantung kitanya, ada juga kok tmen aku yg taaruf dan berakhir dengan perceraian, gada yg bs jamin juga, ky artis2 aja yg pada nikah di depan Ka’bah ky Tamara Blezenskie&Teuku Pasha atau Paramitha Rusady&Gunawan dulu, akhirnya mereka cerai cerai juga.

      2. Wkwkwkw sempet-sempetnya kepikiran kalau merasa dijebak loh mbak :p wkwk duuh, yang penting mah sekarang kalian bahagia aja ya mbak 😀

        Eng… beneer banget mbak :’ jadi nggak ada yang bisa menjamin selain kita sendiri ya :’.
        Sediiih ya kalau akhirnya perceraian :’

  5. Tergantung tanggung jawab masing2 pihak sih. Pacaran bertanggungjawab dalam semua sisinya ya pasti membawa kebaikan. Ta’arufan kl ga dilandasi pemahaman yang bertgjawab juga bisa melencengkan dari tujuannya. Apalagi menikah. Pemahaman kalo dah nikah berarti jadi ‘milik’ bisa melenceng juga krn kita hanya milikNya. Saling membagi hak bahagia kepada siapapun apalagi pasangan hidup selamanya bisa menjadi dasar berhubungan dg orang lain, baik pacaran, taaruf maupun pernikahan. Pertanyaannya: masing2 pihak sudah mampu bertanggungjawab gak? Hehehe…

    1. Iya sih mbak :’ tetep yang terpenting itu gimana pribadi masing-masing orangnya :’ dia bisa tanggung jawab atau enggak. Mau caranya bener dengan ta’arufan, kalau orangnya nggak serius dan tanggung jawab, ya akhirnya gagal juga -_-

      Hihihi setujuuu banget sama kamu, Mbak 🙂

  6. Subhanallah feb… ini bneran kamu feb… udah hijrah kayaknya. Berbekal pengalaman pribadi dan perenungan panjang akhirnya muncullah pertanyaan paling mendasar “kenapa harus pacaran?” Dan jawaban2nya cukuo mewakili kenapa kita ga boleh pacaran. Terimakasih atas tulisan penuh muhasabahnya. Semoga bisa segera pacaran setelah nikah ya feb… amin

    1. Wkwkwk perenunganku agak aneh ya mbak :’ wkwkwk
      Heheh tergerak untuk berhijrah sih mbak kalau mampu :’

      Hihihi makasiiih banyaak ya mbak apresiasinya 🙂 Aamiin 🙂

  7. Ya begitulah pacaran.. Derita nya tiada akhir… Hahaha
    Pernikahan tu pembuka topeng dan tabir tabir kepalsuan saat pacaran…
    Ya.. Saya “YES” untuk tidak pacaran sebelum ijab qabul

    1. Wkwkw deritanya nggak ada akhirnya banget ya kalau pacaran -_- menderita terus adanya 😀

      Wkwkwk mantaaap mas 😀 bener. Pacaran itu palsu, dan nikah itu pembukanya 😀

      Wahaaaa mantaaap 🙂

  8. Mungkin waktu PDKT pacaran kadang kita mencoba menemukan kesamaan-kesamaan yang sebenarnya dipaksakan. Lalu lama-lama mulai bosan. Ya begitulah.

    Tulisannya benar-benar mencerahkan.. Dalem. Semangatlah Mas Feb..

  9. Aku setuju, Feb. Jadi nggak ada yang perlu dikoreksi lagi. Yeaaaah. Selain paham alasan yang dipake cowok-cowok kenapa ngerasa harus pacaran, kamu juga paham alasan cewek-cewek juga. Kereeeeeeeeeen. Pengalaman pribadi banget kayaknya 😀

    Dan aku juga jadi tau penyebab pedekate lebih nyenengin daripada pas pacaran. Oke sip. Makasih, Feb. Ini aku nggak tau mau ngomong apa lagi. Ngerasa dapat pencerahan nih. :’)

    1. ICHAAAAK :3 uwuwu makasih banyaak ya udah setujuuu 😀 hihih

      Iyaa, kamu harus paham supaya nggak disakit lagi nantinya yaa Chak :3 uwuwuwu kamu kereeen jugaaa yaaa 😀

      Aaaaakh, ada manfaatnya juga ya tulisanku 🙂 hihih makasiiih yaa Chak 😀

  10. subhanallah, jadi dek Febri yang udah pacaran 13 kali ini sekarang udah insyaf? *dikepret*
    aku juga tobat pacarannya dulu telat sih, ketika udah capek pacaran dengan segala drama2nya baru sadar kalo selama ini ngapain ngotot harus pacaran segala sih?! kan mending diisi dengan kegiatan yg lebih berfaedah…baca malesmandi.com misalnya #eaaa

    1. Pacaran tigabelas kali 😦 ya nggak sebanyak itu juga sih, muka begini mana bisa macarin banyak orang :’ wkwkwk

      Waaaaaa telat nggapapa mbak, yang penting kan udah tobat 😀 wkwkkw
      duuuh, membaca malesmandi.com memang kegiatan yang penuh faedah dan manfaat kok mbak :3 uwuwuw 😀

  11. febri kesurupan felix siauw nih :))

    gue udah setaun jomblo dan yha kadang mikir kayak postingan ini. buat apa pacaran? dan abis baca sabtu bersama bapak akhirnya jadi males pacaran, lebih pengin memantaskan diri dan membahagiakan diri dulu sebelum kenal sama cewek dan langsung serius

    1. Wkwkw Felix siauw kesurupan aku nggak ya disana :’ wkwkw

      Waaaa 😀 kereeen kamu ya mas brati 😀 hihihi ah, emang malesin sih kalau dipikir-pikir pacaran itu :’
      dan yaaap, mending memantaskan diri untuk kemudian nantinya bisa serius sama satu perempuan :’)

  12. Subhanallah, di lebaran tahun ini febri semakin dewasa dalam menulis dan berpikir. *keprok dulu sebentar*

    Tahun depan jadi ustad kayanya feb, aku dukung!

  13. Yaampun feb, setuju sama pendapat kamu, tapi km gakpapa kan feb? Ini bukan karena ditanyain kapan lulus, kapan kawin kan?
    Aku suka post yg ini!!! Warbyasah 😀

    1. Waaa 🙂 makasiiih banyaaak Mbak Kikyyyy :3 hihihi
      Aku nggapapa kok :’) nggak cuma ditanyain kapan kawin sih, cuma… langsung disuruh kawin 😦

      Hihihi sekali lagi, makasiiih mbak 😀 kamu juga warbyasaaah 😀

  14. Hai! Aku main ke blogmu hehe wow ternyata aktif banget ya blognya, salut!
    Sudut pandang yang bagus.
    Tapi memang ya, di agama istilah pacaran gak ada. Sedangkan kalau aku sendiri masih merasa taaruf belum cukup membuat kita mengenal calon pasangan. Alhamdulillah kalau dapat yang benar-benar baik, tapi naudzubillah kalau ternyata karena mengenal terlalu sebentar malah jadi halangan di pernikahan.
    Kamu sendiri juga menulis ‘mungkin lelah berpura-pura sempurna seperti saat pdkt’, aku juga mikir gitu kalau taaruf. Gimana kalau saat taaruf dia berpura-pura? Semoga tidak ya.

    1. Haloooo 🙂
      Terimakasih banyaaak ya udah mampir sini 🙂 hihihi iyaaa nih, Alhamdulillah masih ada waktu buat ngeblog 😀
      Terimakasih 🙂

      Iyaa, di agama kita kan pacaran itu memang nggak ada. Nah, problemnya disitu. Zaman sekarang kan orang-orang masih ragu sama yang namanya ta’aruf ._. nggak tau kenapa, kesannya kan orang-orang yang ta’aruf itu kebanyakan orang-orang berjenggot, bercelana congklang dan tongkrongannya di Masjid Ulil Albab *lah ini malah apaan*

      Kita nggak ada yang tau ya, gimana orang itu berpura-pura atau enggak :’

  15. Kalau pacaran penuh kepura-puraan,
    tapi di lain sisi kita perlu mengenal ‘calon’ kita, selain taarufan kenapa enggak sama temen yang udahh lamaa kita kenal sejak dulu aja?
    Ahaha

    Tapii pasti udah keduluan kejebak friend zone sama kaka ade zone…

    1. Wkwkwk nah, kalau sama teman yang sudah lama kita kenal sejak dulu, jatuhnya kok agak canggung gimana ya? wkwk
      Iya bener, jadinya malah nanti friendzone -_- wkwkw serba salaaaah yaaa

  16. tumben berat nih bahasannya :D… skr memang ga jaminan sih pacaran, ga akan mengikat pasangan supaya ga lari ke org lain.. pas nikah aja selingkuh juga banyak ;p..

    tapi kalo aku ditanya, dulu mau ga utk ta’arufan, aku jg ga yakin feb.. bakal bisa tahan ato ga… temenkuada yg taaruf, tapi suaminya ternyata penganut islam garis keras yg rada keluar jalur gitu.. serba salah yaa…

    1. Wwkwk iya nih mbak 😀 hasil perenungan beberapa hari kemarin wkwk 😀

      Duuuuh, iya ya -_- semua nggak ada jaminan deh mbak. Entah itu pacaran atau ta’arufan -_- tapi kalau ngomongin dosa, mungkin ta’aruf lebih minim dosa dari pacaran. Eng… nggak tau juga ._.

      eh, serius temenmu dapet suami yang penganut islam garis keras ._. kok serba salah ya jadinya ._.

  17. Takut dosa tidak usah pacaran
    Berarti orang yg pacaran habis nikah itu dosa juga y pak ustad?

  18. buat apa pacaran, kalau emang nggak punya pacar #nahloh

    mungkin karena suka merhatiin dan denger cerita cinta temen-temen yang pacaran, ku jadi males pacaran. lebih memilih kabur kalau udah ada yang kode-kode. nggak sanggup, hahaha.

    1. Wkwkw buat apa pacaran kalau emang nggak punya pacar -_- itu sih emang ngga bisa pacaran atuh :p wkwkw

      Waaa, kamu nggak pernah pacaran? Iiih, kereen ya Kamu 😀

  19. Wadaw muantappp sekali kang febri kata katanya jadi sekalian merenung nih karena saya sudah masih ragu mau pacaran lagi atau tidak nih sepertinya jawabannya harus shalat istiqarah dulu deh supaya ada petunjuk.

  20. pengulangan ‘kenapa harus pacaran’ mengetuk pintu hati sayyaa.. :'(( aduhh febb, sedihh.

    benerr, aku yg skrg jalani pacaran jg sependapat. pacaran manis diawal saat pdkt aja. makin sling mengenal kita punya kesibukan masing” jd krng mendpat perhatian.. :((

  21. mantep, renungan dan refleksi penuh pertanyaan seejati untuk para jomblo. kenapa harus pacaran? ya… daripada langsung nikah mending cocok-cocokan dulu :”)

  22. Kakek~ aku padamuuuuuuu 😘😘😘😘
    Ini pas banget loooh . pas banget aku lagi di masa-masa “mendingan gue sendiri, ngapain pacaran kalo bla bla bla bla” dan kakek udh jabarin semua :’))))

    Kakekku emang hebat dan bijak.. Kalau udah tua sih, emg hrs gitu :’))

    1. Cucuuuu~ terimakasiih banyaaak ya :3 hihihi

      Wkwkwk bisa pas gitu ya 😀 jadi, emang nggak perlu pacaran kan kamu Cu? wkwk

      Duuuh, tua ya :’) iya. Tuaaaa -_-

  23. “Kebanyakan cowok, dimasa pendekatan, mereka hanya berpura-pura berusaha agar bisa menjadi menarik dan sempurna di mata kalian.”

    Saya 100% setuju nih ama kalimat ini. Haha sip deh..

    1. Begitu ya 🙂 iyaaaaaaa, mungkin begitu juga boleh kok 🙂 asal pacarannya nggak keluar batas. atau yang lebih parah : memilih pacaran cuma buat ‘mencicipi’ aja

  24. Dalem nih… 😀
    Tapi gue setuju banget. . Pedekate indah karena biasanya yang ditunjukin cowok cuma sempurnanya aja.. pas udah pacaran, udah dimiliki. Mulai deh nunjukin kelakuan gak ngenakinnya.
    Mulai deh ngeselin, Mulai deh protektif, Mulai deh bikin gak nyaman dan ya terus berusaha dengan segala hal ngeselin dari pasangan yang beda jauh sama pas Pedekate..

    Tapi nanti pas gak pacaran terus buru2 nikah, ternyata setelah nikah masih aja ngeselin gimana ya haha

    1. Hihihih makasiiih baaaang doootz 😀
      Iya bener kan ya, pedekate kan emang indah banget karena ya itu : pura-pura aja -_- pas udah pacaran, mulai deh kampretnya wkkw 😀

      Nah, disini problemnya ya :’ banyak yang kurang yakin kan ya

  25. Setujuu bangett inii… Bayangin klo udah pacaran 5/6 tahun ternyat gak jadi nikah .. Kan rugii jagain jodohnya orang hahahha.. Taaruf euuyy

    1. Couldn’t agree more bahasa sunda ya 😦 bukannya harusnya ‘sapuk pisan’ ya? *hasil nyari terjemahan bahasa sunda di google* *sama Audris mah kudu diseriusin*
      Nggak usah pacaran. Mari menikah 🙂 Eh belum, mari pake toga dulu :3

  26. Febbbb, keren banget sih tulisanmuuu! Btw aku kan aliran sesat nih pacaran 5th eaaaa *tutup muka*. Tapi agree, saat pacaran kecenderungan belum semua sifat asli pasangan keluar kok. Saat menikah barulahhhh aslinya nampak gamblang.

    1. Karena kamulah inspirasiku, Mbak. Uwuuw wkkw 😀

      Kamu salah satu kaum pacaran yang berhasil kok mbak, jadi nggak ada yang salah atau sesat dong wkwkw 😀

      Wkwkwk beneeeeer kaaan 😀 soalnya kalau udah nikah mah udah nggak perlu ada yang ditutup-tutupi lagi ya mbak *eh wkwkw 😀

  27. baru kali ini saya baca tulisanmu seserius ini feb. Well, saya sepakat dengan pemikiranmu bahwa pacaran itu cukup buang-buang waktu saja. Saya pun demikian,pernah merasakan pacaran dan akhirnya putus juga karena merasa di kekang oleh perhatian-perhatian yang wajib buat doi tiap hari.

    Rasanya betul juga, buat apa pacaran kalau kita hanya berpura-pura saja. Yah meskipun adabeberapa yang beragumen bilang serius tentunya tetap ada kepura-puraan didalamnya. Soal itu feb, wanita yang berhijab syar’i, kok saya nge-jleb yah. soalnya bener apa katamu kita sebagai cowok pasti bertanya-tanya apa kita beneran pantes yah

    1. Wkwkw makasiiih Mas Ajiii hehehe 🙂 nggak tau kenapa kemarin sempet merenung buat mikirin hal ini 😀
      Iya kan, setiap pacaran itu pasti putus kok 🙂 kebanyakan putusnya ke patah hati, dan sedikit yang putusnya ke pernikahan 🙂
      Nah, bener. Pacaran itu penuh kepura-puraan banget kok 🙂

      Sama brati ya kita 🙂 aku sering banget mikir kalau suka sama ukhti ‘apa aku pantes?’ huuuuuft

  28. Allahu Akbar!!
    mas Feb tobat opo piye iki?
    Aku padamu lah, aku setuju.
    Aku juga gak pernah dapet alasan kenapa sepasang laki-laki dan perempuan harus pacaran?
    Kalo bisa punya temen rasa pacar, siapa butuh pacar?
    eh,
    maksudnya ya kalo naksir naksir aja kek, kalo mau diikat silahkan dengan ijab sah.
    kalo cuma pacaran mah bukan ikatan itu namanya.
    buang-buang waktu, ia-sia mana gak ada pahalanya pula.

    1. Aku terinspirasi padamu, Dibah wkwkw kamu kece sih 😀

      Nah kan -_- nggak tau deh kenapa kayaknya tradisi pacaran udah semakin menjamur aja ya -_-
      Eng… enak kalik temen rasa pacar ._.

      LHAIYA ITU ! Tapi masalahnya, banyak orang minder deh ya :’

  29. Setujuuu! Tp umur juga ngaruh sih feb,.makin tua makin ngerasa pacaran bikin capek, enak di masa pdkt dan awalnya doang. Sekarang mah nyarinya yg udah ngajak nikah bukan ngajak pacaran #ehm
    Tp klo ujug ujug taaruf, naah masih belum yakin sih, masih ngerasa takut klo cuma taaruf yg cuma sebulan dua bulan. Jadi mending temenan rasa pacar aja deh #eh hahahahaha

    1. Nah bener. Masa SMP – SMA kalik ya kepikirannya cuma buat pacaran dan seneng-seneng ._. semakin kesini, pemikiran kita jadi kayak ‘masa cuma buat mainan doang sih?’ gitu wkwkw akhirnya, nyari deh yang serius buat nikah.

      Eng… itu dia, ta’aruf kayaknya di zaman sekarang agak-agak kurang meyakinkan ya 😀

      Eng… temen rasa pacar… enaaak wkwk 😀

  30. Haseeek. Tumben amat otaknya lagi nggak gesrek, Feb. Mhihihi.
    Anyway minal aidin wal faidzin yaa. (Abis ngeledekin langsung minta maaf secepatnya)
    Hmm, semua yang kamu tulis diatas bener juga, sih. Tapi kadang suka susah, ya, nolak seseorang yang bener-bener kita sukai. Apalagi kalau dia punya perasaan yang sama ke kita. Bawaannya pengen dibawa ke penghulu aja. :’3

    1. Wwkwkkw otak masih gesrek sih :’ wkwkkw
      Minal aidin Wal faidzin juga yaa Dev 🙂

      Nah itu dia, susahnya cewek mungkin nolak yaaaa kalau ada orang yang suka kita terus kita juga suka. huuuft, tantang langsung minta dinikahin aja kalau gitu atuuh 😀

  31. jadi lebih baik, kenal->taaruf->nikah->pacaran halal 😀 katanya sih (soalnya belum pernah ngrasain), pacaran halal itu lebih indah dan dapat pahala daripada pacaran sebelum nikah karena udah dosa, ujung-ujungnya putus hehe
    nice post! kukasih jempol tangan yes~

    1. Nah, lebih baik dan seharusnya ya kayak gitu 😀 tapi sayangnya, sekarang mah jarang yang begitu ya :’
      Bener sih, enaknya kan pacaran setelah nikah :’ lebiiiih nikmat wkwkw 😀

      Makasiiih banyaak, Mbak 🙂

  32. Ya Allah, tulisannya memberiku pencerahan. Mantap jiwa!

    Tul banget bang. Ga ada yang salah sama hubungan apapun. Pertemanan, pacaran, mantanan, atau apapun. Kalo niat orangnya kepengen zina, ya pasti adaaaa aja jalan untuk ngelakuinnya.

    1. Wulaaaaandaraisa 😀 wkwkw

      Makasih banyak yak 😀

      Iya kan? Aku sebenernya agak risih buat orang-orang yang menjudge kayak ‘ih apaan sih pacaran, zina’ ‘ih apaan cuma temenan, ga jelas’ ya yaudah sih. yang menjalani kan kita ya? jadi bebas-bebas aja. asal bener dan nggak diluar batas, menurutku sah aja 🙂

Leave a reply to febridwicahya Cancel reply